Inkuisisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 83:
Seiring kian sengitnya perdebatan dan konflik di antara kubu [[Reformasi Protestan]] dan kubu [[Reformasi Katolik|Kontrareformasi Katolik]], umat Protestan mulai memandang Inkuisisi sebagai "[[liyan (filsafat)|liyan]]" yang mengerikan,<ref>Bdk. {{cite book|last=Haydon|first=Colin|title=Anti-Catholicism in eighteenth-century England, c. 1714-80: a political and social study|url=https://books.google.com/books?id=GR68AAAAIAAJ|access-date=2010-02-28|series=Studies in imperialism|year=1993|publisher=Manchester University Press|location=Manchester|isbn=0-7190-2859-0|page=6|quote=Ketakutan masyarakat terhadap [[Papist|Papisme]] terfokus pada tindak persekusi terhadap para ahli bidat yang dilakukan pihak Katolik. Pada umumnya diasumsikan bahwa bilamana dimungkinkan, kaum Papis pasti akan memberantas bidat dengan cara-cara kekerasan, karena menganggap tindakan tersebut sebagai kewajiban religius. Sejarah tampaknya terlampau jelas memperlihatkan semuanya ini. [...] Inkuisisi meredam dan terus-menerus memantau silang pendapat religius di Spanyol. Kaum Papis, teristimewa Sri Paus, gemar membantai ahli bidat. "Saat masih kecil, saya betul-betul percaya bahwa Sri Paus adalah seorang wanita raksasa, mengenakan jubah mengerikan, yang merah warnanya karena dicelupkan ke dalam genangan darah umat Protestan," kenang [[William Cobbett]] (lahir tahun 1763), politikus Inggris asal daerah pedesaan Surrey.}}</ref> sementara umat Katolik memandang Jawatan Suci sebagai benteng yang diperlukan untuk melawan penyebaran bidat-bidat laknat.
 
=== PeradilanPenghakiman perkaraterhadap tukang sihir ===
{{See also|Pengadilan-pengadilanPenghakiman tukang sihir pada awal zaman modern}}
[[File:Inquisición española.svg|thumb|Lencana Inkuisisi Spanyol tahun 1571]]
 
Kepercayaan akan adanya [[ilmu sihir|sihir]], dan persekusitindakan-tindakan persekusi terhadap tukang sihir maupun yang dipicu alasan sihir, menyebar luas di Eropa sebelum masuknya agama Kristen, bahkan diatur di dalam [[Hukum Jermani perdana|hukum suku bangsa Jermani]]. Meskipun demikian, pengaruh Gereja pada [[Awal Abad Pertengahan]] membuat hukum-hukum semacam ini dibatalkan di berbagai tempat, sehingga mengakhiri adat berburu tukang sihir.<ref>Hutton, Ronald. ''The Pagan Religions of the Ancient British Isles: Their Nature and Legacy''. Oxford, Inggris dan Cambridge, Amerika Serikat: Blackwell, 1991. {{ISBN|978-0-631-17288-8}}. hlm. 257</ref> Sepanjang Abad Pertengahan, ajaran Kristen arus utama menyangkal keberadaan tukang sihir maupun ilmu sihir, dan mengecamnya sebagai takhayul pagan,<ref>Behringer, ''Witches and Witch-hunts: A Global History'', hlm. 31 (2004). Wiley-Blackwell.</ref> sayangnya pengaruh agama Kristen tidak mampu menghapus secara tuntas kepercayaan masyarakat akan adanya tukang sihir dan ''maleficium'' (malapetaka akibat sihir).
 
Kecaman maupun persekusi masyarakat terhadap para terdakwa pengamal sihir yang menjadi ciri khas kezaliman berburu tukang sihir tidak umum terjadi dalam kurun waktu seribu tiga ratus tahun pertama zaman Kristen.<ref name="Thurston">Thurston, Herbert.[http://www.newadvent.org/cathen/15674a.htm "Witchcraft."] ''The Catholic Encyclopedia'', Jld. 15. New York: Robert Appleton Company, 1912. 12 Juli 2015</ref> Gereja pada Abad Pertengahan membedakan sihir "putih" dari sihir "hitam", sementara masyarakat Eropa seringkali mencampuradukkan kidung-kidung, jampi-jampi, dan doa-doa kepada santo-santa pelindung tertentu menjadi mantra penangkal badai, mantra pemagar ternak, atau mantra penjamin keberhasilan panen. Penyalaan api unggun raksasa setiap Malam Puncak Musim Panas dilakukan dengan maksud menghalau bencana alam atau gangguan mambang, hantu, dan tukang sihir. Tanaman-tanaman yang seringkali dipanen mengikuti kaidah-kaidah tertentu, dianggap mengandung daya penyembuh.<ref>{{cite web |url=http://blog.metmuseum.org/cloistersgardens/2008/10/31/plants-in-medieval-magic-and-witchcraft-part-i/|title=Plants in Medieval Magic – The Medieval Garden Enclosed – The Metropolitan Museum of Art, New York|website=blog.metmuseum.org|access-date=13 Oktober 2017}}</ref>