Teologi pembebasan dalam Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Humanism in photography 08.jpg|jmpl|211x211px240x240px|Pandangan[[Teologi perenialpembebasan]] membawadimulai harapandengan terhadapmelihat tradisikehidupan dialog[[manusia]] antarumatdi beragamadunia karenadan melalui metode ini diharapkan umat beragama tidak saja menemukan ''transcendent unity of religion'', tetapi juga mendiskusikannya secara lebih mendalamakhirat ({{harvnb|NurcholishEngineer|Dja'far1999|2015|p=691–2}}).]]
[[Teologi pembebasan]] dimulai dengan melihat kehidupan [[manusia]] di dunia dan akhirat. Teologi ini tidak menginginkan status ''quo'' yang melindungi golongan kaya ketika berhadapan dengan golongan miskin. Dengan kata lain, teologi pembebasan ''establishment'' (anti kemapanan), baik kemapanan [[agama]] maupun [[politik]]. Teologi pembebasan memainkan peran dalam membela kelompok yang tertindas dan tercabut hak miliknya, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan membekalinya dengan senjata [[ideologi]] yang kuat untuk melawan golongan yang menindasnya. Selain itu, teologi pembebasan juga tidak hanya mengakui satu konsep [[metafisika]] tentang [[takdir]] dalam rentang sejarah [[Islam]], tetapi juga mengakui konsep bahwa manusia itu bebas menentukan nasibnya sendiri. [[Teologi]] ini sebenarnya mendorong pengembangan praksis Islam sebagai hasil dari tawar-menawar antara pembebasan manusia dan takdir – teologi pembebasan lebih menganggap keduanya sebagai pelengkap daripada sebagai konsep yang berlawanan.