Suku Karo: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Hdryn) dan mengembalikan revisi 18604236 oleh 27christian11 Tag: Pengembalian manual |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1:
{{refimprove}}
{{short description|Indonesian ethnic group}}
{{bedakan|Suku Batak}}
{{infobox ethnic group
|group = Orang Karo<br />'''<small>Kalak Karo</small>'''
|image = [[Berkas:jamin-ginting.jpg|75px|Djamin Ginting]] [[Berkas:Lyodra Photoby WinstonGomez.jpg|75px|Lyodra Margareta Ginting]] [[Berkas:Tanta Ginting on Wheels & Eat by HSR Wheel in 2019.png|75px|Tanta Jorekenta Ginting]] [[Berkas: Tifatul-sembiring.jpg|75px|Tifatul Sembiring]] [[Berkas:Adrianus Meliala.jpg|75px|Adrianus Eliasta Sembiring Meliala]] [[Berkas:Danpussenif Arifin Tarigan.png|75px|Arifin Tarigan]] [[Berkas:Rina Sari Ginting.jpg|75px|Rinasari Ginting]] [[Berkas:Anthony Sinisuka Ginting - Indonesia Masters 2018.jpg|75px|Anthony Ginting]] [[Berkas:Masri singarimbun.jpg|75px|Masri Singarimbun]]
|population = ± 1.
|popplace = {{flag|Indonesia}}, [[Sumatera]], [[Sumatera Utara]] ([[Kabupaten Karo|Karo]], [[Kota Medan|Medan]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], [[Kota Binjai|Binjai]], [[Kabupaten Langkat|Langkat]], [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]])
|langs = [[Bahasa Karo|Karo]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Batak|Batak]], [[Bahasa Aceh|Aceh]]
|rels = {{hlist|[[Kristen Protestan]]<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Ray Brema|date=2016|title=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|url=http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17540|journal=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|language=id|publisher=Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)}}</ref>|[[Islam]]<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Dewi|date=2012-08-08|title=SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010|url=http://digilib.unimed.ac.id/17575/|journal=Ginting, Dewi (2012) SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Kristen Katolik]]<ref>{{Cite web|first=Ranika Br Ginting|date=Oktober 2014|title=Katolik di Tanah Karo: Kabanjahe, 1942-1970an|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/23810|website=jurnal.ugm.ac.id|publisher=Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 {{!}} Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada|access-date=}}</ref>|[[Agama Buddha|Buddha]]<ref>{{Cite journal|last=Rasmamana|first=Edi Putra|date=2016-09-03|title=PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT|url=http://digilib.unimed.ac.id/20042/|journal=Rasmamana, Edi Putra (2016) PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Hindu]]<ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>|[[Pemena]]<ref>{{cite book|title=Voice of Nature, Volumes 85-95|year=1990|publisher=Yayasan Indonesia Hijau|page=45}}</ref>
}}
|related = {{hlist|[[Suku Alas|Alas]]|[[Suku Singkil|Singkil]]|[[Suku Gayo|Gayo]]|[[Suku Keluwat|Kluet]]|[[Suku Melayu|Melayu]]|[[Suku Batak|Batak]]|[[Suku Aceh|Aceh]]}}
}}
'''
== Sejarah & etimologi ==
Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo, dan memiliki salam khas, yaitu Mejuah-juah. Sementara pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.Adapun keberadaan Rumah adat suku Karo atau yang dikenal dengan nama Rumah Si Waluh Jabu yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu Rumah yang terdiri dari delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing. Sejarah Suku Karo Menurut Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia" menuliskan secara tegas etnis Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Ia mengemukakan silsilah etnis Karo yang diperoleh dari cerita lisan secara turun temurun dan sampai kepada beliau yang didengar sendiri dari kakeknya yang lahir sekitar tahun 1838. Secara etimologi, suku Karo merupakan suku tersendiri yang mandiri dan bukan bagian dari Batak. Karena kata Batak pun ciptaan dari para penjajah/pengelana asing untuk mengelompokkan manusia-manusia di daerah pegunungan/pedalaman yang bermakna menghina dan sangat negatif. Arti dari makna/konotasinya ialah: terbelakang, liar dan tak beradab (merujuk kepada suku Toba) atau dalam bahasa Karo disebut Kalak Tebba. Orang Karo sendiri punya sebutan khusus untuk orang Batak Toba yaitu Kalak Teba, untuk orang Simalungun mereka menyebut Kalak timur/simalungun, orang Tapsel/kalak Tapsel mereka sebut untuk orang-orang Batak di Tapanuli bagian selatan, serta kalak Dairi/Kalak Pakpak untuk orang Batak Pakpak, kalak cane untuk orang alas di Aceh tenggara, kalak maya-maya untuk orang Melayu di pesisir timur, serta Kalak pesisir untuk orang Melayu di pesisir barat (tapanuli tengah)/Sibolga. Menurut orang Karo, kata Batak tidak mewakili identitas/jati diri mereka. Ini adalah hal serius untuk tidak mengatakan Karo adalah Batak karena ini ialah masalah jati diri, mereka memang berbeda. Kemiripan dan beberapa persamaan terjadi karena akulturasi dan asimilasi yang memang tak bisa dielakkan. Karena juga wilayah mereka saling berdekatan. Suku Karo lebih dekat dengan suku alas, Singkil dan Gayo di Aceh daripada Batak. Ini adalah masalah serius agar anak cucu kita nanti tidak kehilangan jati dirinya sebagai suku Karo / kalak Karo.
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|thumb|upright|Seorang Wanita mengenakan kain yang disebut Gatip Ampar di atas bahunya dan padung perak (anting-anting), padungpadung dan seorang Pria kemungkinan mengenakan Julu berjongkit atau Ragi Santik sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten Karo, sekitar tahun 1914-1919.]]
Baris 685 ⟶ 686:
[[Berkas:Desa Perteguhen, Simpang Empat, Karo.jpg||thumb|upright|Gereja GBKP dan [[Masjid]] yang berhadapan di [[Perteguhen, Simpang Empat, Karo|Desa Perteguhen]] ]]
Mayoritas penduduk Karo memeluk [[agama]] [[Kristen]] sekitar 70% (mayoritas [[Protestan]] 55% dan 15% [[Katolik]]),
Sebagian kecil masyarakat Karo di desa Pintu Besi, Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hilir]], [[Deli Serdang]] menganut agama [[Hindu]] yang dimana memiliki kemiripan dengan agama [[Hindu Bali]] mulai dari tempat ibadah berupa [[pura]] hingga upacara keagamaan. <ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>
Rata-Rata pemeluk agama [[pemena]]/[[Agama asli Nusantara|Agama Tradisional]] (agama awal & agama asli Karo) berada di desa2/kuta2 (dalam bahasa Karo yang berarti kampung/desa) utamanya yang berada didekat/dikaki gunung Sinabung juga terdapat di wilayah pedalaman dan penganut agama ini kini nyaris punah. Agama Lainnya pun terutama seperti [[agama Buddha]] dapat kita temui di perkotaan (Medan), khususnya di kabupaten Langkat, sebagian Deli Serdang, Sebagian Tanah Karo/Kabupaten Karo khususnya di Berastagi sekitar wisata (taman alam Lumbini/sekitar bangunan kuil pagoda) namun jumlahnya sangat sedikit.
=== Gereja yang didominasi suku Karo ===
|