Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Kesalahan jenjang Subbagian (Headline) - Kesalahan pranala pipa)
Baris 4:
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' dilaksanakan pada hari {{tanggal|1945|8|17}} [[Masehi|tahun Masehi]], atau tanggal [[17 Agustus]] 2605 menurut [[Kalender Jepang|tahun Jepang]], yang dibacakan oleh [[Soekarno]] dengan didampingi oleh [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]] bertempat di sebuah rumah hibah dari [[Faradj Martak|Faradj bin Said bin Awadh Martak]] di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, [[Jakarta Pusat]].<ref name="auto">{{Cite book|title=American visions of the Netherlands East Indies/Indonesia: US foreign policy and Indonesian nationalism,1920-1949|url=https://archive.org/details/americanvisionsn00goud|last=Gouda|first=Frances|publisher=Amsterdam University Press|year=2002|isbn=|location=Amsterdam|pages=[https://archive.org/details/americanvisionsn00goud/page/n119 119]}}</ref>
 
Kata-kata dan deklarasi proklamasi tersebut harus menyeimbangkan kepentingan kepentingan internal Indonesia dan Jepang yang saling bertentangan pada saat itu.<ref name="auto1">{{Cite book|title=Java in a time of revolution: occupation and resistance,1944-1946|last=Anderson|first=Benedict|publisher=Equinox Publishing|year=2006|isbn=|location=Indonesia|pages=82}}</ref> Proklamasi tersebut menandai dimulainya perlawanan diplomatik dan bersenjata dari [[Revolusi Nasional Indonesia]], yang berperang melawan pasukan [[Belanda]] dan warga sipil pro-Belanda, hingga Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.<ref>{{Cite book|title=American visions of the Netherlands East Indies/Indonesia: US foreign policy and Indonesian nationalism,1920-1949|url=https://archive.org/details/americanvisionsn00goud|last=Gouda|first=Frances|publisher=Amsterdam University Press|year=2002|isbn=|location=Amsterdam|pages=[https://archive.org/details/americanvisionsn00goud/page/n36 36]}}</ref> Pada tahun 2005, Belanda menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk menerima secara ''[[de facto|]]''de facto'']] tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan [[Indonesia]].<ref name=jp2>{{cite news|first=|last=|title=Dutch govt expresses regrets over killings in RI|url=http://www.thejakartapost.com/news/2005/08/18/dutch-govt-expresses-regrets-over-killings-ri.html|work=[[Jakarta Post]]|publisher=|date=18 Agustus 2005|accessdate=23 November 2008|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20110607140113/http://www.thejakartapost.com/news/2005/08/18/dutch-govt-expresses-regrets-over-killings-ri.html|archivedate=7 Juni 2011|df=dmy-all}}</ref> Namun, pada tanggal 14 September 2011, pengadilan Belanda memutuskan dalam kasus [[pembantaian Rawagede]] bahwa Belanda bertanggung jawab karena memiliki tugas untuk mempertahankan penduduknya, yang juga mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah bagian dari [[Hindia Timur Belanda]], bertentangan dengan klaim Indonesia atas 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaannya.<ref>{{Cite web | url=https://uitspraken.rechtspraak.nl/inziendocument?id=ECLI:NL:RBSGR:2011:BS8793 |title = ECLI:NL:RBSGR:2011:BS8793, voorheen LJN BS8793, BY9458, Rechtbank 's-Gravenhage, 354119 / HA ZA 09-4171|date = 14 September 2011}}</ref> Dalam sebuah wawancara tahun 2013, sejarawan Indonesia [[Sukotjo]], antara lain, meminta pemerintah Belanda untuk secara resmi mengakui tanggal kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.<ref>{{cite web|author= |url=http://nos.nl/video/549112-indonesie-wil-erkenning-onafhankelijkheidsdag.html |title=Indonesië wil erkenning onafhankelijkheidsdag |language=nl |publisher=[[Nederlandse Omroep Stichting]] |date=8 September 2013 |accessdate=15 September 2013}}</ref> [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] mengakui tanggal 27 Desember 1949 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.<ref>{{cite web|url=http://www.un.org/en/decolonization/nonselfgov.shtml#n|title=The United Nations and Decolonization - Trust and Non-Self-Governing Territories (1945-1999)|publisher=United Nations}}</ref>
 
[[Naskah Proklamasi]] ditandatangani oleh [[Sukarno]] (yang menuliskan namanya sebagai "Soekarno" menggunakan ortografi Belanda) dan [[Mohammad Hatta]],<ref name="auto2">{{Cite book|title=Java in a time of revolution: occupation and resistance,1944-1946|last=Anderson|first=Benedict|publisher=Equinox Publishing|year=2006|isbn=|location=Indonesia|pages=83}}</ref> yang kemudian ditunjuk sebagai presiden dan wakil presiden berturut-turut sehari setelah proklamasi dibacakan.<ref>{{cite web|url=https://ericwja.wordpress.com/2011/12/07/indonesia-proclamation-hero-mr-soekarno/|title=Indonesia Proclamation Hero : Mr.Soekarno.|date=7 Desember 2011|publisher=}}</ref><ref>{{Cite book|title=Java in a time of revolution: occupation and resistance,1944-1946|last=Anderson|first=Benedict|publisher=Equinox Publishing|year=2006|isbn=|location=Indonesia|pages=88}}</ref>
Baris 36:
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu [[Achmad Soebardjo]] melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke [[Rengasdengklok]]. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.<ref name="rengasdengklok">{{cite book |author=Her Suganda |authorlink= |title=Rengasdengklok - Revolusi dan Peristiwa |url=https://books.google.com/books?id=ft6UZaWOKU4C&pg=PA95 |accessdate=26 Mei 2013 |year=2009 |publisher=Kompas |location=Jakarta |isbn= 9787977094355 |pages=92–96}}</ref> Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Mengingat bahwa [[Hotel Des Indes]] (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10:00 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan [[teks proklamasi]]) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<ref>{{cite news |last1=Isnaeni |first1=Hendri F. |title=Begini Naskah Proklamasi Dirumuskan |url=https://historia.id/modern/articles/begini-naskah-proklamasi-dirumuskan-P3eXj |accessdate=13 Januari 2019 |work=historia.id |date=16 Agustus 2015}}</ref><ref name="auto1"/>
 
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh [[Tadashi Maeda]] dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]] telah diterima perintah dari [[Tokyo]] bahwa Jepang harus menjaga ''status quo'', tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di [[Dalat]], [[Vietnam]]. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.