Nh. Dini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Obets451 (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Obets451 (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 34:
 
Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di [[RRI]] Semarang dalam acara Tunas Mekar. Dini juga menulis untuk Majalah ''KISAH'', dan ''SIASAT''. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari [[H.B. Jassin]] tahun [[1951]].
 
<!--
 
// disembunyikan karena terdeteksi plagiarisme (80%)
== Karier ==
Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang penulis yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia bahkan digelari feminis, meski sepenuturannya bahwa yang dia lakukan adalah memperjuangkan keadilan.
Baris 48:
Pada 1956, sambil bekerja di [[Garuda Indonesia Airways]] (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, [[Dua Dunia]]. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.
 
Dini yang menganut kepercayaan [[Kejawen]] ini mengakui bahwa teknik penulisannya masih konvensional. Namun, menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekadar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional.
 
Ia mengakui bahwa produktivitasnya dalam menulis termasuk lambat. Ia mengambil contoh bukunya yang berjudul ''Pada Sebuah Kapal'', prosesnya hampir sepuluh tahun sampai buku itu terbit padahal mengetiknya hanya sebulan. Baginya, yang paling mengasyikkan adalah mengumpulkan catatan serta penggalan termasuk adegan fisik, gagasan dan lain-lain. Ketika ia melihat melihat atau mendengar yang unik, sebelum tidur ia tulis tulis dulu di buku catatan dengan tulis tangan.
 
Pengarang yang senang tanaman ini, biasanya menyiram tanaman sambil berpikir, mengolah dan menganalisis. la merangkai sebuah naskah yang sedang dikerjakannya. Pekerjaan berupa bibit-bibit tulisan itu disimpannya pada sejumlah map untuk kemudian ditulisnya bila sudah terangkai cerita.
 
== Kehidupan Pribadi ==
 
Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di [[Kobe]], [[Jepang]], pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (lahir pada 1961) dan [[Pierre Coffin|Pierre Louis Padang]] (lahir pada 1967). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis.
Baris 82 ⟶ 84:
Sebelum wafat, NH Dini tinggal di Panti Werdha Harapan Asri, Banyumanik, [[Semarang]]
-->
 
== Kematian ==
Nh. Dini meninggal dunia tanggal 4 Desember 2018 pada usia 82 tahun karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tembalang, Semarang.<ref>{{cite web | title=Novelis Nh Dini Meninggal Dunia | website=CNN Indonesia | date=4 Desember 2018 | url=https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20181204181249-241-351110/novelis-nh-dini-meninggal-dunia | language=id | access-date=4 December 2018}}</ref><ref>[https://daerah.sindonews.com/read/1360040/22/nh-dini-sempat-jalani-mri-di-rumah-sakit-sebelum-tutup-usia-1543928089?utm_source=News%20Notification&utm_medium=referral NH Dini Sempat Jalani MRI di Rumah Sakit Sebelum Tutup Usia, 4 Desember 2018]</ref> Jenazahnya dikremasikan di [[Ambarawa]] pada 5 Desember 2018.{{cn}}