Kasus Mortara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20210209)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 155:
Menurut Timothy Verhoeven, kasus Mortara merupakan kontroversi terbesar seputar Gereja Katolik pada pertengahan abad ke-19, karena "dibanding kasus-kasus lain, kasus ini mampu ... mengungkap perseteruan antara kubu pendukung dan kubu penentang Vatikan dengan lebih jelas".{{sfn|Verhoeven|2010|pp=55–57}} Abigail Green mengemukakan dalam tulisannya bahwa "perbenturan wawasan dunia khas liberal dengan wawasan dunia ala Katolik yang terjadi manakala ketegangan internasional mencapai titik genting ini ... membuat kasus Mortara menyita perhatian dunia, dan menjadi peristiwa penting bagi umat Yahudi sedunia".{{sfn|Green|2012|p=264}} Edgardo Mortara sendiri mengemukakan pandangannya pada tahun 1893 bahwa peristiwa pengambilan paksa terhadap dirinya sempat "lebih kesohor daripada peristiwa [[Pemerkosaan Wanita Sabine|pengambilan paksa terhadap anak-anak gadis orang Sabini]]".{{sfn|De Mattei|2004|p=154}}
 
Beberapa bulan sebelum Paus Pius IX [[beatifikasi|dibeatifikasi]] Gereja Katolik pada tahun 2000, para pengulas Yahudi dan pihak-pihak lain di kalangan media internasional mengungkit kembali kasus Mortara yang sudah nyaris lekang dari ingatan orang saat mengulik riwayat hidup dan jejak sejarah yang ditinggalkan mendiang.{{sfn|De Mattei|2004|p=153}} Menurut Dov Levitan, fakta-fakta pokok kasus Mortara bukanlah fakta-fakta yang lain daripada yang lain, tetapi menjadi istimewa karena mempengaruhi opini masyarakat di Italia, Inggris, serta Prancis, dan merupakan contoh dari "tingginya rasa solidaritas antarsesama orang Yahudi yang muncul pada paruh kedua abad ke-19 [manakala] orang-orang Yahudi bangkit membela saudara-saudara seiman mereka di berbagai belahan dunia".{{sfn|Levitan|2010|p=3}} Kasus Mortara juga adalah salah satu faktor yang mendorong dibentuknya ''Alliance Israélite Universelle'', salah satu organisasi Yahudi yang terkemuka di pentas dunia hingga abad ke-21.{{sfn|Kertzer|1998|p=250}} Kasus Mortara dijadikan tema opera dua babak gubahan [[Francesco Cilluffo]], dengan judul ''[[Il caso Mortara]]'', yang dipentaskan untuk pertama kalinya di New York pada tahun 2010.<ref>{{cite news |last=Tommasini |first=Anthony |author-link=Anthony Tommasini |date=26 Februari 2010 |title=Boy Is Ensnared in 19th-Century Papal Politics |url=https://www.nytimes.com/2010/02/27/arts/music/27dicapo.html |work=The New York Times |access-date=7 Oktober 2016}}</ref> Diterbitkannya memoar Edgardo (ditulis dalam [[bahasa Spanyol|bahasa Kastila]]) dalam [[bahasa Italia]] oleh [[Vittorio Messori]] pada tahun 2005, yang versi Inggrisnya beredar sejak tahun 2017 dengan judul ''Kidnapped by the Vatican? The Unpublished Memoirs of Edgardo Mortara'', memunculkan kembali perdebatan seputar kasus Mortara.<ref>{{cite web |last=Kokx |first=Stephen C. |date=24 February 2018 |title=The Mortara Affair: First Things Article Reignites Debate |url=https://www.catholicfamilynews.org/blog/2018/2/24/the-mortara-affair-first-things-article-reignites-debate |work=Catholic Family News |location=Niagara Falls, Ontario |publisher=Catholic Family Ministries |access-date=18 Junei 2018 |archive-date=2018-06-19 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180619035720/https://www.catholicfamilynews.org/blog/2018/2/24/the-mortara-affair-first-things-article-reignites-debate |dead-url=yes }}</ref>
 
Menurut [[Michael Goldfarb (pengarang dan jurnalis)|Michael Goldfarb]], kasus Mortara adalah "salah satu kasus memalukan yang menyingkap betapa kolotnya Gereja kala itu", dan memperlihatkan "ketidakmampuan Paus Pius IX dalam menuntun Gereja memasuki Zaman Modern".{{sfn|Goldfarb|2009|pp=250–251}} David Kertzer mengemukakan pandangan senada. Menurutnya, "penolakan memulangkan Edgardo turut menyuburkan pandangan bahwa peran Sri Paus selaku penguasa temporer, dengan angkatan kepolisian sendiri, merupakan suatu anakronisme yang tidak dapat dipertahankan lagi."{{sfn|Kertzer|2005|p=471}} David Kertzer bahkan berkesimpulan bahwa sebagai penyebab utama perubahan sikap Prancis yang memperlancar usaha penyatuan Italia pada kurun waktu 1859–1861, "cerita tentang seorang gadis pelayan buta huruf, seorang pedagang bahan pangan, dan seorang kanak-kanak Yahudi dari kota Bologna" ini boleh jadi telah mengubah jalan sejarah Italia maupun jalan sejarah Gereja.{{sfn|Kertzer|1998|p=173}}