Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Mojoz45 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
=J. Mario Belougi=
Padliansyah dan
[[Honoris Causa|Dr. (H.C.) ]]
'''Jouries Mario Belougi  ''' Lahir di [[Manado]], [[Sulawesi Utara]], 5 Mei 1975; umur 45 tahun) adalah seorang [[aktivis]] [[Indonesia]]. Belougi mengawali kariernya dalam kegiatan [[aktivisme]] pada usia lima belas tahun dengan menjadi aktivis jalanan di [[Kota Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]. Dia berperan penting dalam gerakan pembebasan [[demokrasi]] di Indonesia pada era 90-an. Pasca [[Kerusuhan Mei 1998]] Belougi bersktivitas dalam urusan kemanusiaan, dan aktif menyoroti masalah kesenjangan sosial, demokrasi dan [[politik]]. Nama Belougi kembali menjadi sorotan publik setelah ia disebut sebagai dalang insiden pengibaran bendera [[Filipina]] di [[Pulau Miangas]] tahun 2005. Atas peristiwa tersebut Belougi hijrah ke [[Timor Leste]] bekerja sebagai [[Aktivis sosial|penggiat sosial]].
 
{{Infobox person
|name = J. Mario Belougi
|residence   = {{negara|Timor Leste}} [[Dili|Dili, Timor Leste]]
|image       = Indriani HD.jpg
|imagesize = 220px
|alt =
|caption =
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date|1975|5|5}}
|birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Manado]], [[Sulawesi Utara]]
|death_date =
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|other_names =
|alma_mater =
 
|occupation = [[Aktivis]]
|party =
*[[Independen]] (Sejak 2000)
*[[Partai Uni Demokrasi Indonesia]] (1996-1999)
|known_for =
|religion =
|spouse     =
|children   =
|parents     =
|awards   =
| website =
|relations   = [[Abraham|Abraham Belougi]] (Kakek)
}}
==Masa kecil dan pendidikan ==
J. Mario Belougi lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 5 Mei 1975. Rumpun keluarganya merupakan bangsa pelaut dari [[Suku Bugis|Bugis]] yang sudah berabad-abad mendiami gugusan pulau-pulau kecil di Filipina bagian selatan dan sudah berasimilasi dengan bangsa [[Suku Sangir|Sangir]] di [[Kepulauan Nusa Utara]]. Sebuah sumber menyebut Belougi lahir di atas perahu dalam pelayaran dari [[Pulau Siau]] ke [[Pulau Manado Tua]]. Dia merupakan cucu dari [[Abraham|Abraham Belougi]], seorang [[Front Pembebasan Islam Moro|Pejuang Pembebasan Islam Moro]] yang gugur dalam [[Pembantaian Manili|Pertempuran Manili 1971]] melawan pemerintah Filipina di [[Cotabato]], [[Mindanao]].
 
Masa kecilnya dilewati dengan segala keterbatasan, Ia menjalani kehidupan awal bersama keluarganya di pinggiran Kota Manado. Pada usia lima tahun, Belougi ikut kerabatnya pindah ke Makassar, Sulawesi Selatan. Di sini awal mula Belougi mengenal kehidupan jalanan dan berafiliasi dengan kelompok-kelompok pergerakan. Ia mengawali kariernya dalam kegiatan [[aktivisme]] dengan menjadi aktivis jalan pada usia lima belas tahun, watak dan pribadinya-pun terbentuk dari kehidupan jalanan yang keras.
 
Belougi nyaris tidak mengenyam [[pendidikan formal]], namun atas dorongan kerabat dan rekan-rekannya akhirnya Ia dapat menyelesaikan [[pendidikan dasar]] sampai tingkat menengah. Ia kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian [[Universitas Hasanuddin]] (UNHAS) tahun 1994 namun tidak selesai. Pada tahun 1996 Belougi merantau ke [[Timor Timur]] dan melanjutkan pendidikan di Universitas Timor Timur namun tidak selesai karena rakyat pro-integrasi harus mengungsi ke Indonesia pasca pelaksanaan [[jajak pendapat]] tahun 1999.
 
==Kegiatan aktivisme==
Belougi mengawali kariernya dalam kegiatan [[aktivisme]] sejak usia lima belas tahun dengan menjadi aktivis jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dari awal Ia menolak perlakuan [[diskriminasi|diskriminatif]] dan tindak arogansi [[pemerintah|aparatur negara]] dalam setiap penertiban [[anak jalanan]] dan [[pedagang kaki lima]] di Kota Makassar. Ia menggalang kelompok-kelompok pergerakan di [[akar rumput]] untuk membuka ruang kebebasan dalam ber[[ekspresi]] dan berpendapat secara [[demokratis]]. Pada tahun 1992 Belougi mengawali gerakan anti-[[diskriminasi]] dan [[intimidasi]] terhadap kebebasan demokrasi di Indonesia.
 
