Masjid Tua Palopo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 49:
Terdapat dua pendapat seputar bentuk atap Masjid Tua Palopo ini.<ref name="Masjid Palopo"/> Yang pertama mengatakan bahwa atap tersebut mendapat pengaruh dari arsitektur Jawa. Sementara yang kedua menolak pendapat itu, dengan berargumen bahwa bentuk tersebut merupakan pengembangan dari konsep lokal masyarakat Sulawesi Selatan sendiri. Namun, mengingat hubungan antara kedua masyarakat telah terjalin begitu lama, wajar jika terjadi akulturasi budaya.<ref name="Masjid Palopo"/>
Susunan atap pertama dan kedua disangga empat tiang yang terbuat dari kayu cengaduri, dengan tinggi 8,5 meter dan berdiameter 90 cm. Keempat tiang tersebut dalam konsep Jawa disebut soko guru. Sementara itu, atap paling atas ditopang dengan satu tiang terbuat dari kayu yang sama. Dalam kearifan lokal Sulawesi Selatan, satu tiang penyangga atap paling atas yang didukung oleh empat tiang lainnya merefleksikan yang sentral (''wara'') dikelilingi oleh unsur-unsur lain di luar yang sentral (''palili'').<ref name="Masjid Palopo">[http://artikelpopuler.com/content/masjid-tua-palopo-kolaborasi-unsur-budaya-luar-dan-lokal Masjid Tua Palopo, Kolaborasi Unsur Budaya Luar dan Lokal]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
''Ketiga'', unsur [[Hindu]].<ref name="Masjid Tua"/> Unsur ini terlihat pada denah masjid yang berbentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konstruksi candi. Pada dinding bagian bawah, terdapat hiasan bunga lotus, mirip dengan hiasan di [[Candi Borobudur]]. Pada dinding bagian atas juga terdapat motif alur yang mirip dengan hiasan candi di Jawa.
|