Ki Ageng Pamanahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 18:
|signature =
}}
'''Ki Ageng Pamanahan''' (sebutan lainnya: '''Ki Gede Pamanahan''' atau '''Kyai Gede Mataram''') adalah tokoh yang dianggap menurunkan raja-raja dinasti Mataram (Islam), menurut naskah ''[[Babad Tanah Jawi]]'' dan ''[[Serat Kandha]]''. Ia adalah keturunan orang-orang Sela (nama lama untuk [[Kabupaten Pati|Pati]]) yang hijrah ke [[Kesultanan Pajang|Pajang]] dan pada tahun 1556 mendapat mandat oleh [[Sultan Adiwijaya]] (sultan [[Kesultanan Pajang|Pajang]] waktu itu) untuk memimpin bumi Mataram sebagai [[bupati]].<ref name=degraaf>Graaf, H.J.de. 1985. ''Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati''. Seri Terjemahan Javanologi nr. 3. Terjemah dari KITLV. 1954. ''De Regering van Senapati Ingalaga''. Grafiti Pers. Jakarta</ref>. Putranya, Bagus Srubut atau R.Ng. Sutawijaya, kelak menjadi orang pertama dari dinasti Mataram yang menguasai [[Kesultanan Mataram]] sebagai [[Panembahan Senapati]].
 
== Riwayat pribadi ==
Narasi dalam ''Babad Tanah Jawi'' menyebutkan bahwa Pamanahan adalah putra [[Ki Ageng Enis]] dan cucu [[Ki Ageng Sela]]. Ki Ageng Enis bertempat tinggal di [[Laweyan, Surakarta|Laweyan]]. Mereka adalah termasuk dalam rombongan orang-orang dari Sela, suatu tempat yang sekarang bagian dari [[Kabupaten Grobogan]] (yaitu Desa [[Selo, Tawangharjo, Grobogan|Selo]]), yang hijrah ke Pajang untuk membantu Hadiwijaya, adipati Pajang (sekarang wilayah Surakarta).
 
''Babad Tanah Jawi'' tidak menyebutkan nama kecilnya. Ia menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis). Menurut ''Sadjarah'' ''Dalem'',<ref>Padmasoesastra (1912). Sadjarah Dalem Pangiwa lan Panengen.</ref>, nama kecilnya adalah Bagus Kacung, atau Castioeng menurut van der Horst (1707).<ref>Graaf (1985). ''loc.cit.''</ref>. Ia memiliki saudara angkat bernama [[Ki Penjawi]]. Keduanya belajar pada Ki Ageng Sela. Dalam perkembangan lebih lanjut, Ki Gede Pamanahan diangkat menjadi ''lurah wiratama'' oleh bupati Pajang.
 
Nama "Pamanahan" diambil dari tempat tinggalnya setelah dewasa, yaitu suatu tempat di utara Laweyan bernama Pamanahan (sekarang menjadi [[Manahan, Banjarsari, Surakarta|Manahan]], kawasan yang dikenal sebagai pusat keolahragaan di [[Kota Surakarta]]). Suatu petilasan berupa ''sendhang'' (kolam mata air) yang konon menjadi tempat Ki Gede Pamanahan biasa membersihkan diri masih dapat ditemukan<!--di Kampung Ngumbul, tepatnya di kawasan perparkiran Pasar Burung dan Ikan Hias Depok, Manahan-->. Di masa pemerintahannya, atas prakarsa [[Poerbatjaraka]], Pangeran Adipati [[Mangkunegara VII]] membangunkan tembok yang mengelilingi tempat tersebut<ref>Graaf (1985). ''Ibid''. hal. 21.</ref>.<!--Namun, tempat ini sekarang hanya dikelilingi pagar besi dan kolamnya tidak lagi berair.-->