Dalam sebuah mimbar bebas di Makassar tahun 1993, Belougi menunjukkan sikap kritis dengan melakukan [[mosi tidak percaya]] terhadap pemerintah, ia menyebut sumber segala persoalan di Indonesia berakar dari sikap arogansi dan [[dogma|dogmatisme]] pemerintah yang mengurung kebebasan dan merampas kedaulatan hak-hak dasar rakyat dalam demokrasi, ia menuntut pergantian kepemimpinan nasional untuk menciptakan pemimpin bersih yang dapat memberi ruang kebebasan kepada rakyat dalam berdemokrasi. Pemerintah menyikapi hal tersebut dengan melakukan pengejaran terhadap Belougi karena dinilai melakukan tindakan [[subversif]].
 
Tekanan pemerintah terhadap Belougi terus berlanjut setelah Ia dituduh sebagai pelaku utama terjadinya Insiden Tadulako di Palu tahun 1994. Ia kemudian melarikan diri ke tempat keluarganya di Nusa Utara dan kemudian hijrah ke Filipina, namun Ia kembali menjadi kontroversi setelah diduga menjadi fasilitator pengiriman pemuda asal Indonesia untuk menjadi bagian dari Kelompok Pemberontak Minoritas Muslim yang tergabung dalam [[Front Pembebasan Nasional Moro]] di [[Mindanao]], Filipina Selatan. Ia kemudian dideportasi oleh pemerintah Filipina karena di duga memasuki negara tersebut secara [[ilegal]].
 
Peran Belougi dalam gerakan pembebasan demokrasi di Indonesia kembali menjadi momok bagi pemerintah setelah Ia disebut sebagai otak pelaku penolakan hasil [[Pemilu 1997]] yang dinilai sarat rekayasa dan membohongi rakyat, hal ini terkait sikap pemerintah Indonesia yang tidak mengakui kepemimpinan [[Megawati Soekarno Putri]] sebagai ketua umum [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI) dan mengacaukan kepengurusan DPP [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP), serta melarang [[Partai Uni Demokrasi Indonesia]] yang didirikan oleh tokoh pergerakan [[Sri Bintang Pamungkas|Dr. Sri Bintang Pamnungkas]] untuk ikut dalam Pemilu 1997. Insiden tersebut kembali menjadikan Belougi sebagai buronan pemerintah hingga berakhirnya [[Kerusuhan Mei 1998]].
==Pasca Kerusuhan Mei 1998==
Di era pemerintahan [[B. J. Habibie|Presiden B. J. Habibie]], Belougi ikut berpartisipasi dalam pengembangan [[infrastruktur]] [[sosial]] dan [[pendidikan]] di daerah tertinggal, ia mengawali kegiatan tersebut di pedalaman [[Timor Timur]] akhir 1998, namun tidak dapat berjalan dengan baik akibat gejolak politik terkait adanya isu [[Jajak pendapat|Jajak Pendapat]] di kalangan rakyat Timor Tomur. Ia pernah dikabarkan menjadi bagian dari korban [[Pembantaian Gereja Liquiçá|Pembantaian di Gereja Katolik Liquica]] pada April 1999, informasi dari media [[Australia]] menyebut peristiwa tersebut menewaskan 200 lebih [[Katolik|Umat Katolik]], namun kabar tersebut dibantah oleh seorang [[pendeta]] dan tokoh-tokoh [[Daftar aktivis pro-integrasi Timor Timur|pro-integrasi]] dengan Indonesia.
 
Pada Juli - Agustus 1999, Belougi menggalang dukungan aksi penolakan terhadap instruksi [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB) kepada [[Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur|UNAMET]] (United Nations Mission in East Timor) pada 11 Juni 1999 untuk melaksanakan Jajak Pendapat di Timor Timur dengan melakukan aksi demonstrasi di sejumlah daerah di Kawasan Timur Indonesia. Belougi menyebut instruksi PBB tersebut adalah bentuk pembodohan yang akan merampas kedaulatan politik dan demokrasi Indonesia yang berdasar pada [[Pancasila]] dan [[UUD 45]]. Kegiatan Belougi tersebut diikuti dengan gelombang demonstrasi di hampir seluruh penjuru negeri, namun aksi penolakan tersebut menjadi sia-sia karena UNAMET tetap melaksanakan Jajak Pendapat pada 30 Agustus 1999 dan berakhir dengan lepasnya Timor Timur dari [[NKRI]].
 
