Tujuh Langit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 39:
Uraian tersebut biasanya dipahami sebagai penuturan si penulis tentang pengalaman pribadi dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, dan terkesan mencerminkan keyakinan umat Yahudi maupun umat Kristen pada abad pertama bahwa alam [[Firdaus (Surga)|Firdaus]] tidak berlokasi di petala langit tertinggi melainkan di petala langit lainnya. Kesan semacam ini mungkin dapat dikuatkan dengan makna kata-kata Yunani yang digunakan pada nas tersebut di dalam bahasa aslinya (lebih mendekati "tiba-tiba dilarikan" daripada "tiba-tiba diangkat").<ref>[[E. W. Bullinger]], ''A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek'', "2, 14, Ke "langit ketiga" dan "Firdaus" inilah Paulus ''tiba-tiba dilarikan'', 2 Kor. xii. 2, 4, (bukan "diangkat", baca lema "tiba-tiba") dalam "penglihatan dan wahyu dari Tuhan", 2 Kor. xii. 1. Sesuatu tiba-tiba melarikan—dengan turunnya wahyu ganda tentang langit yang baru dan bumi yang baru..."</ref>
 
Pada[[Ireneus]] yang hidup pada abad ke-2, [[Ireneus]]Masehi juga mengenal gagasan tujuh petala langit (baca ''Demonstrasi Pewartaan Apostolik'' 9; bdk. ''Melawan Bidat-Bidat'' 1.5.2).
 
Sepanjang [[Abad Pertengahan]], para pemikir Kristen mengembangkan gagasan tujuh petala langit [[Mesopotamia]] kuno menjadi tatanan sepuluh petala langit. [[Kosmologi agama|Kosmologi]] semacam ini diajarkan para [[skolastisisme|skolasikus]] di universitas-universitas pertama di [[Eropa]], dan mencapai puncak ekspresi [[sastra]]winya di dalam ''[[Divina Commedia|Komedi Ilahi]]'' karangan [[Dante Alighieri]].