Lutung Kasarung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 14:
 
== Cerita ==
Pada zaman dahulu, di Tanah Pasundan (Jawa Barat), tersebutlah sebuah kisah yang sangat terkenal hingga kini, yaitu kisah tentang Lutung Kasarung. Kisah ini menjadi cerita yang tetap populer karena mengandung banyak hikmah. AdalahKisah ini bercerita tentang pangeran tampan bernama Sanghyang Guruminda yang dihukum dengan dibuang ke bumi karena melakukan kesalahan di kayangan dalam wujud seekor lutung. Sebagai seekor lutung, Sanghyang Guruminda tersesat di sebuah hutan sehingga ia diberi nama Lutung Kasarung. Lutung Kasarung dalam bahasa Sunda berarti lutung yang tersesat. Lutung adalah sejenis kera dengan bulu lebat berwarna hitam legam dengan ekor yang panjang.
 
Sementara itu, Prabu Tapa Agung, yang merupakan raja dari Kerajaan Pasir Batang, telah tua dan sakit-sakitan. Ia berencana akan menunjuk salah seorang putrinya untuk menjadi ratu sebagai penggantinya dan memerintah Kerajaan Pasir Batang. Sebagai raja yang bijaksana, ia berpikir secara mendalam tentang keputusannya ini. Ia sama sekali tidak mempunyai seorangpun putra mahkota. Tujuh anak yang dilahirkan oleh permaisuri semua perempuan. Lima di antaranya sudah menikah dengan para pangeran dari kerajaan-kerajaan lainnya. Sementara dua putri lainnya, yaitu Putri Purbararang dan Putri Purbasari belum menikah, jadi masih tinggal di istana bersama mereka.
Baris 24:
Sihir yang dilakukan oleh Ni Ronde sangat mengerikan. Dalam semalam, Putri Purbasari terkena teluh berupa penyakit kulit yang menjijikkan. Seluruh wajah, tubuh, hingga ujung kakinya melepuh dan bernanah. Penyakit itu menimbulkan aroma busuk. Tidak ada tabib yang dapat mengobati penyakitnya itu. Semua menyerah.
 
Setelah itu, menghadaplah Putri Purbararang kepada Prabu Tapa Agung. Bersama Raden Indrajaya, ia menghasut Prabu Tapa Agung untuk mengasingkan Putri Purbasari ke hutan. Menurut Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, tidaklah mungkin Putri Purbasari menggantikan ayahandanya itu menjadi raja. Putri Purbasari, menurut Putri Purbararang memang tidak seharusnya menjadi ratu karena hanya seorang putri bungsu. Justru Putri PurbararanglahPurbararang-lah yang paling berhak dianugerasi tampuk kekuasaan kerajaan Pasir Batang. Bukankan Putri Purbararang merasa berhak menjadi ratu karena ia adalah putri sulung?. Menurut Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, pastilah Putri Purbasari telah terkena kutukan karena menyalahi kebiasaan kerajaan-kerajaan dari zaman dulu: yang paling berhak dinobatkan sebagai raja atau ratu adalah anak sulung, bukan anak bungsu.
 
Berkat kepandaian Putri Purbararang dan Raden Indrajaya berbicara, akhirnya Prabu Tapa Agung berhasil dipengaruhi. Putri Purbasari kemudian diasingkan ke hutan. Hati Prabu Tapa Agung sangat sedih. Putri Purbasari adalah putri yang paling dikasihinya karena sopan-santun, kecerdasan, dan sifat-sifat baiknya, kini harus pergi diasingkan ke hutan yang penuh dengan binatang-binatang buas. Tetapi, Prabu Tapa Agung harus melakukannya. Bisa saja kata-kata Putri Purbararang benar. Jika Putri Purbasari memang terkena kutukan, maka ia harus dijauhkan dari istana dan kerajaan. Bisa saja penyakit itu sangat menular dan membahayakan seluruh rakyat kerajaan Pasir batang.
Baris 32:
Di mana seorang yang baik hatinya, dan bagaimanapun rupanya, akan mudah diterima oleh lingkungannya berada. Demikian juga dengan Putri Purbasari. Berada di hutan justru membuatnya dekat dan akrab dengan binatang-binatang. Tidak ada hewan buas yang jahat kepadanya. Justru mereka selalu melindungi Putri Purbasari. Ia tak pernah kelaparan, karena beraneka ragam buah-buahan dan umbi-umbian disediakan oleh binatang-binatang sahabatnya.
 
Salah satu binatang yang paling sering membawakan makanan untuk Putri Purbasari adalah seekor lutung, yang tidak lain adalah Lutung Kasarung, yaitu jelmaan Sanghyang Guruminda. Lutung yang dapat berbicara itu sangat baik kepadanya. Tidak hanya mengantarkan makanan, lutung yang gerak-geriknya selalu menarik perhatian Putri Purbasari itu setia menemaninya ke mana-mana. Bersama lutung itu Putri Purbasari tak pernah merasa kesepian.
 
