Prasimax: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
minor change |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 23:
== Sejarah Prasimax ==
Kata Prasimax sesungguhnya berasal dari kombinasi singkatan kata-kata dalam bahasa [[Bahasa Sanskerta|Sansekerta]] yaitu '''Prasidha Matra''' ditambah akhiran '''X''' sebagai unsur yang memberi makna teknologi maju. Prasidha artinya ANGKA dan Matra artinya SEMPURNA. Angka sempurna yang dimaksud di sini adalah 1 (satu) dan 0 (nol). Mengapa 1 dan 0? Bahwasannya di era digital saat ini erat kaitannya dengan sinyal, kode dan perhitungan algoritma urutan angka-angka 1 dan 0 atau angka-angka digital atau bilangan biner (binary). Akhirnya kombinasi itu membentuk kata [https://pdki-indonesia.dgip.go.id/index.php/merek/WEg1b24xZUlXcU9WYmRJTTYvSElEQT09?q=prasimax&type=1 PRASIMAX] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180715093644/https://pdki-indonesia.dgip.go.id/index.php/merek/WEg1b24xZUlXcU9WYmRJTTYvSElEQT09?q=prasimax&type=1 |date=2018-07-15 }} yang menjadi brand atau [http://www.prasimax.com/tentang-kami/brand-prasimax merek dagang PRASIMAX].
Pada pertengahan tahun 2001, sekelompok tenaga ahli di bidang teknik elektronika yang baru lulus dari perguruan tinggi dengan sebutan kelompok mereka sebagai tim ATMEL (Aziz, Teguh, M. Sabar, Elvanto dan Lukman) memutuskan untuk melanjutkan idealisme mereka mendirikan sebuah lembaga pelatihan elektronika yang menyasar pada pasar mahasiswa dan umum. Pada saat mempersiapkan lembaga pelatihan, tim ATMEL tersebut bertemu dengan seorang engineer dari perusahaan telekomunikasi multinasional, Motorola, bernama Didi Setiadi. Tim ATMEL dan Didi Setiadi memiliki idealisme serta visi yang sama untuk mendirikan sebuah lembaga bernama Yayasan Prasimax Bina Teknologi (sebut saja: Yayasan Prasimax) sebagai badan hukum untuk mengoperasikan lembaga pelatihan elektronika. Bermula dari sebuah ruko di kawasan [[Margonda|Jalan Margonda]] di [[Kota Depok]], Propinsi Jawa Barat, Lembaga Pelatihan Prasimax memulai operasionalnya. Tiga bulan pertama peserta pelatihan hanya 1 orang, walaupun kegiatan pemasaran sudah dilakukan lewat penyebaran brosur di beberapa perguruan tinggi di sekitar Depok dan Jakarta. Peserta pertama tersebut malah datang dari kalangan industri, yakni seorang General Manager Teknis sebuah pabrik pembuatan kertas di daerah Pelalawan, Propinsi Riau.
|