Sardjono Dipokusumo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Referensi lulusan Sipil Technishe Hogescool 1938, |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 2:
Ir Sardjono Dipokusumo adalah Menteri Pekerjaan Umum ke-14.<ref>http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=634&presiden_id=1&presiden=sukarno</ref> Lahir pada tanggal 10 November 1914 di Kota Gede, Daerah Istimewa Jogjakarta. Pada tahun 1986, ia meninggal dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta.
==
Sardjono dilahirkan dengan seorang ayah bernama Dharmopranoto/Sastrosuwarno yang berasal dari
Tidak lama berselang setelah kepergian sang ayah, beberapa tahun kemudian Ibu Sukaptinah Sastrosuwarno menikah lagi dengan Bapak Notosukarto dan berganti nama menjadi Ibu Notosukarto, ia mengikuti tugas suaminya yang harus berpindah tugas ke beberapa tempat sebagai mantra guru sekolah rakyat. Jabatan terakhir yang dipegang adalah sebagai seorang kepala sekolah dan setelah pensiun kemudian memilih untuk menetap di daerah Godean, Yogyakarta. Ketika Sardjono kecil, ia diasuh oleh kakak ibunya yaitu Ibu Atmo Seduto, seorang pedagang yang juga dikenal sebagai “Mbah Solo”. Ibu Atmo Seduto menikah dengan seorang Abdi Dalem Keraton, Bapak Kabayan Atmo Seduto namun tidak dikaruniai keturunan, sehingga Ibu Atmo Seduto sangat sayang kepada Sardjono dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Sardjono menilai, Ibu Armo Seduto-lah yang mempunyai andil dalam membesarkan dan membantu ia menyelesaikan sekolahnya. Suatu pengorbanan yang luar biasa mengingat kondisi depresi negara pada tahun 1930.
==
* Sekolah dasar di “Holland Javaansche School, “kota baru,Jogyakarta pada tahun 1921-1928
* Sekolah menengah pertama di “Christelijke Mulo School “,
* Sekolah menengah Atas di
* [https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_lulusan_Technische_Hoogeschool_te_Bandoeng S1 Teknik Sipil - Technise Hoogeschool Bandung/Institut teknologi Bandung (ITB) 1934-1938]
▲== KELUARGA ==
Sardjono menikah dengan Ibu Soekapti pada hari Selasa, 28 Maulud 139 H atau 7 Mei 1940 di Yogyakarta dan kemudian dikaruniai 7 putra dan putri.
Setelah menikah, Sardjono dan Seokapti merantau bekerja ke Surabaya. Pada tanggal 12 Maret 1941, lahir putri pertama mereka yang diberi nama Tati Purwani di rumah sakit Kedung Doro Surabaya. Pada tanggal 27 April 1942, mereka kembali dikaruniai putri kedua yang diberi nama Anny Herawati di Suryomentaraman, Yogyakarta.
Sardjono lari dari Surabaya ke Yogyakarta pada tahun 1943 dan mengembara selama 6 bulan karena dicari oleh tentara Jepang. Pada saat pengembaraan tersebut, lahirlah putra ketiganya Tonny Rustam Effendy di
Tahun 1946, pada saat Sardjono bekerja di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tanggal 24 Agustus ia dianugerahi putra keempat dan diberi nama Bobby Imam Santoso di Sarwojajar No. 12, Yogyakarta.
Baris 29 ⟶ 27:
Setelah keenam putra dan putrinya mulai beranjak besar, Sardjono merindukan suara tangis bayi di rumah. Kemudian istri Sardjono, Soekapti sempat mengasuh anak perempuan bernama Wiwik namun tak lama berselang, orang tua asli Wiwik mengambil kembali anaknya. Akhirnya pada tanggal 12 September 1958, keluarga Sardjono kembali dianugerahi seorang putri yang diberi nama Baby Setiawati Andriani.
= Masa Pergerakan/Perjuangan Nasional =
=== Zaman Sebelum Perang Dunia ke-II (sampai tahun 1942) ===
Dunia organisasi sudah dimasuki Sardjono sejak masih di sekolah menengah pertama (MULO) dengan menjadi anggota “Indonesische Padvinders Organisatie (INPO) suatu perkumpulan Pramuka Nasional. Setelah itu merambah juga kedunia politik menjadi anggota perkumpulan “Indonesia Muda“ cabang Mataram. Dengan semangat Sumpah Pemuda yang baru dideklarasikan dua tahun yang lalu untuk membebaskan dari penjajahan, Sardjono yang saat itu masih bersekolah di [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|sekolah Menengah Atas (AMS)]] selalu membekali dirinya dengan perkembangan politik, ia senantiasa mendengarkan pidato-pidato milik Ir. Soekarno, Mr.
