Subak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Arikurniawan (bicara | kontrib)
Baris 11:
 
Sistem [[irigasi]] yang rumit telah dibuat untuk memanfaatkan [[air]] semaksimal mungkin. Dalam wujud rasa syukur terhadap air—yang memungkinkan kegiatan pertanian—masyarakat Bali membuat ritual pada sistem irigasi. Sistem irigasi ini juga memungkinkan koordinasi antar petani yang dikenal sebagai sistem organisasi "subak". [[Organisasi]] tersebut adalah sebuah organisasi [[demokratis]]; para petani yang memanfaatkan sumber air yang sama, bertemu secara teratur untuk bermsyawarah dan mengkoordinasikan penanaman, mengontrol [[distribusi]] air [[irigasi]], merencanakan pembangunan, pemeliharaan [[kanal]] dan [[bendungan]] serta mengatur upacara persembahan dan perayaan di [[Pura]] Subak.
 
Dalam '''Prasasti Raja Purana''' (Tahun 994 Saka / 1072 Masehi), terdapat kata “''kasuwakara''” yang diduga berasal dari kata “''suwak''“, kata ini kemudian berkembang menjadi “''subak''“.
 
Kata “''suwak''” sendiri, terdiri atas atas dua suku kata yaitu “''su-''” yang berarti baik dan “''wak''” yang memiliki arti pembicaraan. Sehingga “suwak” atau Subak sendiri bisa diartikan sebagai “''melakukan pembicaraan dengan niat baik untuk kepentingan bersama.''“<ref>{{Cite web|last=Kurniawan|first=Ari|date=3 Mei 2021|title=SUBAK: PENGERTIAN, SISTEM DAN FUNGSI SUBAK DI BALI|url=https://www.pradnya.org/kearifan-lokal/subak-bali/|website=Pradnya.org|access-date=10 Mei 2021}}</ref>
 
[[Revolusi hijau]] telah menyebabkan perubahan pada sistem [[irigasi]] ini, dengan adanya [[varietas padi]] yang baru dan metode yang baru, para [[petani]] harus menanam padi sesering mungkin dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Hal ini sangatlah berbeda dengan sistem subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan padi yang melimpah pada awalnya, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, [[hama]] dan [[polusi]] akibat [[pestisida]] baik di tanah maupun di air.<ref>{{en}} [http://www.artsci.wustl.edu/~anthro/research/Balinese%20Water%20Temples.htm Balinese Water Temples]</ref> Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.