Habib Muda Seunagan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 4:
Tidak ada yang mengetahui secara pasti mengenai kapan Habib Muda Seunagan lahir. Walaupun ada beberapa penulis yang memperkirakan beliau lahir pada tahun 1860 tapi penjelasan mengenai alasan pemilihan tahun tersebut tidak pernah disebutkan. Bahkan keluarga juga tidak mengetahui tahun pasti kelahirannya. Lokasi kelahirannya adalah di Desa Krueng Kulu, Kemukiman Blang Ara, Kecamatan Seunagan Timur. Nama lengkap dan nasab keturunannya adalah Habib Muhammad Muhyiddin (Abu Habib Muda Seunagan) bin Habib [[Sayid Muhammad Yasin]] bin Qutb Wujud Habib Abdurrahim bin Sayid Abdul Qadir Al-Qadiri Al-Jailani. Nama yang disebut terakhir diyakini memiliki hubungan hingga ke [[Abdul Qadir al-Jailani|Syeikh Abdul Qadir Al Jailani]] bin Musa bin Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdullah bin [[Musa al-Jun]] bin Abdullah bin [[Hasan al-Mutsanna]] bin [[Hasan bin Ali]] - [[Fatimah az-Zahra]] binti Sayidina Mustafa [[Muhammad]] SAW.<ref name=":1" />
Masyarakat di [[Kabupaten Nagan Raya|Nagan Raya]] meyakini ketika Habib Muda Seunagan meninggal, ia berumur seratus tahun. Jika perkiraan ini benar maka berarti beliau lahir sekitar tahun 1870-an atau tiga tahun sebelum Belanda memulai agresinya ke Aceh. Salah satu penulis Belanda, Zentgraaff, mengatakan pada tahun 1917 meletus perang antara pasukan Belanda dengan pejuang di Aceh Barat yang dipimpin oleh Teungku Puteh yang tak lain adalah Habib Muda Seunagan.<ref name=":1">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/953413631|title=Abu Habib Muda Seunagan, republiken dari Aceh : hidup, ajaran, dan perjuangan|last=1979-|first=Shadiqin, Sehat Ihsan,|last2=Ardiansyah,|last3=Fakhrurradzie,|first3=Gade,|isbn=9786021632505|edition=Cetakan pertama|location=Banda Aceh|oclc=953413631}}</ref>
== Istri dan anak keturunannya ==
Baris 62:
=== Masa Penjajahan Belanda ===
Pada masa remaja, ia mengikuti orang tuanya untuk mengungsi ke wilayah Tadu Atas tempat mereka tinggal sekaligus mengatur strategi untuk menyerang Belanda. Salah satu pertempuran yang diikuti olehnya adalah pertempuran Tuwi Pomat Tudu Atas. Pertempuran-pertempuran tersebut tentu saja memakan banyak korban jiwa, harta sehingga Habib Muda Seunagan melakukan perundingan di Mukim Bungong Taloe, Beutong dengan Letnan Schmidt yang menjadi pimpinan pasukan Belanda ketika itu. Perjanjian yang disepakati adalah kaum muslimin dapat melaksanakan ibadah mereka dan pasukan Belanda tidak akan mengganggu penduduk dan melakukan intervensi.<ref name=":1" />
=== Masa Penjajahan Jepang ===
Ketika Jepang mendarat di Aceh pada tahun 1942, Habib Seunagan adalah salah seorang ulama yang tidak mau bekerja sama dengan mereka. Ia bersama dengan [[Abuya Muda Waly]] dan [[Teungku Hasan Krueng Kale]]e memiliki pandangan berbeda dengan kebanyakan ulama PUSA yang bekerja sama dengan Jepang ketika itu. Akibat sikapnya tersebut, ia ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh.
