Perubahan iklim dan gender: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 30:
Transisi dari energi bahan bakar fosil ke energi yang lebih rendah karbon juga tidak serta merta menyelesaikan masalah akses energi. Menurut sejumlah studi, perempuan berpotensi menjadi objek kebijakan jika tidak ada intervensi yang berbasis gender. Oleh karenanya, para peneliti merekomendasikan adanya kebijakan yang berbasis keadilan sosial dan gender dalam mengenalkan energi terbarukan di masyarakat negara berkembang.<ref name=":6" />
==
Pandangan mengenai perubahan iklim dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain ras, kelompok etnik, status sosial ekonomi (pendidikan dan tingkat pendapatan), dan gender. Terkadang juga ditambah dengan pandangan politik. Faktor-faktor tersebut dapat secara independen maupun bersama-sama membentuk sikap dan keyakinan masyarakat tentang perubahan iklim, serta memengaruhi motivasi individu dan kolektif dalam mengatasinya.<ref>{{Cite web|last=Pearson|first=Adam R.|last2=Ballew|first2=Matthew T.|date=2017-04-26|title=Race, Class, Gender and Climate Change Communication|url=https://oxfordre.com/climatescience/view/10.1093/acrefore/9780190228620.001.0001/acrefore-9780190228620-e-412|website=Oxford Research Encyclopedia of Climate Science|language=en|doi=10.1093/acrefore/9780190228620.001.0001/acrefore-9780190228620-e-412|access-date=2021-06-05|last3=Naiman|first3=Sarah|last4=Schuldt|first4=Jonathon P.}}</ref>
Beberapa studi menemukan adanya kesenjangan gender dalam pandangan mengenai isu lingkungan dan perubahan iklim. Penelitian menyatakan bahwa perempuan memiliki tingkat kepedulian yang sedikit lebih tinggi terhadap isu perubahan iklim dan memiliki pandangan pro iklim yang lebih kuat daripada laki-laki.<ref name=":7">{{Cite web|last=Ballew|first=Matthew|last2=Marlon|first2=Jennifer|date=2019-11-20|title=Gender Differences in Public Understanding of Climate Change|url=https://climatecommunication.yale.edu/publications/gender-differences-in-public-understanding-of-climate-change/|website=Yale program on climate change communication|access-date=2021-06-05|last3=Leiserowitz|first3=Anthony|last4=Maibach|first4=Edward}}</ref> Perempuan di AS memiliki persepsi yang lebih kuat bahwa perubahan iklim akan berdampak pada kehidupan pribadi mereka dan masyarakat AS. Namun, perempuan sedikit lebih ragu tentang pandangan bahwa sebagian besar ilmuwan meyakini perubahan iklim
== Perbedaan gender tentang kebijakan perubahan iklim ==
Menurut sejumlah penelitian, keterwakilan perempuan dalam parlemen memengaruhi sikap parlemen terhadap kebijakan perubahan iklim. Data dari sampel banyak negara menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan membawa negara mereka mengadopsi kebijakan perubahan iklim yang lebih ketat.<ref>{{Cite journal|last=Mavisakalyan|first=Astghik|last2=Tarverdi|first2=Yashar|date=2019-01-01|title=Gender and climate change: Do female parliamentarians make difference?|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0176268017304500|journal=European Journal of Political Economy|language=en|volume=56|pages=151–164|doi=10.1016/j.ejpoleco.2018.08.001|issn=0176-2680}}</ref> Studi di AS menemukan bahwa anggota parlemen perempuan memiliki pandangan yang lebih pro lingkungan dibandingkan anggota laki-laki.<ref>{{Cite journal|last=Fredriksson|first=Per G.|last2=Wang|first2=Le|date=2011-12-01|title=Sex and environmental policy in the U.S. House of Representatives|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0165176511002862|journal=Economics Letters|language=en|volume=113|issue=3|pages=228–230|doi=10.1016/j.econlet.2011.07.019|issn=0165-1765}}</ref>
=== Partisipasi perempuan dalam kebijakan penanganan bencana alam ===
Kajian mengenai [[Riskscapes]] di tiga daerah di Indonesia, yaitu [[Aceh]], [[Bantul]], dan [[Gunung Merapi|Merapi]] mengindikasikan bahwa intervensi berbasis gender perlu dilakukan dalam penanganan bencana alam. Peneliti studi tersebut menulis "Ketika perempuan diberdayakan, mempunyai partisipasi dan lebih setara dalam ruang publik dan sipil, dan memiliki peluang untuk mengembangkan modal sosial dan pengalaman kepemimpinan, para perempuan tersebut bersama keluarganya, serta komunitas mereka akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk pulih dan menunjukkan ketahanan yang lebih besar dalam menghadapi bahaya yang menandai Riskscapes bencana".<ref name=":8">{{Cite journal|last=Tickamyer|first=Ann R|last2=Kusujiarti|first2=Siti|date=2020-07-01|title=Riskscapes of gender, disaster and climate change in Indonesia|url=https://doi.org/10.1093/cjres/rsaa006|journal=Cambridge Journal of Regions, Economy and Society|volume=13|issue=2|pages=233–251|doi=10.1093/cjres/rsaa006|issn=1752-1378}}</ref> Mereka juga merekomendasikan peneliti Riskspaces untuk memasukkan aspek gender dalam riset, perencanaan, dan aksi penanganan bencana alam dan perubahan iklim.<ref name=":8" />
== Daftar rujukan ==
|