Keracunan organofosfat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dian194102035 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Dian194102035 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 110:
Manajemen akut selama krisis kolinergik akut adalah terapi medis dengan obat-obatan termasuk [[atropin]], [[pralidoksim]] (PAM), dan [[benzodiazepin]].<ref name=":9">{{Cite journal|last=Peter|first=John V.|last2=Moran|first2=John L.|last3=Graham|first3=Petra|date=2006-02|title=Oxime therapy and outcomes in human organophosphate poisoning: An evaluation using meta-analytic techniques|url=http://dx.doi.org/10.1097/01.ccm.0000198325.46538.ad|journal=Critical Care Medicine|volume=34|issue=2|pages=502–510|doi=10.1097/01.ccm.0000198325.46538.ad|issn=0090-3493}}</ref> Tindakan awal yang dilakukan adalah menjauhkan pasien dari sumber kontaminasi, terutama dari tempat paparan inhalasi. Pakaian yang terkontaminasi harus dilepas dan kulit harus dicuci dengan air dan sabun alkali.<ref name=":6" />
 
Dalam hal keracunan oral yang masuk ke lambung harus diberikan kalium permanganat 1-3% atau natrium bikarbonat 0,5%. Bilas lambung dapat membantu bahkan berjam-jam setelah konsumsi. Dekontaminasi gastrointestinal harus mencakup penggunaan charcoal.7 Terapi awal penggunaan atropin sebagai penangkal untuk melawan efek muskarinik ACh, terutama dalam efeknya mengatasi sekresi bronkial. Atropin tidak memiliki efek pada neuromuscular junction. Atropin dapat melintasi sawar darah otak dan melawan efek kelebihan ACh pada sistem ekstrapiramidal. Jadi, atropinisasi adalah mode pengobatan yang paling penting selama krisis kolinergik akut. Jadwal pemberian atropin dapat diberikan sebanyak 30. Jika atropinisasi telah dicapai, harus dipertahankan selama 3-5 hari, tergantung pada senyawa yang terlibat. Titik akhir atropinisasi adalah sekresi paru. Takikardia dan midriasis tidak boleh digunakan untuk membatasi atau menghentikan dosis atropin berikutnya. Rekomendasi dosis inisial atropin adalah 2-5 mg IV pada orang dewasa atau 0,05 mg/kgBB pada anak-anak. Dosis tersebut harus diberikan selama 3-5 menit sampai sekret paru hilang. Alternatif untuk dosis berulang atropin adalah infus kontinu (0,02-0,08 mg/kgBB/jam) setelah bolus awal diberikan.<ref name=":9" />
 
Glikopirolat dapat menjadi alternatif pengganti atropin jika pasien mengalami delirium atau agitasi. Glikopirolat tidak menembus sawar darah otak sehingga tidak akan menyebabkan toksik, tetapi tidak dapat membersihkan sekret paru seefektif atropin. Reaktor kolinesterase (Oximes) secara teori efektif sebagai penangkal keracunan OP pada fase intermediate syndrome. Oximes bekerja dengan menghilangkan kelompok fosforil dari enzim AChE yang dihambat sehingga menghasilkan pengaktifan enzim kembali. Jika diberikan sebelum degenerasi (penghambatan permanen enzim kolinesterase), oximes umumnya efektif utuk perawatan dalam membalikkan tanda-tanda nikotinik. Pralidoxime (PAM) adalah jenis oxime yang paling banyak digunakan di dunia. Namun, meta-analisis beragam uji coba tidak meyakinkan dalam pembuktian kemanjuran PAM.<ref name=":9" /> Sayangnya, dalam uji coba yang dianalisis tersebut, PAM digunakan dalam dosis yang lebih rendah dari yang direkomendasikan oleh WHO. Sebuah percobaan di India baru- baru ini dilaporkan menunjukkan efek menguntungkan dengan PAM dosis tinggi pada pasien dengan keracunan OP cukup parah, terutama ketika diberikan dalam 2,5 jam pajanan. Dosis awal adalah 2 g PAM (seperti garam iodida) diikuti oleh 1 g setiap jam melalui infus selama 48 jam, lalu 1 g setiap 4 jam sampai pemulihan.