Pengguna:NFarras/Proyek 3: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NFarras (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
NFarras (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 2:
 
=== Tempat latihan yang berbahaya ===
Sebelum tenggelam, KRI Nanggala menjalani serangkaian latihan di perairan utara Bali. Ahli Kelautan dan Perikanan dari Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Sudiarta, menjelaskan bahwa Laut Bali bagian utara ini merupakan "cekungan" yang memiliki kedalaman rata-rata 700-1300 meter dan dapat mencapai kedalaman hingga 1,000 meter atau lebih. Laut ini memiliki karakteristik curam dengan arus laut yang kuat dan turbulen. Terdapat pula patahan aktif yang memanjang hingga utara Pulau Flores.<ref>{{Cite web|last=Arif|first=Ahmad|date=2021-04-27|title=The Final Resting Place of KRI Nanggala|url=https://www.kompas.id/baca/english/2021/04/27/the-final-resting-place-of-kri-nanggala/|website=kompas.id|access-date=2021-06-10}}</ref>
 
Menanggapi hal ini, Zeng Wei Jian, politisi [[Partai Gerakan Indonesia Raya|Partai Gerindra]], mendesak Kepala Staf Angkatan Laut untuk menjelaskan alasan dipilihnya Laut Bali bagian utara sebagai tempat latihan KRI Nanggala. Ia beranggapan bahwa wilayah tersebut termasuk sebagai "zona berbahaya" dan bukan tempat yang tepat untuk melakukan latihan.<ref name="auto4">{{Cite web|last=Kalbar|first=PT Suara Khatulistiwa|title=Zeng Wei Jian: Kapal Selam Nangggal 402 Latihan di Lokasi Berbahaya|url=https://www.suarapemredkalbar.com/read/nasional/27042021/zeng-wei-jian-kapal-selam-nangggal-402-latihan-di-lokasi-berbahaya|access-date=2021-06-10|website=Suarapemredkalbar.com|language=id}}</ref> Zeng Wei Jian juga mengutip pernyataan Sudiarta yang menyatakan bahwa latihan kapal selam biasanya hanya dilakukan antara [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]], Jawa Timur hingga [[Singaraja]], Bali.<ref name="auto5">{{Cite web|last=Jian|first=Zeng Wei|title=KSAL Harus Jawab|url=https://www.katta.id/news/2021/04/27/8949/ksal-harus-jawab|website=katta.id|language=en|access-date=2021-06-10}}</ref>
 
=== Jumlah awak melebihi kapasitas ===
Baris 63:
Edna said that Heri Oktavian hoped that the "''decision makers carefully consider the TNI and its soldiers and not just "make the boss happy" ("Asal Bapak Senang") to attain promotions, positions or material gains.''"<ref>{{Cite web|title=Komandan Kapal Ternyata Pernah Keluhkan Overhaul KRI Nanggala-402 yang Terus Tertunda|url=https://www.tribunnews.com/nasional/2021/04/26/komandan-kapal-ternyata-pernah-keluhkan-overhaul-kri-nanggala-402-yang-terus-tertunda|access-date=2021-06-09|website=Tribunnews.com|language=id-ID}}</ref> <ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-04-25|title=Pesan Komandan Nanggala-402 soal Alutsista TNI, Jangan Sekadar "Asal Bapak Senang" Halaman all|url=https://nasional.kompas.com/read/2021/04/26/06411681/pesan-komandan-nanggala-402-soal-alutsista-tni-jangan-sekadar-asal-bapak|access-date=2021-06-09|website=KOMPAS.com|language=id}}</ref>
 
=== BlackoutMati listrik ===
The commander of theKomandan [[:id:Sekolah_Staf_dan_Komando_Angkatan_Laut|NavalSekolah Staf Staffdan andKomando CommandAngkatan CollegeLaut]], Vice-Admiral [[:id:Iwan_Isnurwanto|Iwan Isnurwanto]], who was a crewman of the ''Nanggala'' from 1990 to 2015, recalled that he was on board the ''Nanggala'' when it experienced a power failure.
 
On 27 April 2021 at a press conference at the naval headquarters at Cilangkap, East Jakarta, he explained the experience of total black-out while submerged. In 10 seconds, the submarine sank 90m, tail first at 45 degree, and the crew were ordered to moved forward to balance the ship. But since the submarine was at a steep angle, he had to crawl on his knees, said Iwan as he paused, emotionally-overcome by the incident.