Kabupaten Lampung Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Sejambak) dan mengembalikan revisi 18019183 oleh InternetArchiveBot
Tag: Pengembalian manual
Sejambak (bicara | kontrib)
k Sekala Brak, Asal Muasal: Memperbaiki ketikan dan penambahan konten sesuai tambo paksi bukti yang ada di Istana Gedung Dalom
Baris 77:
 
=== Sekala Brak, Asal Muasal ===
Paksi artinya Tertinggi, Pemegang Kepemilikan Tertinggi yakni pemilik Pemegang Kekuasaan tertinggi atas wilayah rakyat dan Adat. Kepaksian adalah Pemegang Kekuasaan Tertinggi, Terhadap rakyat dan wilayah serta Adat. Sekala artinya titisan Brak artinya Dewa. Sekala Brak Adalah titisan Dewa Kerajaan Sekala Brak (Baca: Kepaksian Sekala Bkhak) adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Diriwayatkan kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudia setelah berdirinya Kerajaan Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Kuno berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di Empat Titik Kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di HANIBUNG Kecamatan Batu Brak, Kab. Lampung Barat (Gunung tertinggi di tanah Lampung), Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang.
Sekala Brak (baca: Sekara Beghak), adalah kawasan yang sampai kini dapat disaksikan warisan peradabannya. Kawasan ini boleh dibilang kawasan yang “sudah hidup” sejak masa prasejarah. Batu-batu menhir mensitus dan tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat. Bukti, ada tanda kehidupan menyejarah.
Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak Rabu 24 Agustus 1289 Masehi (29 Rajab 688 H). Keempat Kepaksian dijadikan Paksi Pak Sekala Brak artinya Empat pemegang tertinggi di Sekala Brak. Dalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang Struktur Kepaksian, Struktur yang dipegang oleh seorang Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian. dahulu pada Era Kepaksian Sekala Brak sebutan Kepaksian adalah Kerajaan. Nama atau gelar Ratu dipegang oleh seorang laki-laki yang memegang pimpinan di suatu wilayah yang mempunyai Rakyat/Masyarakat. Saat ini Kepaksian sekala brak agar lebih terkenal luas menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, untuk di kepaksian pernong penambahan kata adat, sebagai Simbol Komitmen bahwa Kepaksian Pernong Sekala Brak Sultan/Raja Adat Dikepaksian di Istana Adat Gedung Dalom Kepaksian Pernong Sekala Brak sebagian besar para pejuang yang dimakamkan dimakam pahlawan, Jakarta, Lampung dan Sumatra Selatan. Karena itulah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian Pernong lebih berkomitmen menggunakan istilah Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan NKRI sebagai payung dari pada bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada Pilar-Pilar Penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
 
Sekala Brak (baca: Sekara BeghakBkhak), adalah kawasan yang sampai kini dapat disaksikan warisan peradabannya. Kawasan ini boleh dibilang kawasan yang “sudah hidup” sejak masa prasejarah. Batu-batu menhir mensitus dan tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat. Bukti, ada tanda kehidupan menyejarah.
Sebuah batu prasasti di Bunuk Tenuar, Liwa berangka tahun 966 Saka atau tahun 1074 Masehi, menunjukkan ada jejak Hindu di kawasan tersebut. Bahkan di tengah rimba ditemukan bekas parit dan jalan Zaman Hindu. Ada lagi disebut-sebut bahwa Kenali yang dikenal sekarang sebagai Ibu Kota Kecamatan Belunguh, adalah bekas kerajaan bernama “Kendali” dengan “Raja Sapalananlinda” sebagaimana disebut dalam “Kitab Tiongkok Kuno”. Kata “Sapalananlinda” oleh L. C. Westenenk ditafsir sebagai berasal dari kata “Sribaginda” dalam pengucapan dan telinga orang Cina. Jadi bukan nama orang tetapi gelar penyebutan. Buku itu konon juga menyebut, bahwa Kendali itu berada di antara Jawa dan Siam-Kamboja. Kitab itu, menyebut angka tahun antara 454–464 Masehi. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Groenevelt (Wikipedia Indonesia, 2007).
 
