Tafsir Al-Qur'an: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 11:
 
== Urgensi tafsir Al-Qur'an dalam Islam ==
Al-Qur'an diturunkan kepada [[Muhammad|Nabi Muhammad]] {{SAW}} melalui [[Malaikat Jibril]] dalam [[bahasa Arab]] dengan segala macam kekayaan bahasanya. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar [[aqidah]], kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku, menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berpikir dan beramal. Namun, Allah SWT tidak menjamin perincian-perincian dalam masalah-masalah itu sehingga banyak lafal Al-Qur'an yang membutuhkan tafsir, apalagi sering digunakan susunan kalimat yang singkat namun luas pengertiannya. Dalam lafazh yang sedikit saja dapat terhimpun sekian banyak makna. Untuk itulah diperlukan penjelasan yang berupa tafsir Al-Qur'an.{{sfn|Al-Utsaimin|2001|p=23}}
 
Tujuan pewahyuan Al-Qur'an adalah tadabbur. ''Tadabbur'' adalah merenungi lafal-lafal {{nowrap|Al-Qur'an}} untuk memahami maknanya. Allah berfirman, "Kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran."{{Cite quran|38|29}} Jika tidak ada tadabbur, maka manusia akan kehilangan hikmah tersebut dan lafal-lafal Al-Qur'an tidak akan memberi pengaruh. Firman Allah yang lain, "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?"{{Cite quran|47|24}} Allah mencela orang-orang yang tidak men-''tadabbur''-i Al-Qur'an serta menyebutkan tentang terkuncinya dan tidak adanya kebaikan pada hati mereka.{{sfn|Al-Utsaimin|2001|p=23}}
Mempelajari tafsir Al-Qur'an adalah kewajiban berdasarkan firman Allah swt yang artinya sebagai berikut.
<ul>
<li>"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." ([[Surah Sad|QS Sad]] [38]: 29)
 
Allah swt menjelaskan bahwa hikmah diturunkannya Al-Qur'an yang penuh dengan berkah adalah agar manusia men-''tadabbur''-i ayat-ayatnya dan meneliti ayat-ayat itu. ''Tadabbur'' adalah merenungi lafal-lafal Al-Qur'an untuk memahami maknanya. Jika tidak ada tadabbur, maka manusia akan kehilangan hikmah tersebut dan lafal-lafal Al-Qur'an tidak akan memberi pengaruh.
 
</li>
<li>"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" ([[Surah Muhammad|QS Muhammad]] [47]: 24)
 
Allah swt mencela orang-orang yang tidak men-''tadabbur''-i Al-Qur'an serta menyebutkan tentang terkuncinya dan tidak adanya kebaikan pada hati mereka.
 
</li></ul>
 
Ulama-ulama terdahulu berpendapat atas wajibnya mempelajari tafsir Al-Qur'an. Mereka mempelajari lafal dan makna Al-Qur'an sehingga mereka bisa melaksanakan amal yang Allah maksudkan dalam Al-Qur'an. Tidak mungkin melakukan suatu amal yang tidak diketahui hakikat maknanya.{{sfn|Al-Utsaimin|2001|p=23}}
 
Abu Abdirrahman as-Sulamiy berkata, "Orang-orang yang mengajari kami Al-Qur'an, seperti [[Utsman bin Affan]] dan [[Abdullah bin Mas'ud]], ketika belajar sepuluh ayat dari Al-Qur'an kepada Nabi {{SAW}}, mereka tidak meminta tambah sampai mereka memahami ilmu dan amal yang terkandung di dalamnya. Mereka berkata, 'Oleh sebab itu, kami mempelajari Al-Qur'an sekaligus ilmu dan amal.'"{{sfn|Al-Utsaimin|2001|pp=23-24}}
 
== Sejarah tafsir Al-Qur'an ==