Islam di Lampung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Tinjauan Umum: Memperjelas konten penjelasan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
menambahkan rujukan Tag: Dikembalikan VisualEditor |
||
Baris 15:
Selain itu, menurut buku Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Lampung Buku II, terbitan DHD Angkatan 45 Lampung tahun 1994, halaman 49-53, disebutkan pada sekitar abad 18, sebanyak 12 orang penggawa dari beberapa kebuaian di daerah ini mengunjungi Banten untuk belajar agama Islam. Mereka adalah penggawa dari Bumi Pemuka Bumi, penggawa dari Buai Subing, Buai Berugo, Buai Selagai, Buai Aji, Buai Teladas, Buai Bugis, Buai Mega Putih, Buai Muyi, Buai Cempaka, Buai Kametaro, dan Buai Bungo Mayang.
Di Sekala Brak, Islam dibawa empat orang putra Sultan, Setelah berdirinya salah satu kerajaan di [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] ([[Orang Minangkabau|Minangkabau]]) sekitar tahun 1016 Masehi keempat umpu beranjak ke muko-muko setelah itu mengislamkan suku bangsa yang beragama animisme di sekala brak kuno/purba. Sebelumnya, di wilayah sekala brak kuno ini telah berdiri sebuah kerajaan legendaris bernama [[Sekala Brak|Sekala Brak Kuno]], dengan penghuninya yang disebut suku bangsa Tumi, penganut kepercayaan animisme.
Bangsa Tumi mengagungkan sebuah pohon bernama Belasa Kepampang (Kepappang) atau nangka bercabang. diceritakan, pohon ini memiliki dua cabang, satunya nangka dan sisi yang lain adalah sebukau, sejenis kayu bergetah. Keistimewaan pohon ini, jika terkena getah kayu sebukau bisa menimbulkan koreng dan hanya dapat disembuhkan dengan getah nangka di sebelahnya<ref>{{Cite web|last=Tim|title=Peninggalan Kerajaan Islam beserta Sejarah Singkatnya|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201201191336-31-576769/peninggalan-kerajaan-islam-beserta-sejarah-singkatnya|website=nasional|language=id-ID|access-date=2021-04-16}}</ref>.
=== Masuk melalui budaya setempat ===
|