Pada suatu hari, Putri Purbasari demikian rindu kepada ayahandanya Prabu Tapa Agung, hingga ia menangis dan meratapi penyakit kulitnya yang membuatnya dianggap terkena kutukan itu. Lutung Kasarung yang mendengar ratapan Putri Purbasari segera mengerti siapa sebenarnya gadis itu. Ia segera menyelinap pergi. Ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan obat kesembuhan untuk Sang Putri Purbasari. Dengan doa yang dipanjatkan oleh Sanghyang Guruminda atau Lutung Kasarung ini, maka terciptalah sebuah telaga kecil. Segeralah Lutung Kasarung menemui Putri Purbasari yang terlihat masih menangis meratapi kerinduannya kepada ayahnya.
Baris 46:
Putri Purbararang kemudian mengajukan keberatannya. Ia mengajukan syarat kepada Prabu Tapa Agung. Ia ingin mengadakan perlombaan memasak. Jika Putri Purbasari dapat mengalahkannya dalam perlombaan memasak makanan, maka ia bersedia secara sukarela membiarkan Putri Purbasari menjadi ratu. Tetapi, jika ia memenangkan perlombaan memasak itu, maka dialah yang berhak menjadi ratu di Kerajaan Pasir Batang. Prabu Tapa Agung kemudian menyetujui syarat yang diajukan Putri Purbararang. Maka diadakanlah perlombaan memasak antara Purbararang dan Purbasari.
 
Putri Purbararang dengan dibantu pelayan-pelayannya yang cakapuntuk memasak makanan dengan sangat cepat. Makanan yang dibuat Putri Purbararang tampak sangat lezat. Baunya harum semerbak. Putri Purbasari tentu saja kewalahan. Ia bekerja sendirian. Akhirnya Lutung Kasarung memohon bantuan Yang Maha Kuasa. Maka kemudian, diturunkanlah para peri dan bidadari dari kayangan untuk membantu Putri Purbasari memasak secara kasatmata. Putri Purbasari tampak memasak sendiri, padahal di sekelilingnya tanpa seorangpun menyadari para peri dan bidadari membantunya. Mereka menambahkan bumbu-bumbu rahasia dari kayangan. Tak ada bumbu masakan lain di bumi yang bisa menandingi kelezatan makanan yang diberi bumbu ini. Akhirnya, ketika para juri lomba memasak mencicipi masakan Putri Purbararang dan Putri Purbasari, maka kemenangan diberikan kepada Putri Purbasari.
 
Putri Purbararang sangat kesal. Ia menyangka dialah yang akan menang. Ia menolak mengaku kalah dan meminta diadakan lagi sebuah perlombaan, yaitu perlombaan rambut panjang dan indah. Karena kesabarannya, Prabu Tapa Agung memberikan kesempatan kedua kepada Putri Purbararang. Putri Purbasari tidak merasa takut sedikitpun akan kalah, meskipun ia tahu rambut kakaknya jauh lebih panjang dari rambutnya. Benar saja, ketika Putri Purbararang membuka simpul konde, rambutnya yang hitam legam dan indah terurai hingga mencapai betis. Lutung Kasarung kembali berdoa dan memohon pertolongan Yang Maha Kuasa. Doanya dikabulkan. Sebelum Putri Purbasari melepas simpul konde, para peri dan bidadari dari kayangan menyambung rambut Putri Purbasari yang hanya sampai pinggang. Peri-peri dan bidadari-bidadari itu bekerja sangat cepat dan rapi. Setiap helai rambut Putri Purbasari disambung sehingga ketika rambut itu terurai, panjangnya mencapai tumit. Rambut itu indah sekali. Jauh lebih indah dan hitam dibanding rambut Putri Purbararang. Sekali lagi Putri Purbararang mendapat kekalahan.
Baris 58:
Putri Purbasari kemudian dengan yakin menggandeng Lutung Kasarung dan maju ke depan mendekati Putri Purbararang dan Raden Indrajaya. Semua hadirin yang ada di istana terhenyak. Putri Pusrbasari mempunyai tunangan seekor lutung yang jelek. Tetapi keadaan itu hanya berlangsung sekejap. Ketika Lutung Kasarung berdiri bersebelahan dengan Raden Indrajaya, berubahlah ia menjadi sosoknya yang sebenarnya. Kini Sanghyang Guruminda itu telah terbebas dari hukuman. Wujudnya sebagai Lutung Kasarung telah diambil, kini ia menjadi Sanghyang Guruminda yang sebenarnya. Dia adalah makhluk kayangan yang sangat tampan. Ketampanan Raden Indrajaya redup saat Sanghyang Guruminda berdiri di sebelahnya. Semua hadirin bertepuk tangan. Putri Purbararang dan Raden Indrajaya kaget sekali. Keadaan berubah seratus delapan puluh derajat. Hukum pancung menanti mereka.
 
Akan tetapi, karena kebaikan hati Putri Purbasari, hukuman pancung tidak dilakukan. Ia memaafkan kakaknya itu dengan ikhlas. Prabu Tapa Agung sangat bahagia. Tidak salah jika ia nantinya menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Putri Purbasari. Akhirnya Purbasari dan Sanghyang Guruminda hidup bahagia selamanya di Kerajaan Pasir Batang.
 
== Pranala luar ==