Islam di Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 5 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Subbagian tk. satu dengan tiga "=")
Baris 3:
'''Islam di Jepang''' biasanya dianut oleh orang Turki, Arab, Melayu, dan Indonesia yang melakukan studi atau bekerja di Jepang.{{cn}} Islam dalam bahasa Jepang adalah イスラム教 ([[bahasa Jepang]]: ''isuramukyou'')
 
=== Antara 1877 dan Perang Dunia II ===
 
Hubungan Islam dengan Jepang ini masih terbilang belia jika dibandingkan hubungan agama ini dengan negara-negara yang lain di seluruh dunia.
Baris 20:
Dengan pembentukan komunitas-komunitas Muslim ini, beberapa buah masjid telah didirikan. Masjid yang paling penting di antaranya ialah Masjid Kobe yang didirikan pada tahun 1935, dan Masjid Tokyo yang didirikan pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepang Muslim tidak mengambil bagian dalam pengelolaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat orang Jepang yang menjadi imam, dengan pengecualian Syaikh Ibrahim Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Centre di Tokyo.<ref>{{cite web |url=http://www.alquran2007.com/alquran_10.htm |title=Alquran 10 |publisher=Alquran2007.com |date= |accessdate=2010-05-02 |archive-date=2012-02-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120213224128/http://www.alquran2007.com/alquran_10.htm |dead-url=yes }}</ref>
 
=== Setelah Perang Dunia II ===
[[Berkas:Kobe mosque01 2816.jpg|jmpl|ka|250px|Gerbang muka [[Masjid Kobe]].]]
Saat [[Perang Dunia II]], salah satu "Ledakan Islam" dimulai oleh kelompok militer di Jepang melalui pendirian pusat-pusat studi untuk mengkaji Islam dan Dunia Muslim. Pilot-pilot tempur Jepang yang pergi ke negara-negara [[Asia Tenggara]] sebagai tentara semasa Perang Dunia II diajarkan untuk mengucapkan ''"La ilaha illa Allah"'' digunakan ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya diamankan oleh penduduk setempat. Apabila pilot itu mengucap kata-kata "ajaib" itu, mereka merasa terharu ketika penduduk-penduduk itu berubah sikap terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Telah dikatakan bahwa pada waktu itu, lebih dari 100 buah buku dan jurnal mengenai Islam telah diterbitkan di Jepang. Bagaimanapun, pusat-pusat pengkajian ini sama sekali tidak diketuai atau diurus oleh orang-orang Muslim dan tujuannya bukan untuk penyebaran Islam. Tujuan yang sebenarnya adalah untuk menambah wawasan militer dengan pengetahuan yang diperlukan mengenai Islam dan orang Muslim karena terdapat komunitas-komunitas Muslim yang besar di kawasan-kawasan yang diduduki oleh angkatan militer Jepang di negara [[RRT]] dan negara-negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, dengan berakhirnya perang pada tahun [[1945]], pusat-pusat pengkajian ini menghilang sama sekali.