Manusia Solo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 89:
Ada keyakinan dari sebagian ahli bahwa perkembangan budaya manusia [[diluvium]] sampai ''Homo sapiens'' diimbangi dengan perkembangan pemikiran dan perasaannya. Termasuk perkembangan kerohaniannya yang membuat mereka percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya.<ref name="Soekmono"/>
 
Menurut [[Karen Armstrong]],<ref name="Armstrong">{{cite book |last=Armstrong |first=Karen |title=Sejarah Tuhan |date=2011 |publisher=Penerbit Mizan Bandung |page=27 |isbn=9789794336144}}</ref>, pada mulanya, manusia menciptakan satu [[Tuhan]] yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu. Ia adalah penguasa [[langit]] dan bumi. Ia tidak terwakili oleh gambaran apapun dan tidak memiliki [[kuil]] atau [[pendeta]] yang mengabdi kepada-Nya. Ia terlalu luhur untuk [[ibadah]] manusia yang tak memadai.
 
Wilhelm Schmidt, dalam buku ''The Origin of the Idea of God'' (1912-1954), juga menulis tentang [[monoteisme]] primitif ini. Menurutnya, jauh sebelum menyembah banyak dewa, manusia mengakui hanya satu Tuhan Tertinggi yang telah menciptakan dunia dan menata segalanya dari kejauhan. Schmidt mencontohkan suku pribumi [[Afrika]] yang meyakini keesaan Tuhan. Mereka mengungkapkan kerinduan melalui doa, percaya bahwa Tuhan selalu mengawasi dan menghukum setiap dosa. Namun Tuhan tidak hadir dalam kehidupan sehari-hari mereka, artinya tidak ada kultus khusus untuk-Nya. Tuhan tidak pernah ditampilkan dalam gambar-gambar.