Suku Karo: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menyederhanakan kalimat yang berulang-ulang
Sejarah & etimologi: Melanggar ketentuan Wikipedia perihal sudut pandang netral
Baris 15:
== Sejarah & etimologi ==
 
Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo, dan memiliki salam khas, yaitu ''Mejuah-juah''. Sementara pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Adapun keberadaan Rumah adat sukuSuku Karo atau yang dikenal dengan nama Rumah Si Waluh Jabu yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu Rumah yang terdiri dari delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing. Sejarah Suku Karo Menurut Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia" menuliskan secara tegas etnis Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Ia mengemukakan silsilah etnis Karo yang diperoleh dari cerita lisan secara turun temurun dan sampai kepada beliau yang didengar sendiri dari kakeknya yang lahir sekitar tahun 1838. Secara etimologi, suku Karo merupakan suku tersendiri yang mandiri dan bukan bagian dari Batak. Karena kata Batak pun ciptaan dari para penjajah/pengelana asing untuk mengelompokkan manusia-manusia di daerah pegunungan/pedalaman yang bermakna menghina dan sangat negatif. Arti dari makna/konotasinya ialah: terbelakang, liar dan tak beradab (merujuk kepada suku Toba) atau dalam bahasa Karo disebut Kalak Tebba. Orang Karo sendiri punya sebutan khusus untuk orang Batak Toba yaitu Kalak Teba, untuk orang Simalungun mereka menyebut Kalak timur, orang Tapsel mereka sebut untuk orang-orang Batak di Tapanuli bagian selatan, serta kalak Dairi untuk Pakpak, kalak cane untuk orang alas di Aceh tenggara, kalak maya-maya untuk orang Melayu di pesisir timur, serta Kalak pesisir untuk orang Melayu di pesisir barat (tapanuli tengah)/Sibolga. Menurut orang Karo, kata Batak tidak mewakili identitas/jati diri mereka. Ini adalah hal serius untuk tidak mengatakan Karo adalah Batak karena ini ialah masalah jati diri, mereka memang berbeda. Kemiripan dan beberapa persamaan terjadi karena akulturasi dan asimilasi yang memang tak bisa dielakkan. Karena juga wilayah mereka saling berdekatan. Suku Karo lebih dekat dengan suku alas, Singkil dan Gayo di Aceh daripada Batak. Ini adalah masalah serius agar anak cucu kita nanti tidak kehilangan jati dirinya sebagai suku Karo / kalak Karo.
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|thumb|upright|Seorang Wanita mengenakan kain yang disebut Gatip Ampar di atas bahunya dan padung perak (anting-anting), padungpadung dan seorang Pria kemungkinan mengenakan Julu berjongkit atau Ragi Santik sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten Karo, sekitar tahun 1914-1919.]]