Para tahanan kemudian diperiksa di markas militer Jepang di Mata Ie, Aceh Besar dan oleh para tahanan yang ada, Habib Muda Seunagan dipercaya untuk menjadi wakil mereka. Ketika pemeriksaan berlangsung, ada pertanyaan dari pemeriksa mengenai siapa yang dijadikan pemimpin oleh Habib Muda Seunagan dan kemudian dijawab bahwa pimpinannya adalah Tenno Heika atau Kaisar Jepang. Mendengar jawaban tersebut maka pemeriksaan langsung dihentikan dan tahanan yang menjadikan Habib Muda Seunagan sebagai perwakilan mereka dibebaskan. Pengakuan tersebut dilakukan dengan alasan untuk menyelamatkan para tahanan yang telah menjadikannya perwakilan mereka.<ref name=":1" />
=== Pascakemerdekaan ===
==== Mengibarkan Bendera Merah Putih Pertama ====
Ketika proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945, berita tersebut tiba di Seunagan beberapa hari kemudian. Pada saat itu, Wedana Aceh Barat, Abdullah Dariya<ref name=":1" />, yang pernah dipenjarakan bersama dengan [[Soekarno|Bung Karno]] diberitahukan agar mengibarkan bendera merah putih di daerahnya. Karena keberadaan pasukan Jepang yang masih menjaga daerahnya, ia meminta bantuan Habib Muda Seunagan agar dapat mengibarkan bendera merah putih di kawasan Seunagan dan Habib Muda Seunagan menyanggupinya dengan mengibarkan bendera tersebut di daerah [[Seunagan, Nagan Raya|Jeuram]]. Adapun tokoh-tokoh yang hadir ketika pengibaran bendera tersebut diantaranya adalah: Habib Muda Seunagan, Zakariya Yunus, Toke Nyaklah Hamzah, Guru Muhammad Jamin, Teungku Idris Padang, Haji Nyak Dolah Ilahm dan Mahyuddin Asyik dari kalangan pemuda. Adapun pengibaran bendera ini adalah pengibaran bendera merah putih pertama kali di seluruh Aceh.<ref name=":0" />
==== Mengatasi Pemberontakan DI/TII ====
Ketika pada tahun 1953 diproklamasikan berdirinya [[Negara Islam Indonesia|Darul Islam]] oleh [[Daud Beureu'eh|Teungku Daud Beureueh]], Habib Muda Seunagan bersama dengan [[Abuya Muda Waly]] dan [[Teungku Hasan Krueng Kale]]e mengeluarkan pernyataan tidak setuju dengan gerakan tersebut. Pernyataan tersebut dilandasi pada hukum Islam yang memandang pemberontakan kepada pemerintah yang sah adalah haram. Apalagi [[Daud Beureu'eh|Teungku Daud Beureueh]] pernah menerima keberadaan Indonesia dan pernah bekerja untuk pemerintah Indonesia.
Bersama dengan masyarakat Peuleukung dan sekitarnya, Habib Muda Seunagan kemudian membentuk Organisasi Pagar Desa (OPD) untuk menghadapi pasukan DI/TII yang mengganggu rakyat. Organisasi ini dipimpin oleh Ceh Nanggroe, salah seorang murid Habib Seunagan.
Untuk mengatasi DI/TII, pemerintah mengirimkan tentara untuk menumpas mereka. Masalah baru kemudian muncul karena tentara tidak mengenal pengikut DI/TII sehingga banyak masyarakat menjadi korban. Untuk mengatasi hal tersebut maka Habib Muda Seunagan mengeluarkan sebuah Kartu Identitas yang menyatakan bahwa nama yang tertera pada kartu tersebut adalah murid Habib Muda Seunagan dan tidak terlibat dalam DI/TII. Karena jasa-jasanya tersebut maka pada tahun 1958 Habib Muda Seunagan diundang ke [[Istana Negara]] oleh [[Soekarno|Presiden Sukarno]] serta dibiayai untuk berkunjung ke beberapa tempat seperti Mesjid Demak dan kemudian diberikan sebuah mobil [[Land Rover]] untuk transportasi di Peuleukung.<ref name=":0" />
==== Mengatasi Pemberontakan PKI ====
Ketika [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] memberontak pada tahun 1965, Habib Muda Seunagan mengajukan permintaan kepada Kasdam [[Komando Daerah Militer Iskandar Muda|Iskandar Muda]], Kolonel A. Kohar Imam Khormen agar tentara hanya menangkap gembongnya saja karena rakyat sebenarnya banyak yang terjebak, hanya karena menerima bantuan peralatan pertanian sudah dituduh sebagai anggota [[Partai Komunis Indonesia|PKI]].<ref name=":0" />
== Wafat ==
'''Habib Muda Seunagan''' wafat pada 14 Juni 1972 dan dimakamkan di Mesjid Peuleukung yang dibangunnya sendiri. Ia berpesan sebelum wafatnya agar makamnya dibuka sepanjang tahun dan membolehkan siapapun untuk berziarah tanpa memandang agama dan suku bangsa mereka. Karena jasa-jasa Habib Seunagan maka Pemerintah RI menganugerahi Tanda Kehormatan [[Bintang Jasa|Bintang Jasa Utama]] kepada Habib Muda Seunagan sebagai seorang pejuang kemerdekaan.<ref name=":0" />
== Referensi ==
|