Darul Funun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tanjabok (bicara | kontrib)
k box informasi
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 12:
}}
 
'''Darul Funun''' (diucapkan "Dar-el-Funoon", [[bahasa Persia]]/Arab: دار الفنون‎ yang berarti "Variasi, Seni" dalam [[bahasa Arab]] dan istilah "Politeknik" dalam bahasa Turki); Asal nama Darul Funun diyakini oleh peneliti [https://darulfunun.id/institute IDRIS (Institute for Development, Research and Initiatives)] diadopsi Syekh Abbas Abdullah dari nama konsep madrasah pendidikan tinggi di era kekhalifahan Turki Usmani pada saat peninjauannya di Asia Tengah, Afrika dan Timur Tengah. Model pendidikan Darul Funun Turki Usmani sendiri berasal dari pengembangan institusi Madrasah yang dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih setelah menaklukan Konstantinopel (Istanbul sekarang) .<ref>{{Cite journal|last=Afifi|first=Abdullah A|date=2020|title=Periode Perkembangan Darulfunun El-Abbasiyah 1854-2020|url=https://www.researchgate.net/publication/343135411_Periode_Perkembangan_Darulfunun_El-Abbasiyah_1854-2020|journal=AL-IMAM|volume=1|issue=|pages=1-12|doi=}}</ref>.
 
Darul Funun adalah salah satu bagian dari sejarah pendidikan Islam dalam masa pergerakan Indonesia dan merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Perguruan ini berhubungan dengan [[masjid]] Surau Gadang Padang Japang, [[Sumatera Thawalib]] Padang Japang, [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] (PDRI), Pergerakan Kaum Muda (''The Kaum Muda Movement''), Reformasi Pendidikan Agama, Imam Bonjol, Pergerakan Pra-Kemerdekaan, Pergerakan Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia, dan Pioner Integrasi Pendidikan Sains dan Agama.
Baris 83:
 
=== Para Haji Kaum Muda ===
'''Sumatera Thawalib''' adalah salah satu organisasi massa (ormas) awal di Indonesia, yang berbasis di Sumatera Barat. Sumatera Thawalib mewakili sekolah islam modern di Indonesia,<ref>[[:en:Modernism (Islam in Indonesia)|Modernism (Islam in Indonesia)]], ''Wikipedia''</ref><ref>[[:en:Islam in Indonesia#Early modern period (1600-1945)|Islam in Indonesia, Early Modern Period]] ''Wikipedia''</ref>, reformasi pemikiran dan pendidikan Islam yang menitikberatkan kepada [[Al-Qur'an]] dan [[Hadis|Al-Hadits]], juga pendekatan pendidikan keilmuan modern, dan pemurnian akidah.
 
Pemurnian akidah ini diinspirasi oleh para Haji yang baru kembali dari Mekkah, jika sebelumnya upaya pengajaran ini bersifat masing-masing, pada masa ini upaya dakwah ini dilakukan secara terorganisir dan berjamaah, hal ini diinspirasikan oleh Syekh [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] kapada para murid-murid beliau Syekh Abbas Abdullah, Syekh Mustafa Abdullah, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy'ari, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Syeikh Ibrahim Musa Parabek, Syeikh Djamil Jambek, dsb.<ref name=":0">Daya, Burhaduddin. (1990) ''Gerakan Penbaharuan Pemikiran Islam Kasus Sumatera Thawalib''. Yogyakarta: Tiara Wacana.</ref> Pendekatan pendidikan modern tersinspirasi oleh [[:en:Islamic Modernism|Islamic Modernism]] yang di promosikan oleh [[:en:Muhammad Abduh|Muhammad Abduh]] dan Jamaluddin Al-Afghani.<ref>Menchik, 2017. pp.4</ref>
 
