Buri Wolio: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Natsukusha (bicara | kontrib) Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Natsukusha (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Infobox writing system
|name=Buri Wolio
Baris 5 ⟶ 4:
|type=[[Alfabet]]
|languages=[[bahasa Wolio|Wolio]]
|time=
|fam1=[[Hieroglif Mesir|Mesir]]
|fam2=[[Abjad Proto-Sinai|Proto-Sinai]]
Baris 13 ⟶ 12:
|fam6=[[Abjad Arab|Arab]]
| direction = right-to-left|sisters=[[Abjad Jawi|Jawi]]<br>[[Abjad Pegon|Pegon]]
|unicode=
|iso15924=Arab
}}
{{contains Arabic text}}
'''Buri Wolio''' adalah salah satu sistem tulisan yang digunakan untuk menulis [[bahasa Wolio]], bahasa resmi [[Kesultanan Buton]]. Buri Wolio dibuat berdasarkan [[aksara Arab]], dimana Buri Wolio terdiri dari 17 huruf Arab asli dan 7 huruf tambahan yang dimodifikasi agar sesuai dengan [[fonem]] asli Wolio, yaitu ([[چ]] {{IPA|/t͡ʃ/}}, [[ڠ]] {{IPA|/ŋ/}}, [[ڨ]] {{IPA|/p/}}, [[ڬ]] {{IPA|/g/}}, [[ۑ]] {{IPA|/ɲ/}}, [[ڀ]] {{IPA|/bʰ/}}, dan [[ڊ]] {{IPA|/dʰ/}}).<ref name=":2">{{Cite journal|last=Niampe|first=La|date=2011-03-01|title=BAHASA WOLIO DI KERAJAAN BUTON|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/article/view/453|journal=Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana|language=en-US|volume=18|issn=2656-6419}}</ref>
Secara umum aksara ini mirip dengan [[Abjad Jawi|aksara Jawi]], hanya saja dalam aksara Buri Wolio,
Belum diketahui secara pasti kapan aksara ini ada, namun merunut pada naskah Buton tertua yang berhasil ditemukan, diperkirakan aksara ini sudah ada sejak kedatangan agama Islam di Buton pada abad ke-16.<ref>{{Cite journal|last=Hiroko K. Yamaguchi|date=2007|title=Manuskrip Buton: Keistimewaan dan nilai budaya|url=http://www.ukm.my/sari/index.html|journal=SARI: Jurnal Alam dan Tamadun Melayu|language=en|volume=25|pages=41–50|issn=0127-2721}}</ref> Bersama-sama dengan bahasa Wolio, aksara ini digunakan dalam penulisan naskah-naskah kuno di Buton, di antaranya; naskah undang-undang, naskah keagamaan dan naskah surat-surat.<ref name=":2" /> Selain itu, aksara ini juga digunakan untuk menulis ''kaḃanti'' ({{Script/Arabic|كَڀَنْتِ}})''.'' Tradisi penulisan kaḃanti di Buton, mencapai puncak kepopulerannya pada Abad XIX (1824-1851), yaitu pada masa pemerintahan Sultan Buton XXIX yang bernama Muhammad Idrus Kaimuddin. Bagi masyarakat Buton, beliau selain dikenal sebagai sultan juga dikenal sebagai ulama serta pujangga Buton yang tersohor. Sebagai seorang pujangga, beliau banyak mengarang kesusastraan jenis kaḃanti, terutama yang bernapaskan ajaran agama Islam. Selain Muhammad Idrus Kaimuddin, lahir pula beberapa pujangga Buton lainnya yang berasal dari lingkungan keluarga Keraton Buton, seperti La Ode Kobu (''Metapasina Bādia''), La Ode Nafiu (''Yarona Labuandiri''), dan H. Abdul Ganiu (''Kenepulu Bula'').<ref name=":1" />
==Bentuk==
=== Aksara ===
Aksara utama Buri Wolio terdiri dari 17 huruf Arab asli dan 7 huruf tambahan yang diambil dari aksara Jawi. Aksara utama digunakan untuk menulis bahasa Wolio sehari-hari. Sedangkan aksara tambahan digunakan untuk menulis kata-kata serapan dari bahasa Arab.
{| class="wikitable sortable" style="text-align:center;"
|+Aksara Utama
Baris 378 ⟶ 372:
|-
|}
===Diakritik===
{| class="wikitable"
Baris 434 ⟶ 424:
==Contoh teks==
Berikut adalah cuplikan ''Kaḃanti Bunga Malati'' yang ditulis ulang pada tahun 2004 dengan bahasa dan ejaan Wolio modern.<ref name=":1">{{Cite book|date=1999-|url=https://www.worldcat.org/oclc/43790835|title=Kabanti oni Wolio = Puisi berbahasa Wolio|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=979-459-927-1|others=La Niampe|oclc=43790835}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|title=Bunga Malati|url=https://eap.bl.uk/archive-file/EAP212-3-23|website=Endangered Archives Programme|language=en|access-date=2021-07-01}}</ref>
{| class="wikitable"
|-
|