Pemberontakan Viqueque: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lukman Harahap (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Lukman Harahap (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 16:
 
[[Berkas:Uma Lulik of Borulaisoba roof.jpg|mini|Dekorasi atap di [[Babulo]]]]
 
== Peringkat ==
Tingkat dukungan terhadap ''Permesta 14'' oleh Konsul Indonesia di Dili, ''Nazwar Jacub'', kontroversial , meskipun dikatakan tidak sah.<ref name="EC" /> Satu-satunya indikasi yang dapat diberikan oleh pihak berwenang Portugis adalah pesanan peralatan fotografi yang luar biasa besar, pernyataan anti-Portugis dari konsul ketika istrinya meninggal di rumah sakit yang perlengkapannya buruk di Dili, dan persahabatannya dengan orang-orang buangan.<ref name="CCV31" /> Jacub, yang berasal dari [[Sumatera]], mengunjunginya pada bulan Desember 1958 di Baucau.<ref name="EC" /> Konsul ditarik kembali dan sudah pada tanggal 3 Juni 1959 oleh Indonesia digantikan oleh Tengku Hussin Usman.<ref name="HoT" /> Menariknya, Jacub meninggalkan Timor Portugis dengan kapal yang sama dengan sebelas konspirator yang ditangkap pada awal Juni di ''N/M India'' pada 8 Juni.<ref name="EC" /> Keraguan terakhir tetap ada, apakah Jakarta sama sekali tidak terlibat dalam pemberontakan Viqueque.<ref name="HoT" /> Mengejutkan bahwa kepala desa Timor yang memimpin pemberontakan terkadang bahkan tidak mengenal pengikut mereka. Dalam interogasi polisi, misalnya, salah satu dari 30 anggota kelompoknya tidak disebutkan namanya.<ref name="Raik" />
 
Di satu sisi, pemberontakan dinilai sebagai konflik etnis antara Naueti dan Makasae, di mana garis konflik seringkali ditarik secara tajam pada berbagai kelompok etnis. Yang lain melihat pemberontakan itu sebagai perbuatan beberapa orang Timor “bodoh” yang dibangunkan oleh kebohongan “orang bodoh” Indonesia. Secara umum, pemberontakan hanya dapat dilihat sebagai respon improvisasi terhadap Portugis yang menemukan konspirasi. Konflik etnis bukanlah sasaran para konspirator, mereka juga tidak dapat memperkirakannya. José Manuel Duarte menulis dalam sebuah memorandum pada tahun 1960:<ref name="CCV33-34">Janet Gunter, S. 33–34.</ref>
 
 
[[Berkas:Timor Timur women.jpg|mini|Gambar propaganda Indonesia dari tahun 1984: "Orang Timor dengan bendera nasionalnya, merah dan putih"]]
 
{{cquote|"Sampai hari ini kami belum dibawa ke kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan, kami diperlakukan seperti budak."|ref=<ref name="CCV34" />}}
 
Mereka yang terlibat dalam pemberontakan menyebut kurangnya keadilan di bawah pemerintahan Portugis sebagai alasan pemberontakan. Pegawai negeri dan [[asimilasi]] dikenai pajak seperti orang Portugis, tetapi mengalami diskriminasi dan penghinaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak melihat peluang untuk kemajuan sosial atau profesional. Dalam memorandumnya, Duarte juga mengkritik preferensi yang diberikan kepada [[Orang Tionghoa di Timor Leste|pedagang Tiongkok]], beban pajak yang tinggi dan kurangnya pelatihan dasar. Namun pada akhirnya, para pemberontak kekurangan dukungan luas.<ref name="CCV34" />
 
Pemberontakan Viqueque kemudian disalahgunakan oleh propaganda Indonesia atas upaya mereka untuk mengintegrasikan Timor Timur ke negara tetangga.<ref name="CCV34" /> Anggota APODETI menerbitkan brosur ''Associação Popular Democrática Timorense'' di Jakarta. Pekerjaan itu berfungsi untuk mempelopori anggota partai yang terlibat dalam pemberontakan, tanpa menyebut rekan konspirator Indonesia. APODETI ingin menampilkan dirinya sebagai gerakan politik Timor pertama, lebih tua dari partai lain yang didirikan pada tahun 1974. Banyak keluarga pemberontak 1959 mendukung APODETI. Pemberontakan menjadi "mitos asal" gerakan Timor Timur. Para pemimpin klan pro-Indonesia dari Viqueques Timur menggunakan ''Lima sembilan'' (′59) dalam konflik atas sumber daya dan kekuasaan.<ref name="CCV35">Janet Gunter S. 35.</ref> Dalam buku teks Indonesia, pemberontakan Viqueque disajikan sebagai seruan awal untuk integrasi Timor Timur ke Indonesia. Secara dramatis, ditemukan legenda bahwa António Metan telah mengibarkan [[Bendera Indonesia|bendera pertama Indonesia]] atas Timor Timur di Uato-Lari. Khususnya pada tahun 1990-an, menurut seorang pegawai departemen pendidikan di Timor Lorosae, ada minat yang besar untuk menggambarkan sejarah sedemikian rupa sehingga orang Timor Lorosa'e ingin menjadi bagian dari Indonesia jauh sebelum tahun 1975. Pada tahun 1996 beberapa peserta asli Indonesia diundang ke Timor Timur dan mereka yang diasingkan oleh Portugis dihormati sebagai veteran.<ref name="CCV36-37">Janet Gunter, S. 36–37.</ref> Pada bulan April 1999 didirikan [[Eurico Guterres]], Keponakan António Metan, [[Milisi pro-Indonesia di Timor Leste|milisi pro-Indonesia]] bernama ''59/75'' di Viqueque . Konsekuensi dari propaganda Indonesia adalah bahwa pemberontakan Viqueque tidak memiliki citra positif di antara kebanyakan orang Timor-Leste pada saat Indonesia mundur.<ref name="CCV37" />
 
== Pranala Luar ==