Soekarno yang pada saat itu ditangkap oleh Belanda di Yogyakarta dan kemudian
Pada tahun 1940 ketika awal Perang Dunia ke-II,Belanda jatuh ke tangan Jerman (Nazi), saat itu Jepang sudah mulai melakukan penaklukkan Asia Tenggara salah satunya dengan mengalahkan Amerika (Perang Pasifik) melalui penyerangan basis Amerika Serikat di Pearl Harbor (Hawai). Sardjono kemudian masuk menjadi anggota partai politik “Parindra“ cabang Surabaya (1940-1942) yang pada waktu itu dipimpin oleh Jenderal Sudirman sebagai pengurus besar partai tersebut.
=== Pada Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945) ===
Perang Pasifik berpengaruh terhadap gerakan kemerdekaan di Negara Asia Timur termasuk di Indonesia. Masa pendudukan Jepang dimulai sejak tanggal 8 maret 1942, ketika panglima tertinggi Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang. Sebenarnya, tujuan Jepang meduduki Hindia Belanda adalah untuk menguasai sumber sumber alam terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Satu persatu wilayah Indonesia diduduki oleh Jepang. Beberapa perusahaan yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda mulai dialihkan menjadi perusahaan Jepang,termasuk pada perusahaan Sardjono bekerja (Surabaya Tekkosho). Terjadi perlakuan kejam orang Jepang terhadap karyawan bangsa Indonesia. Sardjono menyatakan protes dengan keluar dari perusahaan untuk melajutkan perjuangan. Ia kemudian mengembara selama 6 bulan berpisah dengan keluarga ke Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta untuk menghindari kemungkinan penangkapan oleh Kenpetai (Polisi Militer Jepang).
Baris 49 ⟶ 47:
Kemudian Sardjono sempat bersembunyi lagi guna menghindari penangkapan tentara Jepang, karena terlibat pertengkaran keras dengan seorang Jepang bernama Tanaka. Menjelang 17 Agustus 1945, aktivitas kelompok persiapan kemerdekaan makin meningkat dengan membuka segel beberapa radio dan mengikuti jalannya peperangan dari siaran sekutu.
=== Zaman Revolusi (1945-1949) ===
Pada 6 agustus 1945, Jepang di Bom oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu dan akhirnya terwujudlah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta.
Baris 60 ⟶ 58:
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Direktur Utama Badan Industri Negara ke Madiun bersama dengan Gubernur Jawa Timur, Suryo, mereka hampir terbunuh oleh PKI. Namun pada perjalanan pulang dari Surabaya ke Yogyakarta, Gubernur Suryo tewas terbunuh.
=== Perjalanan di Daerah Gerilya (1945-1949) ===
Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka pada tahun 1945, Belanda tetap melakukan agresi militer yang Belanda sebut sebagai “Aksi Ketertiban Umum Belanda”. Mereka menganggap wilayah Indonesia masih dalam wilayah Hindia Belanda bukan wilayah Indonesia yang berdaulat, sehingga terjadilah kekejaman tentara belanda terhadap rakyat Indonesia yang menyebabkan pertempuran dan perlawanan kepada pihak Belanda.
Baris 71 ⟶ 69:
Selanjutnya Sardjono naik ke Gunung Kidul yang merupakan markas Mayor Hajid. Ia menyampaikan pesan Pak Harto yang meminta bala bantuan, seraya menunggu kedatangan anggota dari Pemerintah Darurat RI yaitu Pak Kasimo dan Pak Panji Suroso. Di daerah Wonosari, Wiladeg dan Ngawis tersebut Sardjono kemudian bertemu dengan Bung Tomo, Sdr. Sudiro, dan Kolonel Simatupang. Setelah bertemu dengan rombongan tersebut, ia mendapat tugas untuk menyusun laporan radio telegram ke Bukit Tinggi, mengenai keadaan Pemerintah Darurat di Jawa dan Medan pertempuran. Di Ngawis, ia ditugasi untuk membuat bahan cadangan makanan bagi para pejuang di garis terdepan.
