Transenden: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Penggunaan dalam bidang Matematika: Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Merapikan |
||
Baris 1:
[[Berkas:Stained glass, Holy Family Church, Teconnaught, September 2010 crop.jpg|jmpl|200px|Gambaran Tuhan yang memiliki tabiat transenden, jauh melampuai akal pikiran manusia]]
'''Transenden''' ([[bahasa Inggris]]: ''transcendent''; [[bahasa Latin]]: ''transcendere'') merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang terlihat, yang dapat ditemukan di alam semesta.<ref name="Bagus">{{id}}Lorens Bagus., Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia, 1996, Hal. 1118-1119</ref> Contohnya, pemikiran yang mempelajari sifat Tuhan yang dianggap begitu jauh, berjarak dan mustahil dipahami manusia.<ref name="Audi">{en}}Robert Audi., The Cambridge Dicitonary of Philosophy. Edinburg: Cambridge University Press, Hal. 807-808</ref>
==
Transenden terdiri dari dua kata: kata "trans" yang berarti seberang, melampaui, atas, dan kata "scandere" yang berarti memanjat.<ref name="Bagus"/> Istilah ini bersama-sama dengan bentuk-bentuk lain seperti "transendental", "transendensi", dan "transendentalisme", digunakan dengan sejumlah cara, dan dengan sejumlah penafsiran tersendiri dalam sejarah filsafat.<ref name="Bagus"/> Beberapa pengertian dari transenden adalah: lebih unggul, agung, melampaui, superlatif, melampaui pengalaman manusia, berhubungan dengan apa yang selamanya melampaui pemahaman terhadap pangalaman biasa dan penjelasan ilmiah.<ref name="Audi"/>
== Penggunaan kata
Para filsuf yang memiliki ide transenden tentang Tuhan dimulai dari [[Pythagoras]], [[Plato]], Philo Judaeus yang mengatakan bahwa Allah yang transenden memiliki sifat bertolak belakang dengan [[Allah]] yang imanen seperti diyakini oleh [[Stoikisme]] dan [[Panteisme]].<ref name="Bagus"/>▼
=== Filsafat dan agama ===
▲Para filsuf yang memiliki ide transenden tentang Tuhan dimulai dari [[Pythagoras]], [[Plato]], Philo Judaeus yang mengatakan bahwa Allah yang transenden memiliki sifat bertolak belakang dengan [[Allah]] yang imanen seperti diyakini oleh [[Stoikisme]] dan [[Panteisme]].<ref name="Bagus" /> [[Immanuel Kant]] juga pernah memakai istilah ini untuk menggambarkan adanya unsur [[a priori]] yang memberikan inspirasi gagasan kepada manusia untuk berpikir tentang dunia yang supratemporal.<ref name="Bagus" /> Dalam arti inilah Kant menggunakan istilah "estetika transendetal" dan "logika transendetal."<ref name="Bagus" />
Menurut [[Rudolf Otto]], sewaktu mengalami yang transenden, manusia mengalami dua perasaan yang bertentangan.<ref name="Hardjana">{{id}}Agus M. Hardjana., Religiositas, Agama, Dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius, 2005, Hal. 30</ref> Di satu sisi manusia merasa sangat tertarik karena pesona fascinosum, tetapi di sisi lain ia merasakan gemetar dan ketakutan karena yang transenden itu tremendum, yaitu memiliki daya pemaksaan dan menakutkan.<ref name="Hardjana"/> Sewaktu mengalami yang transenden itu, manusia akan lupa siapa dirinya terhanyut pada yang transenden dan menikmati perjumpaan dengannya.<ref name="Hardjana"/>
Baris 17 ⟶ 16:
[[Frans Magnis Suseno]] menguraikan relasi Tuhan yang transenden itu dengan dunia.<ref name="Suseno">{{id}}Feans Magnis Suseno., Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 2006, Hal. 192-193</ref> Yang pertama, hubungannya memang bersifat transenden, artinya eksistensinya tidak bergantung pada dunia karena ia tak terbatas dan tak terhingga.<ref name="Suseno"/> Namun, yang ilahi dan transenden itu sekaligus juga imanen, artinya ia meresapi apa pun yang ada, tak ada tempat di dunia ini di mana yang ilahi tidak hadir di situ.<ref name="Suseno"/> Hal ini berarti, yang ilahi dibedakan dari dunia bukan seperti dua benda, atau dua objek, dibedakan satu dari yang lain.<ref name="Suseno"/> Dunia yang terbatas ini memang bergantung pada ilahi yang tak terbatas sehingga Allah menjadi penunjang adanya dunia.<ref name="Suseno"/> Dalam bahasa sederhana: Tuhan itu, sebagai yang transenden, di mana-mana tidak ada, dan sekaligus yang imanen, di mana-mana ada.<ref name="Suseno"/>
===
Istilah transenden juga digunakan dalam bidang matematika merujuk pada bilangan yang tak terhingga.<ref name="Wrede">{{id}}Robert Wrede dan Murray R. Spiegel., Kalkulus Lanjut, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, Hal. 5</ref> Misalnya bilangan "π" yang biasanya dibulatkan menjadi 3,14 sesungguhnya memiliki pecahan yang tak dapat didefinisikan.<ref name="Wrede"/> Sebuah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan sembarang persamaan polinomial dengan koefisien-koefisien bilangan bulat disebut bilangan transenden, artinya tak terhitung atau tak terhingga.<ref name="Wrede"/>
|