Taman Nasional Kerinci Seblat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Roby diery (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Datin KSDAE (bicara | kontrib) Penambahan informasi Sejarah, Keunikan, Nilai Konservasi, Tanah dan Geologi, DAS |
||
Baris 1:
{{Infobox protected area|area=1.374.349,87 Ha|location=[[Sungai Penuh]], [[Jambi]], [[Indonesia]]|map_width=250|map=Indonesia Jambi|long_s=23|long_m=23|long_d=101|long_EW=E|lat_s=29.7|established=1999|lat_m=3|lat_d=2|lat_NS=S|label_position=left|label=TN Kerinci Seblat|governing_body=[[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia|Balai Besar TN Gunung Leuser]]|name=Taman Nasional Kerinci Seblat}}
'''Taman Nasional Kerinci Seblat''' adalah [[taman nasional]] terbesar di [[Sumatra]] yang memiliki luas wilayah sebesar 13,750 km². Taman nasional ini terletak pada koordinat antara 100°31'18"E - 102°44'01"E dan 1°07'13"S - 1°26'14"S. Secara administratif wilayah taman nasional ini berada di 14 kabupaten dan 2 kota yang termasuk dalam 4 provinsi yaitu [[Sumatra Barat]], [[Jambi]], [[Bengkulu]], dan [[Sumatra Selatan]].
Baris 18 ⟶ 8:
Diterimanya [[Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra]] ke daftar [[Situs Warisan Dunia]] oleh [[UNESCO]], membuat Taman Nasional Kerinci Seblat juga diterima sebagai [[Situs Warisan Dunia UNESCO]]. Bersama dengan [[Taman Nasional Gunung Leuser]] dan [[Taman Nasional Bukit Barisan Selatan]]. Selain itu taman nasional ini masuk sebagai [[Taman Warisan ASEAN]] sejak 18 Desember 2003.
== Sejarah ==
* Tahun 1982, pada Kongres Taman Nasional se-dunia III di Bali, Menteri Pertanian mendeklarasikan kawasan, yang sekarang menjadi kawasan TNKS, seluas ± 1.424.650 ha sebagai calon Taman Nasional. Kawasan tersebut adalah penggabungan dari beberapa kawasan hutan seperti cagar alam, suaka margasatwa, hutan lindung, hutan wisata, dan hutan produksi.
* Tahun 1996, setelah melalui proses pengkajian dan penataan yang cukup panjang, Menteri Kehutanan mengukuhkan kawasan seluas ± 1.368.000 ha sebagai kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat sesuai surat keputusan Menhut No. 192/KptsII/1996.
* Tahun 1999, Menteri Kehutanan dan Perkebunan menetapkan kawasan TNKS seluas ± 1.375.349,867 ha melalui surat keputusan No. 901/Kpts-II/1999.
* Tahun 2004, Menteri Kehutanan menetapkan perubahan fungsi kawasan hutan produksi di Sipurak Hook seluas ± 14.160 Ha menjadi bagian dari kawasan TNKS dengan surat keputusan No. 420/Menhut-II/2004, sehingga luas TNKS menjadi ± 1.389.509,867 ha.
== Kawasan ==
Baris 48 ⟶ 45:
Selain itu, kawasan taman nasional ini juga berasal dari [[hutan produksi]] yang dialih fungsikan menjadi [[hutan konservasi]] dan menjadi satu kesatuan kawasan yang kompak. Bagian terakhir hutan produksi yang masuk dalam kawasan taman nasional ini adalah Hutan Produksi Sipurak Hook.
==
Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan kawasan konservasi daratan terluas di Indonesia yang dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO semenjak tahun 2004. Merupakan habitat dari berbagai flora fauna langka dan endemik seperti Harimau sumatera, Gajah Sumatera, Beruang madu, Tapir asia, Rafflesia, Taxus sumatrana, Pinus merkusii strain Kerinci dan lain-lain
Kondisi iklim di Taman Nasional Kerinci Seblat bervariasi menurut topografi, tetapi secara umum kawasan TNKS tergolong ke dalam Tipe A (basah) dalam klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 2.991 mm, dengan bulan kering kurang dari dua bulan per tahunnya. Rata-rata temperatur antara 16°-28° Celcius. Kelembaban relatif udara adalah 77%-92%.
Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki topografi berupa lembah curam yang membelah Pegunungan Bukit Barisan menjadi dua bagian yang sejajar. Sebagai rangkaian bukit dan gunung, taman nasional ini dicirikan oleh kelerangan lahan sangat curam (≥ 60%) pada sebagian besar kawasannya (70% dari luas kawasan) dengan ketinggian antara 200 hingga 3.805 m dpl. Di kawasan ini banyak dijumpai pegunungan tinggi (lebih kurang terdapat 30 gunung atau bukit).
Baris 61 ⟶ 59:
Topografi daerah ini umumnya curam dan teriris dengan taji yang nyata menurun ke arah timur dan barat dari punggung utara-selatan Bukit Barisan. Topografi menaik ini pada akhirnya mengarah ke dataran Sumatera tengah di sebelah timur dan ke dataran pantai sebelah barat.
