Dua dimensi manusia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 7:
––––– [[Ibnu Arabi]]|}}
Pada awalnya, jiwa kosong dari setiap kesempurnaan dan bentuk. Ia mencapai suatu titik yang bisa melepaskan setiap bentuk – partikultural maupun universal – dari materi dan mempersepsikannya atau melihat dalam dirinya sendiri. Selanjutnya, jiwa pada permulaannya merupakan suatu wujud potensial, kosong dari kesempurnaan – suatu nonentitas halus yang menanggung kesamaan penting dengan tubuh. Dalam wadah lain, ia adalah tahap ragawi terakhir dan [[spiritual]] awal, yang di titik itu bukanlah tubuh murni maupun roh murni. Alih-alih, merupakan kesempurnaan ragawi dan potensialitas spiritual. Pada tahap akhir, ia sampai dalam ''tajarrud al-mahd'' (keterlepasan murni) dari materi dan kebebasan dari tubuh.
[[Berkas:Faith (23281741082).jpg|al=|jmpl|280x280px|
Setiap perbuatan ragawi, seperti
[[Muhammad Said Ramadhan al-Buthi|Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi]] dengan bahasa yang berbeda menjelakan, manusia sebagai kesatuan eksistensi fisik dan non-fisik. Jika dipisahkan akan terdiri dari dua hal: akal yang dapat mengetahui sesuatu dan perasaan yang merupakn tempat bersemayamnya rasa cinta atau benci terhadap sesuatu. [[Konsensus]] para pakar menyatakan, akal manusia yang dapat mengetahui sesuatu itu berada di otak, sedangkan perasaannya ada dalam hati.
|