Penciptaan dari ketiadaan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 3:
== Konsep ==
[[Berkas:Heavens Above Her.jpg|al=|jmpl|230x230px|Alam semesta.]]
Pentingnya distingsi antara pencipta dan ciptaan dalam sistem ini adalah bahwa dunia yang diciptakan eksistensinya bergantung secara mutlak kepada sang pencipta. Jika fisik dunia itu sendiri adalah ilahi, atau bagaimanapun juga terpancar langsung dari sang pencipta, dia sama-sama menanggung eksistensi niscaya dari sang pencipta. Namun, karena dia diciptakan dari tiada, dan dikarenakan aktivitas kreatif adalah pilihan bebas sang pencipta, alam semesta tidak harus eksis. Hal inilah yang menyebabkan [[Agustinus dari Hippo]] menulis sebagai berikut.{{sfnp|Davies|2012||p=48–49|ps=}}
<blockquote>Engkau menciptakan sesuatu dan sesuatu itu dari tiada. Engkau menciptakan [[langit]] dan [[bumi]], bukan dari diri-Mu sendiri, lalu mereka akan setara dengan Anak-Mu satu-satunya, dan melalui ini adalah juga setara dengan-Mu.{{sfnp|Davies|2012||p=49|ps=}}</blockquote>
Distingsi paling jelas antara pencipta dan ciptaan adalah bahwa pencipta abadi, sementara dunia yang diciptakan memiliki permulaan. Hal ini sebagaimana ditulis oleh [[Ireneus]], teolog Kristen awal, sebagai berikut.{{sfnp|Davies|2012||p=49|ps=}}
<blockquote>Namun, benda-benda yang dibangun adalah berbeda dengan Dia yang telah membangunnya, dan apa yang telah tercipta dari Dia yang telah menciptakan mereka. Dikarenakan Dia adalah Dia sendiri yang tidak diciptakan, tanpa permulaan dan tanpa akhir, dan tidak kekurangan apa pun. Dia adalah Dia sendiri yang mencukupi untuk eksistensi, benda ini semata; tetapi benda-benda yang telah diciptakan oleh-Nya menerima permulaan.{{sfnp|Davies|2012||p=49|ps=}}</blockquote>
Dewasa ini tetap ada perbedaan-perbedaan doktrinal di dalam cabang-cabang [[gereja]] utama, bahkan masih ada lagi perbedaan-perbedaan yang lebih besar di antara berbagai agama dunia berkenaan dengan makna penciptaan. Hal ini merentang dari ide-ide kaum [[fundamentalisme]], [[Kekristenan|Kristen]] dan [[Islam]], berdasarkan interprestasi literal atas teks-teks tradisional, hingga interpretasi-interpretasi pemikir Kristen radikal yang lebih memilih pandangan abstrak secara total tentang penciptaan. Namun, semuanya sepakat – dalam satu atau lain pengertian – bahwa fisik alam semesta fisik di dalamnya tidak sempurna. Dia tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri. Eksistensinya itu akhirnya menuntut sesuatu di luar dirinya dan hanya dapat dipahami dari ketergantungannya kepada bentuk tertentu dari pengaruh ketuhanan.{{sfnp|Davies|2012||p=49–50|ps=}}
== Lihat pula ==
|