== Tanah dan Geologi ==
Jenis tanahnya anatara lain andosol, latosol, podsolik, alluvial, komplek (podsolik, latosol dan litosol), komplek (latosol dan litosol). Pada umumnya kedalaman efektif tanahnya antara 30-60 Cm. Kedalam efektif tanah yang dangkal terutama didapati di daerah terjal dengan jenis tanah litosol. Sebagian besar lahan di kawasan taman nasional ini memiliki tanah yang relatif kurang subur dan rawan erosi.
Jenis batuan induk di kawasan ini antara lain andesit basalt diorit, tufa berbutir halus/kasar, granit, granodiorit, riolit, alluvium gunung berapi muda, alluvium longgokan kipas, alluvial sungai muda, dan gambut.
== Flora ==
Terdapat tidak kurang dari 4.000 jenis tumbuhan di Taman Nasional Kerinci Seblat di mana 60% dari jenis tersebut terdapat di hutan dataran rendah. Tumbuhan yang mendominasi adalah suku ''[[Dipterocarpaceae]]'', ''[[Fabaceae]]'', ''[[Lauraceae]]'', ''[[Myrtaceae]]'', dan ''[[Malvaceae|Bombacaceae]]''. Tercatat juga sebesar 300 jenis [[anggrek]], berbagai spesies bambu, kayu manis, rotan, dan edelweis yang langka ([[Anaphalis|''Anaphalis sp.'']]). Selain itu, terdapat bunga terbesar, [[Padma raksasa|''Rafflesia arnoldii'']], ''Rafflesia hasseltii'', dan bunga tertinggi di dunia [[Bunga bangkai raksasa|''Amorphophallus titanum'']], serta flora langka kantong semar ([[Kantong semar|''Nepenthes sp.'']]).
Tipe vegetasi yang paling penting adalah hutan hujan tropis Dipterocarpaceae yang terdapat di dataran rendah dan bukit-bukit hingga ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Jenis pohon tersebut antara lain adalah ''Shorea parvifolia, [[Keruing|Dipterocarpus sp.]], Parashorea sp., Koompassia malaccensis'', dan ''Dialium sp''. Lapisan bawahnya ditumbuhi oleh palem ''Arenga sp.'', padma raksasa ''Rafflesia arnoldii'', dan bunga bangkai ''Amorphophallus titanum''.
Pada ketinggian antara 1.000 – 1.500 m dpl terdapat hutan hujan tropis pegunungan rendah yang didominasi oleh jenis-jenis ''Dipterocarpaceae'' (hingga ketinggian 1.200 mdpl), seperti ''Hopea sp.'', dan ''Shorea platyclados'', ''Litsea sp.'', ''Rhodamnia cinere'', serta suku ''Euphorbiaceae'' dan ''Leguminosae''. Lapisan bawahnya ditumbuhi oleh palem (''Livingstonia altissima'' dan ''Areca catechu''), epifit (''Asplenium sp.'', ''Bulbophyllum sp.'', ''Dendrobium sp.'', dan ''Eria sp.''), dan kantong semar (''Nepenthes sp.'').
Di atas ketinggian 1.500 mdpl terdapat vegetasi hutan pegunungan yang didominasi oleh suku ''Lauraceae'' dan ''[[Ericaceae]]'', seperti ''Podocarpus amarus'', ''Castanopsis sp.'', ''Ficus variegate'', dan ''Cinnamomum parthenoxylon''.
Di [[Kabupaten Kerinci]] dikenal dua ekosistem rawa, yaitu Rawa Ladeh dan Rawa Bento yang terletak di ketinggian 1 950 mdpl dengan luasan 150 ha. Kedua rawa tersebut merupakan [[rawa gambut]] tertinggi di Pulau Sumatera. Rawa Bento (Sangir Hulu) merupakan rawa air tawar dengan karakteristik jenis rumput ''Leersia hexandra'', ''Glo-chidion sp.'', dan ''Eugnia spicata''.
Jenis tumbuhan khas dengan sebaran terbatas dapat dijumpai di kawasan ini, yaitu pinus strain kerinci (''Pinus merkusii strain kerinci''), kayu pacet (''Harpullia arborea''), pakis sunsang (''Dyera costulata''), dan bunga rafflesia (''Rafflesia arnoldii'').
== Fauna ==
[[Berkas:Gajah Tunggang Suryono.jpg|jmpl|''Elephas maximus sumatranus'']]
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan rangkaian tidak terputus hutan hujan dataran rendah sampai pegunungan, termasuk hutan pinus tropis alami, hutan rawa gambut, dan danau air tawar. Kawasan ini merupakan habitat sebagian besar burung-burung Sumatera. Terdapat lebih dari 371 jenis burung (17 jenis di antaranya endemik sumatera), lebih dari 85 jenis mamalia, tujuh jenis primata, enam jenis amfibi, dan sepuluh jenis reptilia. Dua spesies kunci yang menjadi fokus pengelolaan adalah harimau sumatera dan gajah sumatera.
|