Aloysius Gonzaga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Dang Go (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
di tengah-tengah orang yang menghadapi kematian. Rosario menunjukkan devosinya kepada Santa Perawan Maria.
 
Pada tahun 1577 Aloysius dan adiknya, Rodolfo, dibawa ke Firenze ([[Florence]]) kepada seorang bangsawan kawan ayah mereka seorang Adipati, Duke Francesco de Medici. Di istana bangsawan itu mereka tinggal untuk mengetahui adat-istiadat kebiasaan seorang bangsawan. Keluarga Medici adalah salah satu keluarga bangsawan yang paling berkuasa di [[Eropa]]. Tetapi pada saat yang sama dalam keluarga itu, intrik dan kebohongan merajalela; pisau belati dan racun adalah alat untuk menyelesaikan masalah. Dikelilingi oleh suasana yang demikian itu, Aloysius yang berjiwa peka menarik diri dan menolak untuk ambil bagian dalam perlombaan-perlombaan serta pertunjukkan kosong orang-orang Firenze. Hanya dengan cara inilah Ia dapat menghindari dosa. Demikian muak Ia dengan jalan hidup ini sehingga pada suatu hari pada tahun 1578, selagi berada di dalam Gereja Maria Annunciata, Ia membuat sebuah keputusan kuat untuk tidak pernah menyakiti Tuhan dengan berdosa.
 
Dari Firenze, Aloysius dikirim ke Mantua pada bulan November 1579, di sana ia hidup bersama sanak saudaranya. Salah seorang dari mereka mempunyai kapel pribadi yang sangat menarik hatinya. Di sini Ia membaca buku Kehidupan para Kudus dan tetap asik mendaraskan mazmur-mazmur. Dari pendarasan mazmur harian inilah, pikiran untuk menjadi seorang imam muncul. Aloysius kembali ke Castiglione pada tahun 1580. Dalam perpustakaan keluarga, Ia menemukan ringkasan ajaran kristiani, karangan Petrus Kanisius dengan meditasi-meditasi untuk setiap hari pada akhir buku itu. Aloysius menggunakan meditasi-meditasi itu untuk doanya dan segera mulai merasakan buah-buah rohani.