Sakramen Ekaristi (Gereja Katolik): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aranmaan!! (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 69:
Gereja Katolik karenanya meyakini bahwa melalui transubstansiasi Kristus benar-benar, sungguh-sungguh, dan secara substansial hadir dalam tampilan roti dan anggur yang tetap ada, dan transformasi tersebut tetap ada sejauh tampilannya tetap ada. Karena alasan ini maka dilakukan penyimpanan elemen-elemen yang telah dikonsekrasi, umumnya dalam sebuah [[tabernakel gereja]], untuk pemberian Komuni Kudus kepada orang sakit dan menghadapi ajal, serta juga untuk tujuan sekunder, namun masih sangat dianjurkan, yaitu [[adorasi Ekaristi|memuja Kristus yang hadir dalam Ekaristi]].
 
Dalam penilaian Gereja Katolik, konsep transubstansiasi, beserta pembedaan jelas yang menyertainya antara "substansi" atau kenyataan mendasar dengan "[[aksiden (filsafat)|aksiden]]" atau tampilan yang dapat dicerna pancaindra manusia, memberikan perlindungan dari doktrin-doktrin yang dilihatnya sebagai kekeliruan-kekeliruan yang saling bertentangan. Di satu sisi, kekeliruan tersebut berupa pemahaman figuratif semata mengenai [[Kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi|Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi]] (yang nyata adalah perubahan substansinya), dan, di sisi lain, kekeliruan penafsiran yang menyamakannya dengan makan daging Kristus secara [[kanibalisme|kanibalistik]] (tuduhan yang disebarluaskan kaum pagan pada kaum Kristen awal yang tidak memahami ritus Gereja Katolik yang di dalamnya dipandang sebagai "kurban tak berdarah") dan minum jasmaniah darah-Nya (aksidennya yang tetap ada dianggap nyata, bukan ilusi). Kristus adalah "benar-benar, sungguh-sungguh, dan hadir ''secara substansial''" dalam Ekaristi,<ref>{{KGK|1374|long=yes}}</ref> bukan hadir ''secara fisik'' seperti kehadiran-Nya secara fisik di [[Yudea]] dua ribu tahun yang lalu.<ref>{{en}} [http://members.aol.com/johnprh/eucharist.html#Prot%201 Cannibalism] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081006151908/http://members.aol.com/johnprh/eucharist.html#Prot%201 |date=2008-10-06 }}; cf. [http://www.catholicworker.org/dorothyday/daytext.cfm?TextID=54 Another Letter to an Agnostic] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131105022323/http://www.catholicworker.org/dorothyday/daytext.cfm?TextID=54 |date=2013-11-05 }}</ref>
 
Beberapa orang mengemukakan gagasan bahwa transubstansiasi merupakan suatu konsep yang hanya dapat dipahami dalam konteks filsafat Aristotelian. Namun, penggunaan yang paling awal diketahui atas istilah "transubstansiasi" untuk mendeskripsikan perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus yaitu oleh [[Hildebertus|Hildebertus dari Lavardin]], Uskup Agung Tours (wafat tahun 1133) pada sekitar tahun 1079, jauh sebelum kalangan Barat Latin, khususnya di bawah pengaruh St. [[Thomas Aquinas]] ({{c.}} 1227-1274), menerima [[Aristotelianisme]]. ([[Universitas Paris]] baru didirikan antara tahun 1150-1170) Istilah "substansi" (''substantia'') sebagai ''realitas'' atau ''kenyataan'' dari sesuatu digunakan sejak abad-abad awal Kekristenan Latin, misalnya ketika mereka menyatakan bahwa Putra memiliki "substansi" yang sama (''[[konsubstansialitas|consubstantialis]]'') seperti Bapa.<ref>{{en}} "Substance" continued to be used to mean the reality of something, and there are writings from the ninth century (by [[Radbertus]], [[Ratramnus]] and [[Rabanus Maurus]]) that use the word to refer to the reality of the Eucharist. "Around the year 860 A.D. (400 yrs before Aquinas), we have the writings of renowned teacher, St. Paschasius Radbertus. A foundling, who became schoolmaster and abbot of Corbie in Picardy, France, he was a voluminous writer, and the author of the first speculative treatise on Transubstantiation (although this Latin word was not invented until the first half of the 13th Century). However, Radbertus did use the word 'substance' in his famous book, ''On the Body and Blood of the Lord''. He taught, echoing the Church fathers, that after the words of Consecration, through the conversion of the substance, there is present on the altar the Eucharistic Body of Christ which is identical with His historical Body. This 9th-century theologian, who was not an Aristotelian (like Aquinas), nor much influenced by philosophy of any kind, used the word 'substance' to mean the reality that makes a thing what it is: so, after Consecration, it is no longer true to say, 'This is bread', but rather, as Jesus said, 'This is my Body'." (Kalberer, ''Lives of the Saints'').</ref> Istilah Yunani yang bersesuaian adalah "οὐσία", Putra dikatakan "ὁμοούσιος" dengan Bapa, sementara perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus disebut "μετουσίωσις". Ajaran tentang transubstansiasi karenanya tidak berkaitan dengan konsep-konsep filosofis Aristotelian, dan konsep-konsep tersebut sejak dahulu hingga sekarang tidak pernah menjadi [[dogma]]ta Gereja.