Kedokteran hewan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
RianHS (bicara | kontrib)
Baris 65:
Pada tanggal 3 Februari 1950 [[Universitas Indonesia|Universiteit Indonesia]] dibentuk yang terdiri atas beberapa fakulteit, di antaranya pertanian dan kedokteran hewan di Bogor. Nama Faculteit der Diergeneeskunde diubah menjadi Fakulteit Kedokteran Hewan Universiteit Indonesia (FKH-UI).<ref name="sipb">{{cite web|title=Selayang Pandang|url=http://fkh.ipb.ac.id/profil/sejarah/|website=Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor|access-date=8 Januari 2020}}</ref> Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1955, istilah fakultit (yang digunakan UGM) dan fakulteit (yang digunakan UI) kemudian diseragamkan menjadi fakultas, sedangkan universiteit diubah menjadi universitas.<ref>{{cite web|title=Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1955|url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/24736/node/945/uu-no-10-tahun-1955-pengubahan-nama-universiteit,-universitet,-universitit,-faculteit,-facultet-dan-facultit-menjadi-universitas-dan-fakultas|website=Hukum Online|accessdate=8 Januari 2020}}</ref>
 
Untuk menangani [[penyakit mulut dan kuku]] (PMK) yang meluas, pemerintah mendirikan Balai Penyelidikan Penyakit Mulut dan Kuku (BPPMK) di Surabaya pada tahun 1952. Nama lembaga ini kemudian terus berubah, yaitu menjadi Lembaga Penyidikan Penyakit Mulut dan Kuku (tahun 1955) dan Lembaga Penyakit Mulut Kuku (1959). Lembaga ini pertama kali menghasilkan vaksin PMK sebanyak 58.300 dosis pada tahun 1964.<ref name=":1">{{Cite web|last=Luthfi|first=Wihdi|date=17 Februari 2020|title=Success Story Pembebasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/02/17/success-story-pembebasan-penyakit-mulut-dan-kuku-pmk-di-indonesia|website=Good News from Indonesia|language=|access-date=24 April 2021}}</ref> Saat peran lembaga ini dibutuhkan untuk menangani lebih banyak penyakit, seperti rabies dan [[Penyakit newcastle|penyakit Newcastle]], namanya pun diubah menjadi Lembaga Virologi Kehewanan (1967), lalu Pusat Veterinaria Farma (1978), dan terakhir Pusat Veteriner Farma (2012), yang bertugas melaksanakan produksi, pengujian, distribusi, dan pemasaran, serta pengembangan produksi vaksin, antisera, diagnostika, dan bahan biologis lainnya.<ref>{{Cite web|title=Sejarah|url=http://pusvetma.ditjenpkh.pertanian.go.id/sejarah|website=Pusat Veteriner Farma|access-date=24 April 2021}}</ref>
 
Pada 9 Januari 1953, organisasi dokter hewan bernama Perhimpunan Ahli Kehewanan yang didirikan sejak awal kemerdekaan mengadakan kongres pertama di [[Lembang, Bandung Barat|Lembang]], [[Jawa Barat]].<ref name="SejarahPDHI" /> Dalam kongres ini, [[Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia]] (PDHI) dibentuk sebagai organisasi profesi dokter hewan Indonesia.<ref name="SejarahPDHI" />
Baris 77:
Setelah puluhan tahun menggunakan peraturan perundang-undangan warisan Belanda, pada tahun 1967, Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU ini, definisi hewan diperluas hingga menjadi "semua binantang yang hidup di darat, baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar".{{sfn|UU 6/1967|loc=Pasal 1 huruf a}} Selain itu, penerapan ilmu kedokteran hewan juga telah mencakup kesehatan hewan, [[kesehatan masyarakat veteriner]], dan [[kesejahteraan hewan]].{{sfn|UU 6/1967|loc=Pasal 19}}
 