=== Majlis Islam Tinggi (MIT) ===
Para haji yang belajar dengan Syeikh Ahmad Khatib ini dikemudian hari dikenal dengan istilah Kaum Muda oleh Taufik Abdullah dalam tesis bukunya The Kaum Muda Movement in West Sumatera.<ref>[https://books.google.com.my/books/about/Schools_and_politics_the_Kaum_Muda_movem.html?id=INFwAAAAMAAJ&redir_esc=y The Kaum Muda Moverment in West Sumatera], ''Taufik Abdullah, Cornell Modern Indonesia Project, Cornell University, 1971''</ref>. Yang menariknya diantara para haji ini mereka melakukan pertemuan dan diskusi keagamaan antar satu sama lainnya untuk membahas pengembangan dan permasalahan-permasalahan keagamaan yang terjadi di masyarakat, hasil-hasil pertemuan dan ijtima' mereka inilah yang kemudian kita saksikan sebagai pembaharuan dalam pendekatan keagamaan dan pendidikan di Sumatera Barat dan Indonesia. Pada kemudian hari pertemuan dan diskusi muzakaarah ulama muda ini dikukuhkan dengan nama MIT (Majlis Islam Tinggi), yang dikemudian hari pernah berperan mengeluarkan fatwa Jihad sewaktu ditubuhkannya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittingi oleh Syafruddin Prawiranegara atas mandat Mentri Pertahanan/Perdana Menteri M Hatta yang ditawan di Yogyakarta bersama Presiden Soekarno. Dalam fatwa jihad ini dikeluarkan ijtima ulama mengenai perlawanan sipil, dan komando pasukan di lapangan di amanahkan kepada Imam Jihad Sumatera Tengah Syekh Abbas Abdullah.
 
Majlis Islam Tinggi ini menjadi inspirasi bagi Haji Abdul Malik Karim Amrullah untuk menubuhkan Majlis Ulama Indonesia, bagaimana beliau melihat proses muzakarah, diskusi keagamaan dan menjadi poros untuk pengembangan umat.
Baris 108:
Di Mesir beliau duduk cukup lama hingga beliau sempat bertemu dan berkawan dengan para tokoh muda reformasi pendidikan di sana, seperti [[Hasan al-Banna|Hasan Al-Banna]]. Mereka sempat bertemu kembali di tempat pengasingan dan juga bertemu seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al-Azhar, yakni Prof [[Mahmoed Joenoes]]. Selain di Mesir beliau juga menyempatkan studi banding ke beberapa negara muslim timur tengah, seperti Lebanon, Syiria, Palestina, Turki, Iran.
 
Di Turki sebagai pusat peradaban Islam yang maju, beliau melihat bagaimana Institusi Pendidikan sudah dikembangkan begitu jauh, yang juga menjadi kiblat dan pembelajaran bagi dunia barat. Salah satu yang terkenang oleh Syekh Abbas Abdullah, sehingga mengilhami beliau dikemudian hari menamakan perguruannya dengan nama Darul Funun, adalah [[:en:Istanbul University|Istanbul University]],yang pada tahun 1846 masih bernama Darul Funun dan pada tahun 1933 menjadi Universitas Istanbul, yang merupakan transformasi Madrasah yang dibangun pada tahun 1453 oleh Sultan [[Mehmed II|Mehmet II Al-Fatih]] setelah menaklukan Konstatinopel.<ref>Rüegg, Walter: "European Universities and Similar Institutions in Existence between 1812 and the End of 1944: A Chronological List", in: Rüegg, Walter (ed.): ''[[:en:A History of the University in Europe|A History of the University in Europe. Vol. 3: Universities in the Nineteenth and Early Twentieth Centuries (1800–1945)]]'', Cambridge University Press, 2004, <nowiki>ISBN 978-0-521-36107-1</nowiki>, p. 687</ref><ref>[[:en:Istanbul University|History of Istanbul University]], ''Wikipedia''</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Afifi|first=Abdullah A|date=2020|title=Periode Perkembangan Darulfunun El-Abbasiyah 1854-2020|url=https://www.researchgate.net/publication/343135411_Periode_Perkembangan_Darulfunun_El-Abbasiyah_1854-2020|journal=AL-IMAM|volume=1|issue=|pages=1-12|doi=}}</ref>.
 
Institusi Pendidikan di Pusat Peradaban Islam inilah yang kemudian mengilhami beliau tentang bagaimana agama dan sains harus dikembangkan dalam pengajaran, sistem kelas dan teknologi harus diperkenalkan, dan tahapan-tahapan pengembangan untuk menjadi target pengembangan kedepannya. Bagi ulama kaum muda, wawasan Syekh Abbas Abdullah ini sangat berharga dan menjadi pijakan pengembangan Darul Funun, Sumatera Thawalib, Majlis Islam Tinggi Islam dan masyarakat pendidikan secara umum kedepannya