Sebuah batu prasasti di Bunuk Tenuar, Liwa berangka tahun 966 Saka atau tahun 1074 Masehi, menunjukkan ada jejak Hindu di kawasan tersebut. Bahkan di tengah rimba ditemukan bekas parit dan jalan Zaman Hindu. Ada lagi disebut-sebut bahwa KenaliBarnasi yang dikenal sekarang sebagai Ibu Kota Kecamatan BelunguhKenali, adalah bekas kerajaan Sekala Brak Kuno bernama “Kendali”, Barangkali, dengan “Raja Sapalananlinda” sebagaimana disebut dalam “Kitab Tiongkok Kuno”. Kata “Sapalananlinda” oleh L. C. Westenenk ditafsir sebagai berasal dari kata “Sribaginda” dalam pengucapan dan telinga orang Cina. Jadi bukan nama orang tetapi gelar penyebutan. Buku itu konon juga menyebut, bahwa Kendali itu berada di antara Jawa dan Siam-Kamboja. Kitab itu, menyebut angka tahun antara 454–464 Masehi. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Groenevelt (Wikipedia Indonesia, 2007).
Meski belum seluruhnya terbaca, namun dapat disimpulkan: di situ tercatat suatu peradaban panjang. Suatu kawasan tua yang mencatatkan diri dalam sejarah umat manusia. Di wilayah ini pula pernah berdiri sebuah kerajaan. Ada yang menyebut kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tulang Bawang, namun bukti-bukti keberadaannya sulit ditemukan. Sedang keyakinan yang terus hidup dan dipertahankan masyarakat khususnya di Lampung Barat serta keturunan mereka yang tersebar hingga seluruh wilayah Sumatra Selatan, menyebutkan Kerajaan Sekala Beghak. Pendapat ini juga disokong oleh keberadaan para raja yang bergelar Sai Batin, hingga bukti-bukti bangunan dan alat-alat kebesaran kerajaan, upacara, dan seni tradisi yang masih terjaga. Masih banyak bukti lain, namun perlu pembahasan terpisah.
 
Meski belum seluruhnya terbaca, namun dapat disimpulkan: di situ tercatat suatu peradaban panjang. Suatu kawasan tua yang mencatatkan diri dalam sejarah umat manusia. Di wilayah ini pula pernah berdiri sebuah kerajaan Sekala Brak Kuno dengan Raja Terahir Ratu Sekegkhummong. Tidak Ada yang menyebut kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tulang Bawang, namun bukti-bukti keberadaannya tidaklah sulit untuk ditemukan ditemukan. Sedang keyakinan yang terus hidup dan dipertahankan masyarakat khususnya di Lampung Barat serta keturunan mereka yang tersebar hingga seluruh wilayah Sumatra Selatan, menyebutkan Kerajaan Sekala BeghakBkhak. Pendapat ini juga disokong oleh keberadaan para raja yang bergelar Sai BatinSaiBatin, hingga bukti-bukti bangunan dan alat-alat kebesaran kerajaan, upacara, dan seni tradisi yang masih terjaga. Masih banyak bukti lain, namun perlu pembahasan terpisah.
Kalau membaca peta Provinsi Lampung sekarang, kisaran lokasi pusat Sekala Beghak berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatra Selatan. “Pusat kerajaan” meliputi daerah pegunungan di lereng Gunung Pesagi di daerah Liwa, seputar Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Sukau, Kecamatan Belalau, dan Kecamatan Balik Bukit.
 
Kalau membaca peta Provinsi Lampung sekarang serta Peta Marga Provinsi Lampung tahun 1930 yang telah diperkuat oleh dewan perwatin LMAL Provinsi Lampung tahun 2005, kisaran lokasi wilayah Sekala Bkhak berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, Tanggamus hingga Lampung Selatan, sebagian Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatra Selatan. yang berada di Empat titik Kebesaran yaitu pada Kepaksian Pernong Terletak di kaki gunung Pesagi dataran tinggi HANIBUNG, Kepaksian nyerupa di tapak siring, Kepaksian Bejalan Di way berada di Puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang.
Sebagai kesatuan politik Kerajaan Sekala Beghak telah berakhir. Tetapi, sebagai kesatuan budaya (cultural based) keberadaannya turun-temurun diwarisi melalui sejarah panjang yang menggurat kuat dan terbaca makna-maknanya hingga saat ini. Sekala Beghak dalam gelaran peta Tanah Lampung, pastilah tertoreh warna tegas, termasuk sebaran pengaruh kebudayaannya sampai saat ini.
 
Sebagai kesatuan politik Kerajaan Sekala BeghakBkhak telah berakhir. Tetapi, sebagai kesatuan budaya (cultural based) keberadaannya turun-temurun diwarisi melalui sejarah panjang yang menggurat kuat dan terbaca makna-maknanya hingga saat ini. Sekala BeghakBkhak dalam gelaran peta Tanah Lampung, pastilah tertoreh warna tegas, termasuk sebaran pengaruh kebudayaannya sampai saat ini.
Tata kehidupan berbasis adat tradisi Sekala Beghak juga masih dipertahankan dan dikembangkan. Terutama, Sekala Beghak setelah dalam pengaruh “Empat Umpu” penyebar agama Islam dan lahirnya masyarakat adat Sai Batin. Adat dan tradisi terus diacu dalam tata hidup keseharian masyarakat pendukungnya dan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi dan motivasi pengembangan nilai budaya bangsa.
 