=== Serangan Umum 1 Maret 1949 ===
Dua hari sebelum serangan 1 Maret 1949, Sardjono kedatangan seorang tamu bernama Bapak Sastro, yang merupakan ajudan dari Letkol Soeharto, yang memberitahu bahwa pada tanggal 1 Maret akan ada dilakukan serangan besar-besaran dan meminta supaya hal tersebut disiarkan ke Bukit Tinggi dan seterusnya keluar negeri, dengan catatan bahwa perlu diberitahukan, bahwa Yogya telah jatuh ditangan Indonesia.
Baris 83 ⟶ 81:
<br />
=
=== Setelah Lulus dari [[Institut Teknologi Bandung|Technicshe Hoogeschool Bandung]] ===
Pada Tahun 1938, Sardjono bekerja pada N.V Volkermaatschapay, sebuah perusahaan pemborong sipil Belanda, ia ditugasi untuk melakukan supervisi di Palembang pada proyek minyak ''Stanvac'' (plaju) dan jembatan “Ophaalbrug” (komering) dari PU pada tahun 1939–1940.
Pada Tahun 1940-1942, ia ditunjuk sebagai designer pada CV Machinfabrik & Constructiewerkplaats “De Vulkaan“ di Ngagel, Surabaya. Pada saat itu ia ditugasi untuk merencanakan berbagai bangunan untuk beberapa pabrik, ''onderneming'' (perkebunan swasta besar), jembatan, tangki, dan hanggar lapangan udara Morokrembangan.
=== Protes Kepada Jepang ===
Setelah Jepang masuk ke Indonesia, Sardjono tetap bekerja pada pabrik yang sama, namun saat itu sudah berada dibawah pengawasan bala tentara Jepang dengan nama “Surabaya Tekhoso“ . Ia ditugasi menjadi pembantu utama manajemen Jepang dengan mengerjakan rehabilitasi dan reparasi beberapa pabrik, jembatan, dan instalasi yang rusak akibat perang. Pada tahun 1943, ia keluar dari perusahaan tersebut sebagai bentuk protes atas kekejaman tentara Jepang terhadap karyawan Indonesia.
=== Dianugerahi Gelar Kanjeng Raden Tumenggung Dipokusumo ===
Pada tahun 1944, Sardjono ditugasi Kesultanan Ngajogyakarta Hadiningrat, mengenai penelitian atas usaha industri kecil dalam keadaan darurat dan berkantor di kantor Pengaotan, Pancarworo. Sebagai pegawai tinggi, ia dianugerahi kedudukan sebagai “Bupati Anom” dan mendapat gelar Kanjeng Raden Tumenggung Dipokusumo
=== Membantu pengalihan Perusahaan ex-Belanda dari tangan Jepang
Pada Tahun 1945-1948, Sardjono turut membantu Pemerintah RI mengalihkan perusahaan bekas Belanda dari tangan Jepang, kemudian memimpin badan yang mengawasi perusahaan tersebut. Selanjutnya ia diangkat menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Perusahaan Perusahaan daerah Jakarta (PPPDJ), lalu diangkat menjadi Ketua dari KOOP Kantor Oerosan Perusahaan Perusahaan (KOOP).
=== Memimpin Badan Industri Negara ===
Sardjono ditugasi oleh Pemerintah RI pada tahun 1946 untuk memimpin Badan Industri Negara sebagai Direktur Utama. Ketika itu gelar KRT yang ia miliki dikembalikan ke Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan mengubah namanya menjadi Ir.Sardjono Dipokusumo (nama tersebut melekat hingga akhir hayat beliau).
Ditunjuk oleh Pemerintah RI untuk menjadi anggota Panitia Industrialisasi (1950) sebagai wakil swasta. Badan ini pernah diketahui oleh Drs. Khouw Bian Tie, Dr. Sumitro dan Ir. Djuanda.
=== Mengawal Perundingan dengan Pihak Belanda ===
Sardjono aktif sebagai anggota “Braintrust“ dari pemerintah RI, yang mengawal pembangunan dan perundingan dengan pihak Belanda.
=== Penganugerahan Pangkat Letnan Kolonel Tituler ===
Sardjono juga turut membantu Pemerintah Darurat RI dan Tentara RI, dengan pangkat Letnan Kolonel Tituler, ia bergabung dalam Markas Besar Angkatan Darat (MBAD)
=== Ikut Mendirikan Dewan Ekonomi Indonesia Pusat (DEIP) (1950) ===
Merupakan sebuah badan yang memelopori Kamar Dagang Indonesia. Ketua pertama badan ini adalah Bapak Roedjito dari perusahaan asuransi Bumi Putra. Sardjono ikut bergabung menjadi anggota pengurus sampai badan ini dilebur.
