Bangsa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mich Bandung (bicara | kontrib)
Pelengkapan definisi bangsa
Mich Bandung (bicara | kontrib)
Baris 48:
Lihat pula: [[Negara kebangsaan|Negara Kebangsaan]]
 
Dalam artikelnya yang berjudul "theTh''e Mosaic Moment: An Early Modernist Critique of the Modernist Theory of Nationalism''", [[:en:Philip_S._Gorski|Philip S. Gorski]] berpendapat bahwa bangsa modern yang pertama kali terbentuk adalah [[Republik Belanda]] yang dibangun oleh politik nasionalisme modern yang berakar dari [[nasionalisme biblikal]].<ref>{{Cite book|title=Philip S. Gorski, "The Mosaic Moment: An Early Modernist Critique of the Modernist Theory of Nationalism", American Journal of Sociology 105:5 (2000), pp. 1428–68.|url-status=live}}</ref> Pada tahun 2013, dalam artikelnya yang berjudul "''Biblical nationalism and the sixteenth-century states''", [[:en:Diana_Muir_Appelbaum|Diana Muir Appelbaum]] memperluas argumen [[Philip S. Gorski|Gorski]] untuk menerapkan bangsa yang baru, Protestan dan pada abad keenam belas.<ref>{{Cite book|title=Diana Muir Appelbaum, Biblical nationalism and the sixteenth-century states, National Identities, 2013|url-status=live}}</ref> Pendapat yang serupa dikemukakan oleh [[:en:Anthony_D._Smith|Anthony D. Smith]] dalam bukunya yang berjudul “Chosen“''Chosen Peoples: Sacred Sources of National Identity and Myths and Memories of the Nation”Nation''”.<ref>{{Cite book|title=Anthony D. Smith, Chosen Peoples: Sacred Sources of National Identity (Oxford University Press, 2003) and Myths and Memories of the Nation (Oxford University Press, 1999).|url-status=live}}</ref>
 
Dalam bukunya yang berjudul "''Nationalism: Five Roads to Modernity''", [[:en:Liah_Greenfeld|Liah Greenfeld]] memberikan argumen bahwa nasionalisme ditemukan di Inggris pada tahun 1600. Menurut [[Liah Greenfeld|Greenfeld]], Inggris merupakan bangsa pertama yang ada di dunia.<ref>{{Cite book|title=Steven Guilbert, The Making of English National Identity, http://www.cercles.com/review/R12/kumar7.htm|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=Liah Greenfeld, Nationalism: Five Roads to Modernity, Harvard University Press, 1992.|url-status=live}}</ref>
 
== Ilmu Sosial ==
Pada akhir abad ke 20, banyak ahli ilmu sosial berargumen bahwa ada 2 tipe bangsa, yaitu [[nasionalisme sipil]], sebagai contoh adalah Perancis dan [[nasionalisme etnis]], sebagai contoh adalah Jerman. Tradisi warga Jerman dikonseptualisasi oleh filsuf awal abad 19 seperti [[Johann Gottlieb Fichte]], dan ditunjukan kepada manusia yang memiliki kesamaan bahasa, agama, budaya, sejarah dan [[Kelompok etnik|kelompok etnis]], itulah pembeda mereka dari manusia dari bangsa lain.<ref name=":0">{{Cite book|title=Noiriel, Gérard (1992). Population, immigration et identité nationale en France:XIX-XX siècle. Hachette. ISBN 2010166779.|url-status=live}}</ref> Ini adalah visi, diantara lain adalah [[Ernest Renan]].<ref name=":0" />
 
Analasis masa kini cenderung berdasarkan studi sosio-sejarah tentang pembangunan sentimen [[identitas nasional]], mencoba untuk menindetifikasi individu dan mekanisme kolektif, baik sadar atau tidak, sengaja atau tidak. Menurut beberapa dari studi ini, dapat dilihat bahwa [[:en:State_Negara (politypemerintahan)|the State]]  seringkali mempunyai peran yang signifikan, dan komunikasi, terutama dari segi ekonomi, juga mempunyai signifikasi yang tinggi. <sup>[[ref name=":en:Nation#cite_note-Noiriel-22|[22]]]<0" /sup>
 
== Debat mengenai potensi sebuah bangsa pada masa yang akan datang ==
Baris 64:
Teori [[Benturan Peradaban|benturan peradaban]] sangat kontras dengan teori [[Kosmopolitanisme|kosmopolitan]] mengenai dunia yang semakin terhubung dan tidak lagi membutuhkan negara kebangsaan. Menurut [[ilmuwan politik]] [[Samuel Huntington]], [[identitas]] budaya dan agama dari sebuah masyarakat akan menjadi sumber utama konflik di dunia pasca- [[Perang Dingin]].
 
Teori ini pertama kali dirumuskan pada kuliah tahun 1992 di [[American Enterprise Institute]] <ref>{{Cite book|title="U.S. Trade Policy — Economics". AEI. 15 February 2007. Archived from the original on 29 June 2013. Retrieved 20 February 2013.|url-status=live}}</ref> yang kemudian dikembangkan pada tahun 1993 dalam artikel [[Foreign Affairs]] yang berjudul "''The Clash of Civilizations?''". Hal tersebut dilakukan dalam rangka memberi respon pada buku yang ditulis oleh [[Francis Fukuyama]] yang berjudul ''[[The End of History and the Last Man]]''.<ref>{{Cite book|title=Official copy (free preview): "The Clash of Civilizations?". Foreign Affairs. Summer 1993. Archived from the original on 29 June 2007.|url-status=live}}</ref> Huntington lalu mengembangkan [[tesis]]<nowiki/>nya pada buku yang berjudul "TheT''he Clash of Civilizations and the Remaking of World Order''" pada tahun 1996.
 
Huntington mulai memikirkan teorinya dengan melakukan beberapa survei berbeda mengenai sifat politik global pada pasca- [[Perang Dingin]]. Beberapa ahli teori berargumen bahwa [[hak asasi manusia]], [[demokrasi liberal]] dan ekonomi [[pasar bebas]] menjadi satu-satunya alternatif ideologis yang tersisa bagi negara-negara di dunia pasca-Perang Dingin. Secara spesifik, [[Francis Fukuyama]] berargumen bahwa dunia telah mencapai "akhir sejarah" [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel|Hegelian]], dalam bukunya yang berjudul "The End of History and the Last Man".