Perang Aceh-Batak (1539): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sathira15 (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Perang Aceh-Batak''' adalah perang Kesultanan Aceh melawan Raja Batak yang dimulai pada abad ke-16 lebih tepatnya di tahun 1539. == Latar Belak...'
 
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up
Baris 1:
'''Perang Aceh-Batak''' adalah perang [[Kesultanan Aceh]] melawan Raja Batak yang dimulai pada [[Abad ke 16|abad ke-16]] lebih tepatnya di tahun 1539.
 
== Latar Belakang ==
Baris 19:
 
== Tujuan Pero de Faria ==
Kapten Pero de Faria sangat menginginkan keuntungan besar yang bisa di peroleh melalui pengiriman barang-barang [[india]] ke Batak. Terutama keuntungan yang jauh lebih besar dengan membawa barang berharga berupa [[kayu]] [[gaharu]] calambac, lima kwintal [[kemenyan]] wangi yang bisa diperoleh dari [[kapal]]-[[kapal]] yang pulang 20 hari kemudian setelah menyampaikan utusan balasan dari kapten [[Portugis-Indonesia|Portugis]].
 
== Kemenangan Aceh ==
Hancurnya kapal-kapal Aceh di suatu tempat antara [[Sei Kuruk I, Seruway, Aceh Tamiang|Sei Kuruk]] (Tondacur) dan [[Peunaga Rayeuk, Meureubo, Aceh Barat|Peunaga]] (Penacao) akibat serangan dari Raja Batak, menjadi titik balik yang menentukan bagi pasukan [[Aceh]]. Ketiadaan moda [[transportasi air]] yang memungkinkan mereka mundur ke wilayah Aceh melalui jalur perairan membuat pasukan Aceh untuk bertahan habis-habisan di satu benteng di Peunaga (Penacao). Posisi pasukan Aceh yang strategi, kerajaan Batak Menanggapi serangan [[Kesultanan Aceh]] melemah tampaknya membuat pasukan Batak sangat percaya bahwa [[kemenangan]] akan segera bisa diraihnya. Keyakinan yang berlebihan itu kiranya yang menjadikan pasukan Batak berkurang kewaspadaannya. Hingga akhirnya mereka dikejutkan oleh perangkap [[Ranjau darat|ranjau]] dan serangan balik pasukan Aceh yang telah terkepung di Benteng Peunaga (Penacao) selama 23 hari yang menyebabkan kedua belah pihak mengalami masa-masa tenang.
 
Kemudian sampai disuatu pagi mata-mata batak menangkap empat [[nelayan]] yang mengaku melihat bahwa setidaknya ada 68 [[kapal layar]] yang diselimuti dengan [[bendera]] dan [[Panji-Panji|panji-panji]] sutra dari tengah [[sungai]] menuju ke samping Penacao adalah armada yang sama dengan yang di kirim Raja Aceh dalam perang melawan Sornau, [[Kekaisaran Persia|Raja Siam]]. Raja Batak menyadari bahwa kekuatan negeri Aceh tumbuh lebih cepat dibanding kekuatan negerinya, sehingga Raja Batak disarankan untuk menarik bala tentaranya dan tidak perlu membuang-buang waktu lagi karena kekuatan Raja Aceh yang saat itu jauh lebih besar dari kekuatan Raja Batak. Akhirnya Raja batak kembali ke Panaju dan membubarkan seluruh pasukannya. Lalu berangkat ke hulu sungai menaiki kapal lanchara kecil menuju kota Pachissaru. Ia mengasingkan diri selama 14 hari dan tinggal di sebuah pagoda kecil yang didedikasikan bagi ''[[Dewa Guinassero|]]''Dewa Guinassero'']] (dewa kesedihan), seolah-olah ia sednag menjalankan ''novena''.<ref name=":0" />