Tamjidullah II dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 120:
 
== Sultan Banjar ==
Pada tahun 1274 [[Hijriyah]] ataubertepatan tanggal [[3 November]] [[1857]] Tamjidillah II (umur 38 tahun) diangkattelah dilantik oleh kolonial Belanda menjadi Sultan Banjar, padahal ia hanya seorang anak dari selir (Nyai Besar Aminah) seorang peranakan [[Tionghoa]]-[[Dayak]] (= <ref>phan tong fang/ (petompang)</ref> meskipun ia sebagai anak sulungtertua dan selanjutnya kemudian pihak Belanda mengangkat Hidayatullah II sebagai mangkubumi. Pengangkatan Tamjidillah II ditentang segenap bangsawan Banjar karena menurut wasiat almarhum Sultan Adam semestinya Hidayatullah II yang dinobatkan sebagai Sultan karena ia anak permaisuri (Ratu Siti). Tamjidillah II melantik puteranya sebagai Sultan Muda dengan gelar Tamjidullah III.
 
Sehari setelah pelantikannya oleh Belanda sebagai Sultan Banjar, Sultan Tamjidillah II menandatangani surat pengasingan kandidat sultan lainnya pamannya sendiri Pangeran Prabu Anom bin Sultan Adam yang diasingkan ke Bandung pada tanggal [[23 Februari]] [[1858]].
 
Ketika [[Sultan Adam]] Al Wasikal-Watsiq Billah meninggal pada tanggal [[1 November]] [[1857]] karena sakit, tanpa sepengetahuan [[Dewan Mahkota]], yaitu sesudah dua hari pemakaman almarhum Sultan Adam, pemerintah Hindia Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai [[Sultan Banjar]]. Pangeran Prabu Anom (putera Sultan Adam dengan Nyai Ratu [[Kamala Sari]]) ditangkap oleh Belanda, karena menurut pertimbangan Belanda, kalau Pangeran Prabu Anom berada di Banjarmasin akan membahayakan, dan dia dibuang ke [[pulau Jawa]].<ref> [[Ahmad Gazali Usman]], '''[[Pangeran Hidayatullah]]''', dalam Kalimantan Scientie, No. 17, Tahun VII, Banjarmasin, 1988, hal. 4</ref>
 
Jauh sebelumnya Sultan Adam pernah mengutus surat ke Batavia agar pengangkatan Tamjidillah II sebagai Sultan Muda (Putra Mahkota) dibatalkan. Sebelum wafatnya Sultan Adam sempat membuat surat wasiat yang menunjuk Pangeran Hidayatullah II (cucu Sultan Adam dan cucu [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]]) sebagai Sultan Banjar penggantinya dan mengutuk siapapun yang tidak menaati surat wasiat tersebut, inilah menjadi dasar perlawanan segenap bangsawan terhadap Hindia Belanda.