Global Mediacom: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 36:
* Perusahaan mobil Bimantara, PT Citramobil Nasional merupakan satu dari dua perusahaan mobil (yang lain adalah [[Timor (mobil)|Timor]] yang dikuasai oleh adiknya, [[Tommy Soeharto]]) yang diizinkan meluncurkan mobil nasional bernama [[Bimantara Cakra]] dan [[Bimantara Nenggala]] pada 1996 bekerjasama dengan [[Hyundai]].<ref>[https://otomotif.bisnis.com/read/20200530/275/1246617/historia-bisnis-ketika-anak-anak-pak-harto-bersaing-bikin-mobil Historia Bisnis: Ketika Anak-Anak Pak Harto Bersaing Bikin Mobil]</ref>
* Perusahaan yang diduga terafiliasi dengan Bambang, [[Guinness Peat Aviation]] yang berpusat di [[Republik Irlandia]], merupakan perusahaan yang menyewakan sejumlah pesawatnya kepada perusahaan [[BUMN]], [[Garuda Indonesia]]. Menurut sebuah estimasi, dalam transaksi ini Bambang telah mengeruk keuntungan sekitar Rp 96 miliar.
* Perusahaan kerjasama Bambang (Bimantara) dan Tommy, PT Multi Nirotama Kimia dan Tridaya Esta merupakan satu-satunya perusahan swasta yang boleh memperdagangkan [[bahan peledak]] dari
* Keppres 1/1997 mengizinkan perusahaan Bambang/Bimantara sebagai kontraktor tunggal dari pembangunan calon ibukota di [[Jonggol]], [[Jawa Barat]].<ref>[https://books.google.co.id/books?id=rGVoDwAAQBAJ&pg=PA46&dq=guinness+peat+aviation+bambang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiCpPLzwLTuAhVVmuYKHaIbBtYQ6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=guinness%20peat%20aviation%20bambang&f=false Korupsi Kepresidenan]</ref>
* [[Satelindo|PT Satelindo]], yang dikendalikan saham mayoritasnya oleh anak usaha Bimantara [[Bimagraha Telekomindo|PT Bimagraha Telekomindo]] merupakan perusahaan pertama yang diberi izin untuk mengelola bisnis [[satelit Palapa]] tanpa tender walaupun Bimantara bukannya perusahaan yang ahli maupun berpengalaman dalam bidang ini.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=gp9zCQAAQBAJ&pg=PA155&dq=bambang+satlindo&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj1xvX6wrTuAhUUfSsKHSDLDCMQ6AEwAXoECAUQAg#v=onepage&q=bambang%20satlindo&f=false Indonesia Beyond Suharto]</ref> Selain itu, [[Komselindo|PT Komselindo]] yang sebagian besar sahamnya milik Bambang (via [[Elektrindo Nusantara|PT Elektrindo Nusantara]]) telah diizinkan untuk membangun jaringan [[CDMA]] pertama di Indonesia.<ref name="GJA">Korupsi Kepresidenan: Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga, [[George Junus Aditjondro]]</ref>
Baris 44:
Seperti telah disebutkan, unsur kronisme yang ditunjukkan Orde Baru telah membuat sejumlah perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia, harus "terpaksa" menggunakan jalur tikus lewat Bimantara. Beberapa perusahaan asing tersebut, seperti PT Food Specialities Indonesia ([[Nestle]]) dan PT Indomiwon Citra Inti yang merupakan kongsi dengan [[Grup Salim]] dan [[Miwon]] [[Korea Selatan|Korea]].<ref>[https://books.google.co.id/books?id=aQpxAAAAMAAJ&q=food+specialties+bimantara&dq=food+specialties+bimantara&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiFtp7YxrTuAhUw4jgGHdEPDAkQ6AEwA3oECAEQAg Harta Soeharto]</ref> Namun, kerjasama ini jauh lebih besar terlihat dalam industri kimia dan bahan bakar ([[gas alam]], [[minyak bumi]]), misalnya pembentukan PT Trans Javagas Pipeline (dengan [[ARCO]]), PT Bimatama Graha Perkasa (dengan [[Exxon]] dan [[Mobil (perusahaan)|Mobil]]), PT Montrose Pestindo Nusantara (dengan [[Montrose]]), PT Wiraswasta Gemilang Indonesia (dengan [[American Petroleum Institute]] dan [[Pennzoil|Pennzoil Product Co]]).<ref name=GJA/>