Di [[Kota Denpasar|Denpasar]], [[Bali]], [[Universitas Udayana]] (Unud) membuka Jurusan Kedokteran Hewan pada tahun 1978 di bawah FKHP.<ref name="sunud">{{cite web|url=https://fkh.unud.ac.id/pages/view/sejarah|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Lima tahun kemudian, nama FKHP Unud berubah menjadi Fakultas Peternakan dan Program Studi Kedokteran Hewan.<ref name="sunud" /> Status sebagai fakultas baru diperoleh pada tahun 1997 dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.<ref name="sunud" />
 
Penyakit mulut dan kuku berhasil [[Pemberantasan penyakit menular|diberantas]] secara keseluruhan di Indonesia pada tahun 1986, setelah wabah terakhir ditemukan di Blora, Jawa Tengah, pada 1983. Status bebas PMK ini diakui di lingkup Asia Tenggara pada 1987 dan di lingkup dunia oleh [[Organisasi Kesehatan Hewan Dunia]] (OIE) pada 1990.<ref name=":1" />
 
Pada tahun 1992, dasar hukum penyelenggaraan [[karantina]] pada hewan dibuat tersendiri oleh pemerintah. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan pun terbit. Peraturan ini bertujuan untuk mencegah masuk, tersebar, dan keluarnya sejumlah penyakit hewan dan penyakit ikan tertentu, yang masing-masing disebut dengan [[hama dan penyakit hewan karantina]] (HPHK) serta [[hama dan penyakit ikan karantina]] (HPIK). Hewan diartikan sebagai binatang yang hidup di darat, sedangkan ikan sebagai biota perairan.{{sfn|UU 16/1992|loc=Pasal 1 angka 7 dan 10}}
 
Pada tahun 2001, Universitas Nusa Tenggara Barat [[Kota Mataram|Mataram]] membuka Program Studi Kedokteran Hewan,<ref>{{cite web|url=https://fkh-untb.id/sejarah-berdirinya-fakultas-kedokteran-hewan-universitas-nusa-tenggara-barat/|title=Sejarah Berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Tenggara Barat|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Tenggara Barat|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> yang kemudian menjadi [[Universitas Pendidikan Mandalika]] pada tahun 2019.<ref>{{Cite web|date=2019-10-31|title=UNDIKMA, Nama Baru Gabungan IKIP Mataran dan UNTB|url=https://mataramnews.co.id/18587/undikma-nama-baru-gabungan-ikip-mataran-dan-untb/|website=Mataram News|language=id-ID|access-date=2020-10-03}}</ref> Pendidikan kedokteran hewan di universitas swasta bermula pada tahun 2008 saat [[Universitas Wijaya Kusuma Surabaya]] membentuk Fakultas Kedokteran Hewan.<ref name="suwks">{{cite web|url=https://fkh.uwks.ac.id/explanation?v=Un4ULagffKI%3d|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Pada tahun yang sama, Universitas Brawijaya Malang kembali membuka Program Kedokteran Hewan yang saat ini telah menjadi FKH Universitas Brawijaya.<ref>{{cite web|url=https://fkh.ub.ac.id/id/profil/sejarah-singkat/|title=Sejarah|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya|accessdate=9 Januari 2020}}</ref>

Pada tahun 2010, program studi kedokteran hewan dibuka di [[Universitas Nusa Cendana]] [[Kupang]]<ref>{{cite web|url=https://fkh.undana.ac.id/index.php/in/who-we-are/history|title=Sejarah Singkat|website=Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> dan [[Universitas Hasanuddin]] [[Makassar]].<ref>{{cite web|url=https://med.unhas.ac.id/kedokteranhewan/index.php/sejarah/|title=Sejarah|website=Universitas Hasanuddin|accessdate=9 Januari 2020}}</ref> Terakhir, [[Universitas Padjadjaran]] [[Bandung]] membuka Program Studi Kedokteran Hewan yang berada di bawah Fakultas Kedokteran pada tahun 2019.<ref>{{cite web|url=http://www.fk.unpad.ac.id/prodi-detail/Mg/MzM|title=Program Studi Kedokteran Hewan|website=Universitas Padjadjaran|accessdate=9 Januari 2020}}</ref>
 
== Catatan ==