Masjid Salman ITB: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NFarras (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
NFarras (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
Inisiasi pembangunan masjid kampus di ITB menemui beberapa masalah. Saat itu, Islam di Indonesia baru mengalami kebangkitan di tengah kepopuleran [[Partai Komunis Indonesia|PKI]].<ref name="Istiqomah" /> Selain itu, laki-laki muslim yang meminta izin untuk melakukan salat Jumat dipandang aneh karena budaya barat yang masih kental di lingkungan kampus. Bahkan rektor ITB kala itu, [[Otong Kosasih|Prof. Ir. Otong Kosasih]], menganggap pembangunan masjid di lingkungan ITB dirasa belum perlu dilakukan. Ia juga beralasan bahwa “kalau orang Islam minta masjid, nanti orang komunis juga minta [[Lapangan Merah]] di ITB.”<ref name="Sejarah" />
 
Meskipun ketidaksetujuan dari beberapa pihak, sebuah tim beranggotakan Prof T.M. Soelaiman, [[Ahmad Sadali|Achmad Sadali]], [[Muhammad Imaduddin Abdulrahim|Imaduddin Abdulrachim]], Mahmud Junus, dan beberapa orang lainnya tetap mencari dukungan dan persetujuan. Hasilnya, mereka mendapatkan dukungan dari seorang dosen planologi bernama Drs. Woworuntu dan ketua Jurusan Arsitektur ITB dari Belanda bernama Prof. Roemond. Pada 28 Mei 1964, Prof. TM Soelaiman, [[Achmad Noe'man]], Achmad Sadali, dan Ajat Sudrajat pergi membawa sebuah rancangan masjid menuju Istana Kepresidenan untuk dimintai persetujuan dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. Melalui pertemuan tersebut, didapatkan persetujuan pembangunan masjid dari Soekarno.<ref name="Sejarah" /> Soekarno juga memberikan nama "Salman" kepada masjid yang akan dibangun. Nama tersebut berasal dari nama teknokrat dari [[KekaisaranSalman Persiaal-Farisi|seorang teknokrat dari Persia]] yang menggagas pembangunan kanal saat [[Pertempuran Khandaq|Perang Khandaq]].<ref name="Dewiyanti" />
 
Pada tahun 1964, rektor baru ITB, [[Ukar Bratakusumah|Prof. Ukar Bratakusuma]] menyetujui dibangunnya masjid di sebuah ladang jagung tepi Jalan Ganesha. Pada akhir 1964, sebuah [[musala]] sementara selesai dibangun. Akibat kekurangan dana, bagian masjid yang pertama kali dibangun adalah menara. Menara tersebut diresmikan pada 22 Juni 1965.<ref name="Dewiyanti" /> Pada 5 Mei 1972, bangunan masjid diresmikan bersaman dengan dilaksanakannya salat Jumat.