Staphylococcus aureus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 111.95.206.170) dan mengembalikan revisi 16741149 oleh Rachmat04 Tag: Pengembalian manual |
|||
Baris 8:
''S. aureus'' termasuk bakteri [[osmotoleran]], yaitu bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut (contohnya garam) yang luas, dan dapat hidup pada konsentrasi [[NaCl]] sekitar 3 [[Molar]].<ref name="Prescott"/>
[[Habitat]] alami ''S aureus'' pada manusia adalah di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan [[sistem imun]] normal, ''S. aureus'' tidak bersifat patogen ([[mikroflora normal manusia]]).<ref name="Prescott"/>
===
''S. aureus'' memiliki kemampuan ''[[Quorum sensing]]'' menggunakan sinyal [[oligopeptida]] untuk memproduksi [[toksin]] dan faktor [[virulensi]] .<ref name="Prescott"/>
== Patogenisitas ==
Menurut Warsa (1994) dalam Sri Agung. F.K. (2009), sebagian bakteri ''Staphylococcus'' merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Selain itu, bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. ''S. aureus'' yang pathogen bersifat invasive, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan mannitol.
Menurut Sri Agung. F.K. (2009). Infeksi yang disebabkan oleh ''S.aureus'' ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh ''S.aureus'' diantaranya adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, phlebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomyelitis, dan endocarditis. ''S. aureus'' juga merupakan penyebab utama infeksi nosocomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, ''et. al.,'' 1994; Warsa, 1994).
Keracunan makanan yang disebabkan oleh kontaminasi enterotoksin dari ''S. aureus,'' waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan adalah 1,0 µg/gr makanan (Sri Agung. F.K. (2009). Gejala keracunan ditandai dengan mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam (Ryan, ''et. al.,'' 1994; Jawetz, ''et. al.,'' 1995).
''S. aureus'' akan sangat bergantung pada kepekaan setiap individu terhadap toksin, jumlah makanan tercemar yang dikonsumsi dan status kesehatan individu tersebut. Pada umumnya makanan dapat tercemar dibawah suhu 4°C. Gejala yang paling umum akibat keracunan enterotoksin adalah mual, muntah, kram pada perut (''abdomen'') dan diare. Pada tingkatan yang lebih parah terjadi sakit kepala, kram otot, peningkatan denyut nadi, perubahan tekanan darah dan kadang-kadang sampai pingsan. Cara untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan mengganti cairan, garam dan mineral yang hilang akibat diare dan muntah (Todar, 2005).
== Faktor Virulensi ==
|