Agustinus dari Hippo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 5 books for Wikipedia:Pemastian (20210309)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20210509)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
Baris 225:
Agustinus mengajarkan bahwa [[dosa asal]] dari Adam dan Hawa merupakan suatu tindakan kebodohan (''insipientia'') yang diikuti oleh [[kesombongan]] dan ketidaktaatan kepada Allah, atau mungkin juga sebenarnya berawal dari kesombongan.<ref group=note>Ia menjelaskan kepada Yulianus dari Eklanum mengenai sulitnya membedakan apa timbul pertama kali: ''Sed si disputatione subtilissima et elimatissima opus est, ut sciamus utrum primos homines insipientia superbos, an insipientes superbia fecerit''. (''Contra Julianum'', V, 4.18; PL 44, 795)</ref> Pasangan pertama tersebut tidak mematuhi Allah, yang telah mengatakan kepada mereka untuk tidak makan dari [[Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat]] (Kejadian 2:17).<ref>Augustine of Hippo, ''On the Literal Meaning of Genesis'' (''De Genesi ad litteram''), VIII, 6:12, vol. 1, p. 192-3 and 12:28, vol. 2, p. 219-20, trans. John Hammond Taylor SJ; [[Bibliothèque Augustinniene|BA]] 49,28 and 50–52; [[Patrologia Latina|PL]] 34, 377; cf. idem, ''De Trinitate'', XII, 12.17; [[Corpus Christianorum|CCL]] 50, 371–372 [v. 26–31;1–36]; ''De natura boni'' 34–35; CSEL 25, 872; PL 42, 551–572</ref> Pohon itu merupakan sebuah simbol dari keteraturan penciptaan.<ref>Augustine of Hippo, ''On the Literal Meaning of Genesis'' (''De Genesi ad litteram''), VIII, 4.8; [[Bibliothèque Augustinniene|BA]] 49, 20</ref> Sikap mementingkan diri sendiri menyebabkan Adam dan Hawa memakan buah pohon itu, karenanya mereka gagal memahami dan menghormati dunia yang telah diciptakan Allah, beserta tatanan ciptaan dan nilai-nilainya.<ref group=note>Agustinus menjelaskannya demikian: "Mengapa karenanya [budi] memerintah atas dirinya sendiri, bahwa [budi] perlu mengenal dirinya sendiri? Saya kira, agar [budi] dapat mengambil pertimbangan sendiri, dan hidup menurut kodratnya sendiri; yaitu, berusaha untuk diatur menurut kodratnya sendiri, dengan kata lain, di bawah Dia kepada siapa [budi] harus tunduk, dan di atas hal-hal yang adalah kecenderungan [budi]; di bawah Dia oleh siapa [budi] harus diperintah, di atas hal-hal yang harus [budi] perintah. Sebab [budi] melakukan banyak hal melalui hasrat keji, seolah-olah dalam keterlupaan akan dirinya sendiri. Sebab [budi] melihat beberapa hal pada hakikatnya sangat baik, karena kodrat yang jauh lebih baik yang adalah Allah: dan sementara [budi] harus tetap kukuh agar dapat menikmati hal-hal itu, [budi] berpaling dari Dia, dengan keinginan untuk memantaskan hal-hal itu bagi dirinya sendiri, serta tidak untuk menjadi serupa dengan Dia melalui karunia-Nya, tetapi untuk menjadi apa yang adalah Dia melalui kepunyaannya sendiri, dan [budi] mulai bergeser serta tergelincir jatuh ke dalam secara bertahap sedikit demi sedikit, yang dikira [budi] lebih dan lebih banyak lagi." ({{en}} "[http://www.newadvent.org/fathers/130105.htm On the Trinity]" (''De Trinitate'') X, 5:7; [[Corpus Christianorum|CCL]] 50, 320 [1–12])</ref> Mereka jatuh ke dalam [[kesombongan]] dan ketiadaan hikmat karena [[Iblis dalam Kekristenan|Setan]] menabur "akar kejahatan" (''radix Mali'') ke dalam indra-indra mereka.<ref>Augustine of Hippo, ''Nisi radicem mali humanus tunc reciperet sensus'' ("Contra Julianum", I, 9.42; PL 44, 670)</ref> Kodrat mereka terluka oleh [[konkupisensi]] atau [[libido]], yang mempengaruhi kehendak dan inteligensi manusia, serta [[afeksi]] dan hasrat (atau nafsu), termasuk hasrat seksual.