Nama Belougi kembali menjadi sorotan publik setelah Ia disebut sebagai dalang Insiden Pengibaran Bendera [[Filipina]] di [[Pulau Miangas]] tahun 2005, sebgai bentuk protes kepada pemerintah Indonesia yang mengabaikan hak hidup, politik dan demokrasi rakyat yang tinggal di [[Daftar pulau terluar Indonesia|Pulau Terluar Indonesia]]. Insiden tersebut mengundang perhatian publik Internasional dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia dengan membangun fasilitas umum seperti [[Bandar Udara]] dan [[Pelabuhan|Pelabuhan Laut]], serta memberi legalitas kewarganegaraan (WNI) kepada rakyat yang tinggal di pulau-pulau terluar untuk dapat menerima bantuan sosial dan ikut berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan [[Pemilu|pesta demokrasi ]] di Indonesia dan pembangunan nasional.
 
Pada tahun 2012, Belougi membangun kerjasama dengan sejumlah [[organisasi nirlaba]] untuk bantuan pengembangan daerah tertinggal. Ia memediasi pertemuan antara sejumlah elemen masyarakat [[Papua]] dengan tim pengelola proyek [[Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat]] (UP4B), namun Belougi kembali mengkritisi kegiatan tersebut sebagai hal yang tidak rasional, dan dilakukan atas dasar kegagalan pemerintah merawat [[nasionalisme]] di daerah tapal batas tersebut. Belougi banyak menyoroti masalah pelanggaran HAM dan kesenjangan sosial, Ia menyebut pergolakan di Tanah Papua bukan hanya lahir dari diskriminasi [[rasialisme|rasial]] tapi juga diskriminasi sosial, dan penolakan rakyat Papua terhadap [[otonomi|otonomi khusus]] lahir dari pergeseran status Papua dari daerah otonomi menjadi wilayah [[kolonialisme|koloni]].
 
==Kontroversi ==
Pada masa kampanye [[Pilpres 2009]], Belougi diadukan ke [[Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan|Polda Sulawesi Selatan]] oleh warganet terkait kicauannya di [[media sosial]] berjudul “Si Kancil Ikut Ramaikan Panggung Sandiwara”. Dalam narasinya Belougi menyebut Si Kancil laksana [[Malin Kundang]] yang tidak tahu diri dan tega melawan ibu dan saudaranya. Meskipun tidak menyebut figur secara khusus namun sikap Belougi tersebut dinilai menyudutkan [[Capres]] bertubuh mungil dan mendapat reaksi keras dari pendukung [[Jusuf Kalla]].
 
Kontroversi Belougi tentang Si Kancil kemudian diikuti oleh Ketua DPP Partai Demokrat, [[Andi Malarangeng]] yang menyebut “Belum saatnya orang Sulawesi jadi Pemimpin di Indonesia”. Tindakan kedua tokoh mudah asal [[Indonesia Timur]] ini dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap sosok Jusuf Kalla yang diagung-agungkan oleh sebagian orang [[Bugis]] - [[Makassar]]. Dalam kasus ini Belougi menolak untuk meminta maaf.
 
==Kehidupan pribadi ==
J. Mario Bougi menikah dengan perempuan muslim, dan dikaruniai dua putri; Wanda Belougi dan Melanie Belougi, serta seorang putra bernama Ayyas Belougi. Pernikahan mereka berakhir setelah istrinya meninggal tahun 2017.
 
==Kegemaran dan hobi==
 
Belougi merupakan penggemar pertandingan [[sepak bola]], pemain favoritnya bermain di posisi gelandang seperti [[Bima Sakti]] dari Tim Nasional Indonesia, [[Zinedine Zidane]] bintang sepak bola [[Prancis]] dan [[Ronaldinho|Ronaldinho Gaucho]] dari Tim Samba [[Brazil]].
 
Selain sebagai penggemar bola, Belougi juga memiliki hobi bermain musik. Ia memiliki grup band non-komersial yang dimainkan bersama teman-temannya. [[Iwan Fals]] merupakan musisi favoritnya, selain itu Belougi juga menyukai lagu-lagu daerah Indonesia.
==Pendidikan ==
 
==Lihat pula==
*[[Daftar tokoh Indonesia ]]
*[[Daftar tokoh Sulawesi Utara]]
 
==Catatan kaki==
==Pranala luar==
{{Commons category|J. Mario Belougi}}
 
=Steven Indra Wibowo=