== Hubungan dengan Sanjaya dan Dharanindra ==
[[Sanjaya]] merupakan raja pertama [[Kerajaan Medang]]. Menurut [[prasasti KalasanCanggal]] ([[732]]), ia menganut agama [[Hindu]] aliran [[Siwa]]. Sementara itu Rakai Panangkaran adalah raja kedua Kerajaan Medang. Menurut [[prasasti Kalasan]] ([[778]]), ia mendirikan sebuah [[candi]] [[Buddha]] aliran [[Mahayana]]. Sehubungan dengan berita tersebut, muncul beberapa teori seputar hubungan di antara merekakedua berduaraja tersebut.
Teori pertama dipelopori oleh van Naerssen menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya. [[Wangsa Sanjaya]] kemudian dikalahkan oleh [[Wangsa Sailendra]] yang beragama Buddha. Pembangunan [[Candi Kalasan]] tidak lain merupakan perintah dari raja Sailendra terhadap Rakai Panangkaran yang telah tunduk sebagai bawahan. Nama raja Sailendra tersebut diperkirakan identiksama dengan [[Dharanindra]] yang ditemukan dalam [[prasasti Kelurak]] ([[782]]). Teori ini banyak dikembangkan oleh para sejarawan Barat, antara lain George Coedes, ataupun Dr. Bosch.
Teori kedua dikemukakan oleh Prof. Poerbatjaraka yang menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya namun keduanya sama-sama berasal dari Wangsa Sailendra, bukan Wangsa Sanjaya. RupanyaDalam hal ini Poerbatjaraka tidak mengakui keberadaan Wangsa Sanjaya. SebelumMenurut pendapatnya (yang juga didukung oleh sejarawan Marwati Pusponegoro dan Nugroho Notosutanto), sebelum meninggal, Sanjaya sempat berwasiat agar Rakai Panangkaran berpindah ke agama Buddha. Teori ini didasarkanberdasarkan pada tokoh Rahyang Panaraban putra Sanjayakisah dalam naskah ''[[Carita Parahyangan]]'' yangtentang jugatokoh Rahyang Panaraban putra Sanjaya yang dikisahkan pindah agama. Rahyang Panaraban ini menurut Poerbatjaraka identik dengan Rakai Panangkaran. Jadi, yang dimaksud dengan "para guru raja Sailendra" tidak lain adalah guru Rakai Panangkaran sendiri.
Teori ketiga dikemukakan oleh [[Slamet Muljana]] bahwa, Rakai Panangkaran bukan putra Sanjaya. Dalam daftar para raja versi [[prasasti Mantyasih]] tokohtertulis nama Sanjaya bergelar ''Sang Ratu'', sedangkan Rakai Panangkaran bergelar ''Sri Maharaja''. Perubahan gelar ini membuktikan terjadinya pergantian dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang. Jadi, Rakai Panangkaran adalah raja dari Wangsa Sailendra yang berhasil merebut takhta Medang serta mengalahkan Wangsa Sanjaya. MenurutnyaMenurut Slamet Muljana, Rakai Panangkaran tidak mungkin berstatus sebagai bawahan Wangsa Sailendra karena dalam prasasti Kalasan ia disebutdipuji sebagai ''Sailendrawangsatilaka'' (permata Wangsa Sailendra).
DenganDalam demikianhal ini, Slamet Muljana menolak teori bahwa Rakai Panangkaran adalah bawahan Dharanindra. TokohMenurutnya, Rakai Panangkaran dan Dharanindra dalamsama-sama prasastiberasal Kelurakdari ([[782]])Wangsa jugaSailendra. Meskipun demikian, ia tidak mungkinmenganggap keduanya sebagai tokoh yang sama. Menurutnya, Dharanindra tidak sama dengan Rakai Panangkaran, karenayang memiliki nama asli RakaiDyah PanangkaranPancapana dalam(sesuai pemberitaan prasasti Kalasan ([[778]]) adalah Dyah Pancapana. Slamet Muljana berpendapat, Dharanindra adalah nama asli dari [[Rakai Panunggalan]], yaitu raja ketiga Kerajaan Medang yang namanya disebut sesudah Rakai Panangkaran dalam daftar para raja Medang versi prasasti Mantyasih.
== Kepustakaan ==
|