<ref group=note>Dalam satu karya akhir Agustinus, ''Retractationes'', pada buku II:XXII(XLIX) ia membuat suatu pernyataan penting yang menunjukkan cara ia memahami perbedaan antara libido moral rohaniah dan hasrat seksual: ''Dixi etiam quodam loco: «Quod enim est cibus ad salutem hominis, hoc est concubitus ad salutem generis, et utrumque non est sine delectatione carnali, quae tamen modificata et temperantia refrenante in usum naturalem redacta, libido esse non potest». Quod ideo dictum est, quoniam libido non est bonus et rectus usus libidinis. Sicut enim malum est male uti bonis, ita bonum bene uti malis. De qua re alias, maxime contra novos haereticos Pelagianos, diligentius disputavi''. Lih. ''De bono coniugali'', 16.18; PL 40, 385; ''De nuptiis et concupiscentia'', II, 21.36; PL 44, 443; ''Contra Iulianum'', III, 7.16; PL 44, 710; ibid., V, 16.60; PL 44, 817. Lihat pula {{fr}} {{cite book |title= Le mariage chrétien dans l'oeuvre de Saint Augustin. Une théologie baptismale de la vie conjugale |author= Idem |year= 1983 |publisher= Études Augustiniennes |location=Paris |page=97}}</ref> Dari segi [[metafisika]], konkupisensi bukanlah suatu keberadaan tetapi merupakan suatu kualitas buruk, kurangnya kebaikan, atau suatu luka.<ref>''Non substantialiter manere concupiscentiam, sicut corpus aliquod aut spiritum; sed esse affectionem quamdam malae qualitatis, sicut est languor''. (''De nuptiis et concupiscentia'', I, 25. 28; PL 44, 430; cf. ''Contra Julianum'', VI, 18.53; PL 44, 854; ibid. VI, 19.58; PL 44, 857; ibid., II, 10.33; PL 44, 697; ''Contra Secundinum Manichaeum'', 15; PL 42, 590.</ref>
 
Pemahaman Agustinus mengenai konsekuensi-konsekuensi dari dosa asal dan perlunya rahmat penebusan dikembangkan dalam perjuangan dia melawan [[Pelagius]] dan murid-muridnya penganut [[Pelagianisme]], yaitu [[Selestius]] dan [[Yulianus dari Eklanum]], yang telah terinspirasi oleh Rufinus dari Siria, salah seorang murid [[Theodorus dari Mopsuestia]].<ref>[[Marius Mercator]] ''Lib. subnot.in verb. Iul. Praef.'',2,3; PL 48,111 /v.5-13/; {{en}} {{cite book |last= Bonner |first= Gerald |title= Rufinus of Syria and African Pelagianism |pages= 35(X) }} in: {{cite book |author= Idem |title= God's Decree and Man's Destiny |url= https://archive.org/details/godsdecreemansde0000bonn |location= London |year= 1987 |pages= 31–47[https://archive.org/details/godsdecreemansde0000bonn/page/31 31]–47 (X) |isbn= 0-86078-203-4 |publisher= Variorum Reprints}}</ref>
Mereka menolak untuk sependapat bahwa dosa asal telah melukai budi dan kehendak manusia, bersikeras bahwa kodrat manusia telah diberi kuasa untuk bertindak, berbicara, dan berpikir, saat Allah menciptakannya. Kodrat manusia tidak dapat kehilangan kemampuan moralnya untuk berbuat baik, tetapi setiap orang bebas untuk bertindak ataupun tidak bertindak dengan suatu cara yang benar. Pelagius mencontohkan mata: keduanya memiliki kemampuan untuk melihat, tetapi setiap orang dapat mempergunakannya untuk tujuan yang baik ataupun buruk.<ref name=Bonner/>{{rp|355–356}}<ref>Augustine of Hippo, ''[http://www.augustinus.it/latino/grazia_cristo/grazia_cristo_1_libro.htm De gratia Christi et de peccato originali]'', I, 15.16; CSEL 42, 138 [v.24–29]; Ibid., I,4.5; CSEL 42, 128 [v.15–23].</ref> Sama seperti [[Jovinianus]], kaum Pelagian bersikeras bahwa hasrat maupun afeksi manusia tidak terpengaruh oleh kejatuhan manusia pertama. Imoralitas, misalnya [[fornikasi|percabulan]], adalah semata-mata suatu persoalan kehendak, yaitu seseorang tidak menggunakan hasrat alami dengan cara yang tepat. Berlawanan dengan paham tersebut, Agustinus menekankan ketidaktaatan nyata tubuh kepada jiwa, dan menjelaskan hal itu sebagai salah satu akibat dosa asal, hukuman atas ketidaktaan Adam dan Hawa kepada Allah.<ref>Augustine of Hippo, ''Against Two Letters of the Pelagians'' 1.31–32</ref>
 
Baris 343:
{{col|2}}
* {{en}} {{cite book|title=Ancient Christian Writers: The Works of the Fathers in Translation|year=1978|publisher=Newman Press|location=New York}}
* {{en}} {{cite book|last=Augustine|first=Saint|title=The Essential Augustine|url=https://archive.org/details/essentialaugusti00augu_0|year=1974|publisher=Hackett|location=Indianapolis|edition=2nd|editor=Vernon Joseph Bourke}}
* {{en}} {{cite book | title = Augustine and the Trinity | authorlink = Lewis Ayres | author = Ayres, Lewis | publisher = Cambridge University Press | location = Cambridge | year = 2010 | isbn = 978-0-521-83886-3 }}
* {{en}} {{cite book|last=Bourke|first=Vernon Joseph|title=Augustine's Quest of Wisdom|url=https://archive.org/details/augustinsquestof0000unse|year=1945|publisher=Bruce|location=Milwaukee}}