Sejarah hak asasi manusia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 41:
 
=== Hak Asasi Manusia Internasional Modern ===
Posisi individu di mata [[hak asasi manusia]] internasional modern yaitu sebagai subjek.<ref name=":8" />. [[Individu]] tersebut memiliki [[hak]] yang sudah dijamin secara [[Mancanegara|internasional]]. Sedangkan posisi [[Negara]] merupakan pemegang [[Liabilitas|kewajiban]] yang harus memberikan haknya kepada [[individu|individu.]]<ref name=":8" />. Lembaga yang menjadi menjembatani hubungan antara penerima hak dan pemberi kewajiban itu yaitu [[organisasi]] [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]]. Jumlah [[Negara]] yang mulai memperhatikan tentang [[hukum internasional]] meningkat.<ref name=":8" />. Akibatnya, sifat “eksklusif” yang muncul dari [[Negara]] berdaulat mulai berkurang. [[Negara]] sudah tidak bisa lagi mengklaim tentang masalah [[hak asasi manusia]] yang terjadi di wiliyahnya.<ref name=":8" />.
 
=== Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa ===
[[Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa|Piagam PBB]] berisi [[Pasal|pasal-pasal]] yang membahas perlindungan [[hak asasi manusia|hak asasi manusia.]]<ref name=":8" />. Tujuan dari [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] yaitu untuk memajukan dan memberikan penghormatan kepada [[hak asasi manusia]].<ref name=":8" />. Selain itu, memberikan kebebasan bagi semua orang tanpa memandang [[ras]], [[jenis kelamin]], [[bahasa]], dan [[agama|agama.]]<ref name=":8" />.
 
=== ''The International Bill of Human Rights'' ===
Istilah “''[[International Bill of Human Rights]]''” digunakan untuk merujuk tiga instrumen pokok mengenai [[hak asasi manusia]].<ref name=":8" />. Instrumen itu yaitu: 1) [[Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia]] (Universal Declaration of Human Rights)<ref name=":8" />,; 2) [[Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik|Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik]] (''International Covenant on Civil and Political Rights'')<ref name=":8" />; 3) [[Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya|Kovenan Internasional]] tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (''International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights'').<ref name=":8" />.
 
[[Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia|Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia]] disahkan pada tahun 1946 oleh [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa]].<ref name=":8" />[[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa|.]] Sedangkan [[Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik|Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik]], serta [[Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya|Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya]] disahkan pada tahun 1966 oleh [[Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa]].<ref name=":8" />. Namun, Kovenan Internasional itu baru berlaku di mata hukum pada tahun 1976.<ref name=":8" />.
 
== Perkembangan di Indonesia ==
[[Sejarah]] [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] bisa menjadi acuan tentang perkembangan [[Hak asasi manusia|HAM]] untuk suatu [[Negara]], salah satunya di [[Indonesia|Indonesia.]]<ref name=":0">{{Cite web|last=Nastain|first=Muh|date=2018-12-23|title=Sejarah Perkembangan HAM di Indonesia Paling Lengkap|url=https://nastain.com/sejarah-perkembangan-ham/|website=nastain.com|language=en-US|access-date=2021-06-07}}</ref>. Pemenuhan perlindungan [[Hak asasi manusia|HAM]] untuk suatu [[Negara]] bisa dijadikan sebagai titik pijak untuk penyusunan kebijakan [[Negara]], sehingga mampu mewujudkan pembangunan yang berbasis [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia.]]<ref name=":0" />.
 
=== Periode 1908-1945 ===
[[Budi Utomo|Organisasi Budi Utomo]] yang terbentuk pada tahun [[1908]],<ref name=":1">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2019-12-24|title=Budi Utomo: Sejarah Berdiri dan Peranannya Halaman all|url=https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/24/080000369/budi-utomo-sejarah-berdiri-dan-peranannya|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-06-07}}</ref>, merupakan salah satu wujud nyata tentang kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat kepada [[masyarakat]] umum.<ref name=":1" />. Selain itu, dengan lahirnya [[Budi Utomo|organisasi Budi Utomo]], [[masyarakat]] mulai berpikir tentang [[hak]] untuk turut serta secara langsung ke dalam [[pemerintah]]an.<ref name=":1" />. Tujuan dari konsep [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] yang dihadirkan dalam [[Budi Utomo|organisasi Budi Utomo]] yaitu [[hak]] [[Negara]] [[Indonesia]] untuk [[merdeka]], dan [[hak]] menentukan nasib negaranya sendiri.<ref name=":1" />.
 
Pada periode ini, titik puncak dari perdebatan tentang [[hak asasi manusia]] yaitu ketika sidang [[BPUPKI]] yang membahas tentang rumusan dasar negara.<ref name=":12" />. Selain itu, hal yang dibahas pada siding ini yaitu kelengkapan negara yang harus menjamin hak dan kewajiban negara dan warga negaranya.<ref name=":12" />. Tokoh yang terlibat dalam diskusi ini yaitu [[Soekarno]], [[Agus Salim]], [[Mohammad Natsir]], [[Mohammad Yamin]], [[Mas Mansoer|K.H. Mas Mansur]], [[Wahid Hasjim|K.H. Wachid Hasyim]], dan [[Maram Sudarmodjo|Mr. Maramis]].<ref name=":12" />.
 
Organisasi lain pun turut terbentuk, di antaranya [[Indische Vereeniging|Perhimpunan Indonesia]]<ref name=":0" /> yang menghimpun para [[mahasiswa]] [[Indonesia]] yang berada di [[Belanda]] yang melahirkan konsep [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]] untuk memperjuangkan hak [[Indonesia|Negara Indonesia]] untuk menentukan nasibnya sendiri.<ref name=":0" />. Selain itu ada organisasi [[Sarekat Islam]], yang memiliki tujuan untuk mengusahakan penghidupan yang layak dan terbebas dari penindasan [[diskriminasi]] dari [[Kolonialisme Portugis di Indonesia|pemerintah kolonial.]]<ref name=":12" />. Akar dari pergerakan organisasi [[Sarekat Islam]] yaitu prinsip-prinsip [[hak asasi manusia]] dalam ajaran [[Islam|Islam.]]<ref name=":12" />. Tokoh yang terlibat dalam pergerakan [[Hak asasi manusia|HAM]] di organisasi [[Sarekat Islam]] yaitu [[Oemar Said Tjokroaminoto|Tjokro Aminoto]], [[H. Samanhudi]], dan [[Agus Salim]].<ref name=":12" />.
 
Dengan lahirnya berbagai organisasi yang menyuarakan tentang [[hak asasi manusia]]<ref name=":0" />, timbul beberapa perdebatan.<ref name=":0" />. Salah satu yang paling mencolok yaitu pendapat [[Soepomo|Supomo]].<ref name=":0" />. Ia mengatakan, bahwa rakyat [[Indonesia]] sudah bersatu dengan negaranya.<ref name=":0" />. Jadi, tidak perlu lagi melindungi [[masyarakat]] dari negaranya.<ref name=":0" />. Dengan kata lain, [[hak asasi manusia]] di [[Indonesia]] bukan bertujuan untuk melindungi keadilan antar individu, melainkan keadilan [[sosial]] bagi seluruh rakyat [[Indonesia]].<ref name=":0" />.
 
Oleh karena itu, Negara [[Indonesia]] menjamin hak-hak dasar masyarakatnya, yang dilindungi oleh [[Konstitusi|UUD 1945 Pasal 28]], yang intinya [[masyarakat]] memiliki hak untuk berserikat. berkumpul, dan meyampaikan pendapatnya.<ref name=":0" />.
 
=== Periode 1945-1950 ===