Literalisme biblis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 14:
Penghargaan yang tinggi terhadap pustaka-pustaka keagamaan di dalam tadisi-tadisi [[Yahudi-Kristen]] tampaknya berkaitan dengan proses [[Perkembangan kanon Alkitab Ibrani|kanonisasi]] [[Alkitab Ibrani]] yang berlangsung beberapa abad lamanya, kira-kira sejak tahun 200 SM sampai tahun 200 M. Dalam tradisi Yahudi, perkataan-perkataan tersurat yang dijunjung tinggi itu adalah saluran langsung menuju [[filsafat budi|budi]] Allah, dan [[Yudaisme Rabinik|mazhab-mazhab Yahudi Rabani]] terkemudian mendorong tumbuhnya kesarjanaan penunjang untuk mendampingi agama yang berkesastraan itu.<ref>McDonald & Sanders, penyunting, ''The Canon Debate'', halaman 4.</ref> Demikian pula [[Development of the Christian biblical canon|kanonisasi]] [[Perjanjian Baru]] oleh [[Sejarah Kekristenan#Gereja mula-mula|Gereja Purba]] menjadi salah satu aspek penting di dalam pembentukan identitas keagamaan tersendiri bagi Kekristenan.<ref>A Van Der Kooij, dkk. ''Canonization and Decanonization: Papers Presented to the International Conference of the Leiden Institute for the Study of Religions (Lisor), Diselenggarakan di Leiden 9–10 Januari 1997''. hlm. 141.</ref> Para petinggi Gereja menggunakan penerimaan atau penolakan terhadap pustaka-pustaka keagamaan tertentu sebagai salah satu indikator utama identitas kelompok. Kebijakan semacam ini juga memainkan peranan di dalam urusan penentuan [[ekskomunikasi]] Kristen dan ''[[herem]]'' Yahudi.{{citation needed|date=Juli 2021}}
Karena sudah terbiasa membaca dan menafsirkan [[sastra Yunani Kuno|susastra Helenistis]], [[Bapa Gereja]] [[Origenes]] (184-253 M) mengajarkan bahwa beberapa bagian Alkitab wajib ditafsirkan secara tidak-harfiah. Berkenaan dengan riwayat penciptaan di dalam [[Kitab Kejadian]], Origenes
[[File:Saint Augustine by Philippe de Champaigne.jpg|thumb|Portrait of Augustine of Hippo by [[Philippe de Champaigne]], 17th century]]
|