Kedokteran hewan di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
→Tahun 1900–1945: Hapus, sepertinya circular reference Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 17:
Awalnya, kursus ini berada di bawah pengawasan Koningsberger, Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun 1908, L. de Blieck menjadi pimpinan laboratorium veteriner dan tahun berikutnya ia juga diberi tugas memimpin kursus.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Pada tahun 1910 terjadi perubahan nama, ”''Inlandsche Veeartsenschool''” (sekolah dokter hewan bumiputra) dipilih untuk menggantikan nama kursus, sedangkan jabatan kepala sekolah (sekaligus kepala laboratorium) berubah menjadi direktur.<ref name="prio"/> Seorang siswa asal [[Minahasa]], Johannes Alexander Kaligis, lulus pada tahun 1910 sebagai dokter hewan Indonesia yang pertama.<ref name=":0"/>{{sfn|Dharmojono|2019|p=60}} Pada tahun 2010, seratus tahun setelah kelulusan Kaligis, dilakukan perayaan satu abad dokter hewan Indonesia.<ref name=":0"/>
Pada tahun 1914, nama pendidikan diubah lagi menjadi ”''Nederlands Indische Veeartsenschool''” (NIVS).<ref name="prio"/> Sekolah ini menerima berbagai golongan, tidak hanya siswa bumiputra. NIVS lalu mengalami kemunduran karena kembali disatukan dengan laboratorium menjadi ”''veeartsenijkundig instituut''” (VI) atau lembaga veteriner.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Namun pada tahun 1919, NIVS kembali dipisahkan dari lembaga dan berdiri sendiri.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} [[Bahasa Jerman]] ikut diajarkan supaya siswa-siswanya dapat membaca buku-buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Lulusan NIVS yang berkinerja baik diberi kesempatan melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan di [[Utrecht (provinsi)|Utrecht]], Belanda, dengan langsung menjadi mahasiswa tingkat III.{{sfn|Sigit|2003|p=2}}{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}} Selain Kaligis, dokter hewan Indonesia yang lulus dari Utrecht yaitu Soeparwi, Iskandar Titus, dan A.A. Ressang.<ref name=":0"/>{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}}
Pada masa pendudukan [[Jepang]], nama NIVS diubah menjadi ''Bogor Semon Zui Gakko''.<ref name="prio"/> Sekolah ini akhirnya ditutup saat Jepang menyerah kepada tentara sekutu. Jumlah dokter hewan Indonesia yang dihasilkan sejak IVS didirikan, lalu berganti nama menjadi NIVS, dan terakhir ''Semon Zui Gakko'', adalah 143 orang.{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}}
|