Malaikat jatuh: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[BerkasFile:AngelCaido.jpg|200pxthumb|jmpl''[[Fuente del Ángel Caído|PatungPancuran "malaikatMalaikat jatuh"Jatuh]]'' karya [[Ricardo Bellver]], 1877, [[RetiroTaman ParkRetiro]] (Madrid, Spanyol).]]
[[File:"The Fallen Angels" by Albano IMG 3886.JPG|thumb|''Malaikat-Malaikat Jatuh'' (1893) karya [[Salvatore Albano (pematung)|Salvatore Albano]] di [[Museum Brooklyn]] [[Kota New York]]]]
Dalam [[agama Abrahamik|agama-agama ibrahimi]], '''malaikat jatuh''' adalah [[malaikat]] yang terusir atau terbuang dari [[surga]]. Sering, pengusiran tersebut merupakan penghakiman atas keingkaran atau pemberontakan terhadap [[Tuhan]]. Malaikat jatuh yang paling terkenal adalah [[Lucifer]]. Lucifer merupakan nama yang sering diberikan pada [[Iblis]] dalam [[Kekristenan]]. Akar kata yang digunakan ini berasal dari intepretasi khusus, sebagai referensi untuk merujuk malaikat yang terjatuh, yang tersurat dalam [[Alkitab]] (Yesaya 14:3-20) yang membicarakan seseorang yang disebut "Bintang Timur" atau "Bintang Fajar" (dalam [[bahasa Latin]], ''Lucifer'') yang jatuh dari surga. Sesungguhnya Alkitab LAI kurang tepat dalam menerjemahkannya. Lucifer dalam bahasa Ibraninya: הילל (hêylêl, dibaca: hay-lale') mempunyai makna "Terang", nama "Luci" itu artinya "Terang", jadi seharusnya tertera "Bintang Terang" ini lebih sesuai dengan 2Kor 11:14. Sinonim [[etimologi]]kal [[bahasa Yunani|Yunani]] untuk Lucifer, φωσφορος (''phosphoros'', "pembawa pelita")<ref>http://scripturetext.com/2_peter/1-19.htm, .</ref><ref>http://www.etymonline.com/index.php?term=phosphorous, .</ref> adalah penggunaan bintang fajar dalam 2 Petrus 1:19 dan di lain tempat dengan tidak ada hubungannya dengan Satan. Namun, Satan disebut Lucifer di banyak tulisan selain Alkitab, yang terkenal ''[[Paradise Lost]]'' Milton (7.131-134, di antaranya), karena, menurut Milton, Satan "kadang lebih terang di tengah-tengah malaikat, daripada bintang-bintang di antaranya."<ref>http://www.online-literature.com/view.php/paradiselost/7?term=lucifer.</ref>
 
Dalam [[agama Abrahamik|agama-agama ibrahimi]], '''malaikat jatuh''' adalah [[malaikat]] yang terusir dari surga. Istilah "malaikat jatuh" tidak terdapat di dalam [[Alkitab]] maupun kitab suci agama-agama ibrahimi lainnya, tetapi digunakan untuk menyifatkan malaikat-malaikat yang tersingkir dari surga<ref name="ReferenceY">"Mehdi Azaiez, [[Gabriel Said Reynolds]], Tommaso Tesei, Hamza M. Zafer ''The Qur'an Seminar Commentary / Le Qur'an Seminar: A Collaborative Study of 50 Qur'anic Passages / Commentaire collaboratif de 50 passages coraniques'' Walter de Gruyter GmbH & Co KG {{ISBN|978-3110445459}} Q 72</ref> atau malaikat-malaikat ber[[dosa]]. Malaikat-malaikat semacam itu kerap menggoda umat manusia untuk berbuat dosa.
 
