Tradisi megalitik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 6:
Von Heine Geldern menggolongkan tradisi megalitik dalam dua tradisi, yaitu megalitik tua yang berkembang pada masa [[neolitik]] (2500-1500 SM) dan megalitik muda yang berkembang dalam masa [[paleometalik]] (1000 SM–abad 1 M). Megalitik tua menghasilkan bangunan yang disusun dari batu besar seperti [[menhir]], [[dolmen]], undak batu, limas berundak, pelinggih, patung simbolik, tembok batu, dan jalan batu.<ref> {{cite journal|title= Prasejarah Idonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi|author= Slamet Sujud Purnawan Jati|journal= Jurnal Sejarah dan Budaya|volume= 7|number= 2|year= 2013|issn= 1979-9993|page= 27|url=http://journal.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/4744}} </ref>
 
Meskipun biasa dikaitkan dengan masa [[prasejarah]], tradisi megalitik tidak mengacu pada suatu era peradaban tertentu, namun lebih merupakan bentuk ekspresi yang berkembang karena adanya kepercayaan akan kekuatan magis atau non-fisik dan didukung oleh ketersediaan sumber daya di sekitarnya. Sempat meluas pada masa pra-Hindu-Buddha, Indonesia sampai abad ke-21 masih memiliki beberapa masyarakat yang masih mendukung tradisi ini, baik dalam bentuk mendekati aslinya, seperti suku bangsa [[Suku Nias|Nias]], [[Suku Batak|Batak]] (sebagian), [[Suku Sumba|Sumba]], dan [[Suku Toraja|Toraja]], maupun dalam bentuk [[akulturasi]] dengan lapisan budaya setelahnya, seperti suku bangsa [[Suku Bali|Bali]], [[Suku Sunda|Sunda]] (masih dipraktikkan oleh [[masyarakat Badui]]), dan [[Suku Jawa|Jawa]].<ref>Munandar, AA. tanpa tahun. [http://www.idolmen.org/file/pdf/s149-152.pdf The Continuity of Megalithic Culture and Dolmen in Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141213021226/http://www.idolmen.org/file/pdf/s149-152.pdf |date=2014-12-13 }}. Artikel pada laman ''[http://www.idolmen.org/main.html Research Center of Dolmens in Northeast Asia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090114220513/http://www.idolmen.org/main.html |date=2009-01-14 }}''. Diakses 11 Desember 2014.</ref>
 
Selain penggunaan batu-batu besar sebagai simbol kekuatan magis atau sebagai altar, alat upacara, serta sarana penguburan, tradisi megalitik juga melibatkan struktur ruang/arsitektur tertentu, benda-benda logam ([[pisau]], [[pedang]], [[tabuhan]], dan sebagainya), [[gerabah]] (seperti [[tempayan]]), [[kayu]], serta [[manik-manik]]. Di Nusantara banyak ditemukan tradisi kubur tempayan yang terkait dengan kultur megalitik.<ref>Sarwindaningrum I. [http://sains.kompas.com/read/2012/05/19/13433017/Balar.Palembang.Temukan.Tempayan.Kubur.dari.Zaman.Megalitikum Balar Palembang Temukan Tempayan Kubur dari Zaman Megalitikum]. Edsi Sabtu, 19 Mei 2012. Diakses 5 Januari 2015.</ref> Adanya kebiasaan menyertakan [[bekal kubur]], berupa manik-manik atau senjata, juga berkembang kuat pada tradisi ini. Pada beberapa tempat, tradisi megalitik juga melibatkan bentuk-bentuk [[seni tatah]] batu atau ukir batu, sehingga batu merupakan arca yang menunjukkan figur-figur tertentu, seperti di kawasan Pagaralam, Sumatera Selatan.