Tata kehidupan berbasis adat tradisi Sekala BeghakBkhak juga masih dipertahankan dan dikembangkan. Terutama, Sekala BeghakBkhak setelah dalam pengaruh “Empat Umpu” penyebar agama Islam dan lahirnya masyarakat adat Sai BatinSaiBatin. Adat dan tradisi terus diacu dalam tata hidup keseharian masyarakat pendukungnya dan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi dan motivasi pengembangan nilai budaya bangsa.
Hasil pembacaan atas segala yang ada dalam masyarakat berkebudayaan Sai Batin di Lampung, memperlihatkan kedudukan dan posisi penting Sekala Beghak sebagai satuan peradaban yang lengkap dan terwariskan. Keberadaan Sekala Beghak tampak sangat benderang dalam peta kebudayaan Sai Batin, sebagai satu tiang sangga utama pembangun masyarakat Lampung. Bahkan, telah diakui, Sekala Beghak sebagai cikal bakal atau asal muasal tertua leluhur “orang Lampung”. Bahkan keberadaan Sekala Beghak, berada dalam kisaran waktu strategis perubahan peradaban besar di Nusantara, dari Hindu ke Islam.
 
Hasil pembacaan atas segala yang ada dalam masyarakat berkebudayaan Sai BatinSaiBatin di Lampung, memperlihatkan kedudukan dan posisi penting Sekala BeghakBkhak sebagai satuan peradaban yang lengkap dan terwariskan. Keberadaan Sekala BeghakBkhak tampak sangat benderang dalam peta kebudayaan Sai BatinSaiBatin, sebagai satu tiang sangga utama pembangun masyarakat Lampung. Bahkan, telah diakui, Sekala BeghakBkhak sebagai cikal bakal atau asal muasal tertua leluhur Suku Bangsa “orang Lampung”. Bahkan keberadaan Sekala BeghakBkhak, berada dalam kisaran waktu strategis perubahan peradaban besar di Nusantara, dari Hindu ke Islam.
Seperti dikutip Harian KOMPAS, (11 Desember 2006:36), pada abad 15 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat danau dihuni orang-orang yang datang dari Pagaruyung Sumatra Barat dipimpin Dipati Alam Padang. Sementara itu, tiga kelompok lainnya berasal dari Sekala Beghak. Tiga kelompok orang-orang Sekala Beghak itu dipimpin Raja Singa Jukhu (dari Kepaksian Bejalan Diway), menempati sisi timur danau. Di sisi timur danau pula, kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu dan Pahlawan Sawangan (berasal dari Kepaksian Nyekhupa) bertempat. Sementara kelompok yang dipimpin Umpu Sijadi Helau menempati sisi utara danau. Empu Sijadi Helau yang disebut-sebut itu bukan Umpu Jadi putra Ratu Buay Pernong, yang menjadi pewaris takhta Buay Pernong. Kemungkinan besar Umpu Sijadi di daerah Ranau tersebut adalah keturunan Kepaksian Pernong yang meninggalkan Kepaksian dan mendirikan negeri baru di Tenumbang kemudian menjadi Marga Tenumbang.
 
Seperti dikutip Harian KOMPAS, (11 Desember 2006:36) Serta di dalam Sejarah Kepaksian Sekala Brak, pada abad 1512 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat danau dihuni orang-orang yang datang dari Pagaruyung Sumatra Barat dipimpin Dipati Alam Padang. Sementara itu, tiga kelompok lainnya berasal dari Sekala BeghakBkhak. Barangkali, Tiga kelompok orang-orang Sekala BeghakBkhak itu dipimpin Raja Singa Jukhu (dari Kepaksian Bejalan Diway), menempati sisi timur danau. Di sisi timur danau pula, kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu dan Pahlawan Sawangan (berasal dari Kepaksian Nyekhupa) bertempat. Sementara kelompok yang dipimpin Umpu Sijadi Helau menempati sisi utara danau. Barangkali, Empu Sijadi Helau yang disebut-sebut itu bukan Umpu Jadi putra Ratu Buay Pernong, yang menjadi pewaris takhta Buay Pernong. Kemungkinan besar Umpu Sijadi di daerah Ranau tersebut adalah keturunan Kepaksian Pernong yang meninggalkan Kepaksian dan mendirikan negeri baru di Tenumbang kemudian menjadi Marga Tenumbang. di dalam tambo Paksi Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian yang bertahta adalah Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi (Yang Dipertuan Ke-5)(1291 Masehi-1314 Masehi) 15 Robbi’ul Awal 690 Hijriyah-29 Muharram 714 Hijriyah.
Ketiga kelompok dari Sekala Beghak ini kemudian berbaur dan menempati kawasan Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warkuk. Sampai sekarang banyak orang Banding Agung mengaku keturunan Paksi Pak Sekala Beghak. Di samping itu, ada kisah-kisah perpindahan orang Sekala Beghak, sebagaimana ditulis dalam Wikipedia (7/3/07: 04.02), yang dipimpin Pangeran Tongkok Podang, Puyan Rakian, Puyang Nayan Sakti, Puyang Naga Berisang, Ratu Pikulun Siba, Adipati Raja Ngandum, dan sebagainya. Bahkan, daerah Cikoneng di Banten ada daerah yang diberikan kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kepaksian Belunguh atas jasa-jasanya, dan banyak orang Sekala Beghak yang migrasi ke sana atau sebaliknya.
 