Gagasan malaikat jatuh berasal dari [[Kitab Henokh]], sebuah [[Pseudepigrafa#Ilmu-ilmu klasika dan Alkitab|pseudopigraf]] Yahudi, maupun dari asumsi bahwa "[[anak-anak Allah]]" ({{lang-he|בני האלוהים}}, ''bənê haĕlōhîm'') yang disebutkan dalam {{Alkitab|Kejadian 6:1–4}} adalah malaikat-malaikat. Pada kurun waktu menjelang penyusunan kitab suci [[Perjanjian Baru]], beberapa sekte [[agama Yahudi|Yahudi]] dan banyak [[bapa Gereja]], menafsirkan frasa "anak-anak Allah" di dalam Kejadian 6:1–4 sebagai malaikat-malaikat jatuh. Para pemuka agama [[Yahudi Rabani]] maupun agama Kristen selepas abad ke-3 menolak kitab-kitab Henokh maupun anggapan bahwa perkawinan menyimpang di antara malaikat-malaikat dan anak-anak perempuan manusia menghasilkan para raksasa. Dokrin Kristen menandaskan bahwa dosa malaikat-malaikat jatuh sudah berdosa sebelum manusia diciptakan. Oleh karena itu, malaikat-malaikat jatuh diidentikkan dengan malaikat-malaikat pengikut [[Setan]] yang memberontak melawan Allah, dan dianggap sama dengan [[demon|roh-roh jahat]]. Meskipun demikian, menjelang berakhirnya [[zaman Haikal Kedua]], roh-roh jahat dianggap bukan malaikat-malaikat jatuh melainkan arwah raksasa-raksasa keturunan mereka. Menurut alur penafsiran ini, malaikat-malaikat jatuh menghampir anak-anak perempuan manusia, sehingga lahirlah suatu kaum yang disebut "[[Nefilim|orang-orang raksasa]]" di dalam Alkitab. Untuk membersihkan dunia dari makluk-makhluk hibrida tersebut, Allah menurunkan [[Air Bah]] yang membinasakan jasad mereka. Meskipun jasadnya sudah binasa, arwahnya terus bergentayangan sebagai roh-roh jahat.
 
Bukti-bukti kepercayaan akan adanya malaikat-malaikat jatuh di kalangan umat Islam dapat dirunut sampai pada laporan-laporan yang dinisbatkan kepada [[sahabat Nabi|para sahabat]] [[Muhammad]], misalnya [[Ibnu Abbas]] (619–687) dan [[Abdullah bin Mas'ud]] (594–653).<ref>Mahmoud Ayoub ''The Qur'an and Its Interpreters, Jilid 1'' SUNY Press 1984 {{ISBN|978-0873957274}} hlm. 74</ref> Pada saat yang sama, sejumlah ulama Islam menentang gagasan malaikat jatuh dengan pernyataan bahwa malaikat adalah makhluk-makhluk yang saleh menurut ayat-ayat Alquran, misalnya ayat ke-49 Surah An Nahl dan ayat ke-6 Surah At Tahrim, meskipun tak satu pun ayat yang menandaskan bahwa para malaikat kebal terhadap dosa.<ref name="ReferenceZ">Valerie Hoffman ''The Essentials of Ibadi Islam'' Syracuse University Press 2012 {{ISBN|978-0815650843}} hlm. 189</ref><!-- One of the first opponents of fallen angels was the early and influential [[Asceticism|Islamic ascetic]] [[Hasan of Basra]] (642–728). To support the doctrine of infallible angels, he pointed at verses which stressed the piety of angels, while simultaneously reinterpreting verses which might imply acknowledgement of fallen angels. For that reason, he read the term ''mala'ikah'' (angels) in reference to [[Harut and Marut]], two possible fallen angels mentioned in 2:102, as ''malikayn ''(kings) instead of ''malā'ikah'' (angels), depicting them as ordinary men and advocated the belief that [[Iblis]] was a [[jinn]] and had never been an angel before.<ref>Al-Saïd Muhammad Badawi ''Arabic–English Dictionary of Qurʾanic Usage'' M. A. Abdel Haleem {{ISBN|978-9-004-14948-9}}, p. 864</ref> The precise degree of angelic fallibility is not clear even among scholars who accepted fallen angels; according to a common assertion, impeccability applies only to the messengers among angels or as long as they remain angels.<ref>Fr. Edmund Teuma ''The Nature of "Ibli$h in the Qur'an as Interpreted by the Commentators'' University of Malta pp. 15–16</ref>
 
Academic scholars have discussed whether or not the Quranic jinn are identical to the Biblical fallen angels. Although the different types of spirits in the Quran are sometimes hard to distinguish, the jinn in Islamic traditions seem to differ in their major characteristics from fallen angels.<ref name="ReferenceY" />{{efn|In classical Islamic traditions, the jinn are often thought of as a race of [[Pre-Adamite]]s,<ref>Amira El-Zein ''Islam, Arabs, and Intelligent World of the Jinn'' Syracuse University Press 2009 {{ISBN|978-0815650706}} p. 39</ref> who dwelt on earth. However, their ethereal body, similar to the Christian notion of fallen angels, would allow them to climb up to heaven to obtain knowledge, thus passing secret information to soothsayers, a concept corresponding with the Greek [[Daimon]]. The Quran also refers to the belief of ''jinn'', trying to climb up to heaven. As [[Patricia Crone]] points out, one of the characteristics of ''fallen angels'' is, that they fall from heaven, not that they try to get back to it.<ref name="ReferenceY" />}}-->
 
== Referensi ==