Ortodoksi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 53:
 
== Konsep-konsep terkait ==
Lawan kata ortodoksi adalah ''[[heterodoksi]]'' (ajaran yang lain) atau ''[[bidat|heresi]]'' (ajaran yang menyimpang, bidat). Pihak-pihak yang [[Deviasionisme|menyimpang]] dari ortodoksi dengan menganut [[doktrin]] yang dianggap keliru disebut ''heretikus'' (penyimpang, ahli bidat), sementara pihak-pihak yang menyempal dari kelompok utama penganut doktrin, baik dengan maupun tanpa menganut keyakinan yang menyimpang, disebut [[skisma|''skismatikus'']] (penyempal). Pemakaian istilah-istilah tersebut dalam berwacana kadang-kadang bergantung kepada aspek yang paling disorot. Jika yang diwacanakan adalah kesatuan badan, maka mungkin saja ''skisma'' yang akan diberi penekanan, sementara jika yang diwacanakan adalah koherensi doktrin, maka mungkin saja ''heresi'' yang akan diberi penekanan. Penyimpangan yang lebih ringan daripada ''heresi'' pada umumnya disebut ''eror'' (kekhilafan), maksudnya penyimpangan tersebut tidak cukupsebegitu parahparahnya untuksampai-sampai membuat pihak-pihak yang terlibat saling meliyankan sepenuhnya, kendati dampak buruknya terhadap persatuan tidak bisa dianggap sepele. Adakalanya istilah ''eror'' juga digunakan untuk menyebut ''heresi-heresi'' paripurna maupun kekhilafan-kekhilafan remeh. Doktrin atau amalan-amalan yang dianggap bukan bagian hakiki dari iman, sehingga sah-sah saja jika muncul ketidaksepahaman, disebut ''[[adiafora]]''.
 
Konsep ortodoksi jamak didapati di dalam berbagai bentuk [[monoteisme]]-terorganisasi. Meskipun demikian, keyakinan yang ortodoks biasanya tidak terlampau dipentingkan di dalam agama-agama [[Politeisme|politeistis]] atau [[Animisme|animistis]] yang sering kali hanya sedikit atau sama sekali tidak memiliki konsep [[dogma]], dan keberagaman tafsir doktrin maupun [[teologi]] ditoleransi bahkan kadang-kadang dianjurkan dalam konteks-konteks tertentu. Sebagai contoh, [[sinkretisme]] memainkan peran yang lebih besar di dalam agama non-monoteistis (terutama yang tidak berkitab suci). Norma pengatur yang paling lumrah di dalam politeisme adalah ''[[ortopraksi]]'' (amalan yang benar), alih-alih "keyakinan yang benar" atau ortodoksi.