Kisah-kisah ini memperkuat suatu kenyataan bahwa Sekala Beghak tidak hanya sebagai sumber muasal secara geografis, melainkan juga sumber kultur masyarakat. Sekala Beghak adalah hulu suatu kebudayaan masyarakat. Dari Sekala Beghak ini juga lahir huruf Lampung yaitu Kaganga. Bagi sebuah kebudayaan, memiliki bahasa dan aksara sendiri merupakan bukti kebesaran masa lalu kebudayaan tersebut. Di Indonesia hanya sedikit kebudayaan yang memiliki aksara sendiri, yaitu Batak, Lampung (Sumatra Selatan), Jawa, Sunda, Bali, dan Bugis. Dan kebudayaan yang memiliki aksara sendiri dapat dikategorikan sebagai kebudayaan unggul. Karena bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus simbol kemajuan peradaban.
Ketiga kelompok dari Sekala BeghakBkhhak ini kemudian berbaur dan menempati kawasan Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warkuk. Sampai sekarang banyak orang Banding Agung mengaku keturunan Paksi Pak Sekala BeghakBkhak. Di samping itu, ada kisah-kisah perpindahan orang Sekala BeghakBkhak, sebagaimana ditulis dalam Wikipedia (7/3/07: 04.02), yang dipimpin Pangeran Tongkok Podang, Puyan Rakian, Puyang Nayan Sakti, Puyang Naga Berisang, Ratu Pikulun Siba, Adipati Raja Ngandum, dan sebagainya. Bahkan, daerah Cikoneng di Banten ada daerah yang diberikan kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kepaksian Belunguh atas jasa-jasanya, dan banyak orang Sekala BeghakBkhak yang migrasi ke sana atau sebaliknya.
Kisah-kisah ini memperkuat suatu kenyataan bahwa Sekala BeghakBkhak tidak hanya sebagai sumber muasal secara geografis, melainkan juga sumber kultur masyarakat. Sekala BeghakBkhak adalah hulu suatu kebudayaan masyarakat. Dari Sekala BeghakBkhak ini juga lahir huruf Lampung yaitu Kaganga. Bagi sebuah kebudayaan, memiliki bahasa dan aksara sendiri merupakan bukti kebesaran masa lalu kebudayaan tersebut. Di Indonesia hanya sedikit kebudayaan yang memiliki aksara sendiri, yaitu Batak, Lampung (Sumatra Selatan), Jawa, Sunda, Bali, dan Bugis. Dan kebudayaan yang memiliki aksara sendiri dapat dikategorikan sebagai kebudayaan unggul. Karena bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus simbol kemajuan peradaban.
 
Semua aksara Nusantara tersebut berasal dari bahasa Palava, yang berinduk pada bahasa Brahmi di India. Bahasa Palava digunakan di India dan Asia Tenggara. Di Nusantara, bahasa ini mengalami penyebaran dan pengembangan, bermula dari bahasa Kawi, sebagai induk bahasa Nusantara. Dari bahasa Kawi menjadi bahasa: Jawa (Hanacaraka), Bali, Surat Batak, Lampung/Sumatra Selatan (Kaganga), dan Bugis.
Dari Kerajaan Sekala BeghakBkhak yang telah memiliki unsur-unsur “kebudayaan lengkap” ini pulalah “ideologi” Sai Batin dilahirkan dan disebarluaskan. Sampai saat ini, masih banyak yang bisa dibaca dari jejak-jejak yang tertinggal. Baik dari jejak fisik maupun jejak yang tidak kasatmata. Dari legenda, seni budaya, adat tata cara, bahasa lisan tulisan, artefak benda peninggalan, hingga falsafah hidup masih ada runut rujukannya. Dari Sekala BeghakBkhak itu di kemudian hari pengaruh budaya dan peradabannya berkembang dan berpengaruh luas ke seluruh Lampung bahkan sampai ke Komering di Sumatra Selatan sekarang. Tidak terhitung kemudian “pendukung budaya”-nya yang tersebar di seluruh Indonesia pada masa kini.<ref>http://www.lampungbarat.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1062&Itemid=110&limit=1&limitstart=1</ref>
 
== Transportasi ==