Bagaimanapun, pada akhirnya bisnis Bambang dalam Bimantara pun lenyap bersama dengan kejatuhan Orde Baru. Bambang perlahan-lahan melepas kepemilikannya (via PT Asriland) di PT Bimantara yang pada saat itu terlilit hutang, dari 36,51% pada 2000 menjadi 14,32% pada 2003. Saham Bambang itu beralih ke orang yang kini menjadi pemilik perusahaan ini, yaitu [[Hary Tanoesoedibjo|Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo]] (Hary Tanoe atau HT). Hary sebenarnya bukanlah seorang industriawan atau seorang konglomerat besar dari awal, melainkan hanya seorang pemain di industri keuangan dan pasar modal lewat
Memang, pada masa sebelum HT masuk, Bimantara merupakan salah satu perusahaan yang menjadi obligor terbesar [[Badan Penyeharan Perbankan Nasional|BPPN]] senilai Rp 3,24 triliun, namun cabangnya terlalu banyak. Setelah HT masuk, pada saat itulah Bimantara melakukan "perampingan" dan menyederhanakan fokusnya pada beberapa perusahaan saja, terutama media. Misalnya, pada 14 April 2001, Bimantara melepaskan saham di [[Danapaint|PT Danapaints Indonesia]], sebuah perusahaan [[cat]] senilai Rp 41 miliar. Lalu saham di PT Bimagraha Telekomindo dijual pada [[Indosat]] senilai US$ 55,8 juta, saham di PT Samudra Petrindo Asia dijual senilai Rp 36,5 miliar serta saham di PT Bimantara Graha Insurance Brokers dijual senilai Rp 10 juta.<ref name="ekonomipolitik">[https://books.google.co.id/books?id=cbt1DwAAQBAJ&pg=PA24&dq=bimantara+BPPN&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi2jKu_yrTuAhUCcCsKHTdgCN0Q6AEwAnoECAkQAg#v=onepage&q=bimantara&f=false Ekonomi Politik Media Penyiaran]</ref><ref name=TVJakarta/> Selain itu, perusahaan yang bergerak di bidang [[aviasi]] seperti [[Cardig Air]] dan [[Jasa Angkasa Semesta]] dilepas. Sebenarnya, upaya divestasi ini sudah dilakukan di masa Bambang masih menjadi pemilik saham utama, misalnya pada 2000 Bimantara melepas PT Polychem Lindo, PT Aqualindo Mitra Industri, PT Bimantara Cakra Nusa, [[Plaza Indonesia|PT Plaza Indonesia Realty]], [[Nestle|PT Nestle Indonesia]] (ke Nestle) dan PT Citramobil Nasional (ke [[Hyundai]]). Anak perusahaan Bimantara yang di [[Singapura]], Van der Horst Ltd dan Osprey Maritim juga dilepas. Penjualan perusahaan Bimantara ini digunakan dalam rangka untuk merestrukturisasi perusahaan dan membayar hutang ke BPPN.<ref name=ekonomipolitik/><ref>[https://books.google.co.id/books?id=4DjjAAAAMAAJ&q=bimantara+lepas+saham&dq=bimantara+lepas+saham&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia6o3TzbTuAhUylEsFHbIXC8gQ6AEwAnoECAAQAg Gamma, Volume 2,Masalah 33-40]</ref> Namun, di bawah HT divestasi dipercepat pada perusahaan yang tidak berhubungan dengan media, sedangkan investasi/akuisisi di perusahaan media seperti [[MetroTV]] (dilepas pada 2003), [[GTV (Indonesia)|Global TV]] (sejak 2001), [[MNCTV|TPI]] (sejak 2003), [[MNC Vision|Indovision]], [[MNC Trijaya FM|Radio Trijaya]], serta telekomunikasi seperti [[Smartfren Telecom|Mobile-8 Telecom]] berusaha ditingkatkan.<ref>[https://swa.co.id/swa/listed-articles/mengapa-orang-masih-mengira-yang-laintanya]</ref>
|