=== Pengalaman dengan Perusahaan Internasional ===
Pada tahun 1950–1951 setelah zaman kemerdekaan, Sardjono memasuki dunia swasta dengan menjadi Direktur pada perusahaan Joint
Selanjutkan, ia mendirikan perusahaan bekerja sama dengan Ir. Omar Tosin di Tokyo yaitu perusahaan “Jakarta – Tokyo Consulting Berau“ pada tahun 1952-1954 yang bergerak dalam memberikan pengarahan dalam pendirian industri kecil.
=== Membangun Perusahaan Sendiri ===
Pada tahun 1954-1959, Sardjono mendirikan perusahaan bernama “Biro Insinyur Dan Konstruksi Baja“ yang membuat konstruksi baja dengan karya antara lain Vem di Tanjung Priok, bangunan Pasar Rawa Bangke, Pabrik Madukismo, jembatan, kantor di
== Karier di Parlemen ==
Terpilih menjadi Anggota DPR-GR wakil dari partai Parindra (1955-1956). Parindra adalah [[Partai Indonesia Raya]] yang didirikan oleh dr.Soetomo pada tahun 1935 di Solo, partai yang berdasarkan nasionalisme Indonesia dan meyatakan tujuannya adalah Indonesia mulia dan sempurna. Tokoh-tokoh yang bergabung dengan Parindra antara lain [[Margono Djojohadikoesoemo|RM. Margono
Pada tahun 1967-1968, Sardjono kembali lagi terpilih di Parlemen sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
=== Ikut Mendirikan Inkindo ===
Ikut mendirikan Ikatan Konsultan Indonesia (Inkindo) dan menjadi anggota hingga akhir hayat.
Baris 133 ⟶ 131:
== [[Daftar Menteri Pekerjaan Umum Indonesia|Sebagai Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga]] ==
Sardjono dipercaya oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 Juli 1959 - 18 Februari 1961 untuk menjabat sebagai Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga, di dalam Kabinet Kerja I. Pada waktu itu Perdana Menteri adalah Ir. Soekarno dan menteri pertama adalah Ir. Djuanda. bersama dengan menteri lainnya yaitu Suprayogi, [[Johannes Leimena|J. Leimena]],
Pada 18 February 1960 - 6 maret 1962 . Sardjono ditunjuk kembali sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kabinet Kerja II, di dalam Kabinet Kerja II, yang bertindak sebagai Perdana Menteri adalah Ir. Soekarno dan Menteri pertama adalah Ir. Djuanda . Wakil Menteri Pertama adalah J. Leimena bersama dengan menteri lainnya,antara lain A.H Nasution, Subandrio, Suprayogi, Roeslan Abdul Gani, Mohamad Yamin, Maladi, RE Martadinata, [[Ahem Erningpradja|Ahem Erningpraja]], [[Hamengkubuwana IX|Hamengkubuwono IX.]]S
Sardjono ditugasi antara lain mengawasi pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|Stadion Senayan]], [[Hotel Indonesia]], menyusun rencana tiga tahun irigasi, instalasi air minum, rencana rehabilitasi jalan, pusat tenaga listrik diseluruh Indonesia. Karena tugasnya sebagai Menteri tidak memperbolehkan ia mempunyai perusahaan maka Perusahaan Biro Insinyur dan Konstruksi Baja dijual kepada Mr. Widjatmika (NV Prana).
Semasa menjabat Menteri Pekerjaan Umum, Sardjono m menginisiasikan dan meresmikan beberapa proyek strategis nasional, adapun proyek strategis tersebut adalah:
Baris 143 ⟶ 141:
1. Gelora Bung Karno Complex yang pembangunannya dimulai tahun 1960 dan diselesaikan tahun 1962
2. [[Bundaran Semanggi]]
3. Hotel Indonesia
Baris 149 ⟶ 147:
4. Kawasan Sudirman Thamrin
5. [[Waduk Jatiluhur|Bendungan Jatiluhur]] sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sumber air bersih bagi DKI Jakarta
6. Jembatan Ampera di Palembang
== Berkarier di Bank ==
Setelah tidak menjadi menteri, Sardjono kemudian diminta menjadi Direktur Adviseur
Baris 167 ⟶ 165:
[[Kategori:Kematian 1986]]
[[Kategori:Menteri Pekerjaan Umum Indonesia]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Yogyakarta]]
[[Kategori:Insinyur Indonesia]]
|