[[Berkas:Faith (23281741082).jpg|al=|jmpl|280x280px|Jiwa manusia.]]
Pada awalnya, jiwa kosong dari setiap kesempurnaan dan bentuk. Ia mencapai suatu titik yang bisa melepaskan setiap bentuk – partikultural maupun universal – dari materi dan mempersepsikannya atau melihat dalam dirinya sendiri. Selanjutnya, jiwa pada permulaannya merupakan suatu wujud potensial, kosong dari kesempurnaan – suatu nonentitas halus yang menanggung kesamaan penting dengan tubuh. Dalam wadah lain, ia adalah tahap ragawi terakhir dan [[spiritual]] awal, yang di titik itu bukanlah tubuh murni maupun roh murni. Alih-alih, merupakan kesempurnaan ragawi dan potensialitas spiritual. Pada tahap akhir, ia sampai dalam ''tajarrud al-mahd'' (keterlepasan murni) dari materi dan kebebasan dari tubuh. Setiap perbuatan ragawi, seperti atau mendengar, sesungguhnya merupakan perbuatan jiwa. Agen sebenarnya dari perbuatan tersebut adalah jiwa. Jiwah yang sesungguhnya menjadi pendengar dan pelihat (juga wujud yang berbeda dari itu) yang menggunakan persepsi.<ref name=":1">{{Cite book|last=Nurcholish|first=Ahmad|last2=Dja'far|first2=Alamsyah Muhammad|year=2015|title=Agama Cinta: Menyelami Samudra Cinta Agama-Agama|location=Jakarta|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=978-602-0265-30-8|page=|pages=91–94|ref={{sfnref|Nurcholish|Dja'far|2015}}|url-status=live}}</ref>
[[Muhammad Said Ramadhan al-Buthi|Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi]] dengan bahasa yang berbeda menjelakan, bahwa manusia sebagaimerupakan kesatuan eksistensi fisik dan non-fisiknonfisik. Jika dipisahkan akan terdiri dari dua hal:, yaitu akal yang dapat mengetahui sesuatu dan perasaan, yang merupaknmerupakan tempat bersemayamnya rasa [[cinta]] atau [[Kebencian|benci]] terhadap sesuatu. [[Konsensus]] para pakar menyatakan, bahwa akal manusia yang dapat mengetahui sesuatu itu berada di [[otak]], sedangkan perasaannya ada dalam [[hati]].<ref name=":1" />
Segala hal yang terkait dengan kepekaan, pengetahuan, dan perasaan berada dalam roh. Sebagian kitatelah ketahuidiketahui sebagai salah satu rahasia Allah SwtTuhan.<ref name=":0">{{Cite book|last=Davies|first=Paul|date=2012|title=Membaca Pikiran Tuhan: Dasar-Dasar Ilmiah dalam Dunia yang Rasional|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=978-979-9483-87-4|pages=390–392|ref=|url-status=live}}</ref> Roh masuk dan mengalir ke sela-sela tubuh sehingga lahirlahmemunculkan kepekaan, masuk dan mengalir ke otak, lahirlahmemunculkan [[pengetahuan]], serta masuk dan mengalir ke hati lahirlahmemunculkan [[perasaan]] yang dapat memberikan motivasi, penolakan, dan pengagungan, yaitu cinta, kebencian, dan kekaguman.<ref name=":1" />
Jadi menurutMenurut Al-Buthi, kita dapat mengetahui bahwa roh manusialah yangmanusia senantiasa mengendalikan ilmu pengetahuan. Roh manusialahmanusia yang memberikan manusia hakikat kepekaan, perasaan cinta, benci, dan penghormatan. Jika taktidak ada roh, taktidak ada pula yang tersisa dari diri manusaimanusia, kecuali [[daging]], [[darah]], dan [[tulang]]. Jadi, akalAkal lahir dari hakikat yang bersifat materi, perasaan lahir dari kebutuhan materi yang yang terakumulasi dalam diri manusia, dan kepekaan tidak lain hanyalah anugerah [[kehidupan]]. Sementara itu, kehidupan lahir dari gerakan dan kehangatan, dari berbagai unsur seperti [[karbon]], [[ozon]], dan [[oksigen]].<ref name=":1" />
[[Berkas:Dedico a dios esta danza.jpg|al=|jmpl|280x280px|Manusia.]]
DalamKata "roh" disebutkan dalam [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] kata roh disebut pada [[Surah Al-Hijr|Surah Al Hijr]]: ayat ke-29., “Danyaitu “''Dan Aku tiupkan ke dalamnya roh-Ku”Ku''”. IniHal ini menunjukkan berartibahwa derajat jiwa lebih tinggi dari tubuh, tetapi lebih rendah ketimbangdaripada intelek. Jiwa adalah medan bagi penumbuhan roh. Dan benihBenih yang AllahTuhan tanam – dengan sarana roh – telah tanam di ladang jiwa bersemi lebih dari (sekedarsekadar) imajinasi-imajinasi, hasrat-hasrat, dan hal-hal lainnya. Dengan demikian, semua sains[[ilmu]], pemikiran[[pikiran]], dan perbuatan dicapai melalui bibit yang ditanam dan ditumbuhkan AllahTuhan melalui roh ke dalam jiwa dan tubuh. Inilah bagaimanacara jiwa mempunyai suatu aspek yang naik menuju alam yang lebih tinggi dan suatu aspek yang turun menuju alam yang lebih rendah.<ref name=":1" />
Perbuatan terbaik roh adalah menyatu dengan Yang Hakiki dan melepaskan diri dari selain-Nya. Dampak dari sikap memelihara perilaku menyatu dengan Yang Hakiki, roh akan berada dalam suatu tahapan keterbatasan dan keterlepasan dari ikatan-ikatan (material). Di– saat itu cahaya wilayah [[gaib]] menjelmamuncul saat itu. Roh pulalah yang menembus bagian-bagian tubuh dan syaraf-syaraf otak. Ia ''latif'' (lembut) keberadaannya, ''fi’liyyat'' (dekat aktualisasinya), ''infi’al'' (jauh dari kepasifan), dan dipengaruhi oleh elemen-elemen eksternal. Sebaliknya, ia ''katsif'' (lebih kuat) dan ''quwwah'' (lebih dekat kepada potensi).<ref name=":1" />
KarenaHal itu pula , yang menyebabkan roh instingtifbersifat (''bukhari '' (instingtif) atau lebih rendah tingkatannya dari jiwa dan lebih tinggi dari tubuh. DiaIa menjadi penghubung tubuh dan jiwa. Secara jelas, antara keduanya mediator-mediator lain di antara keduanya sangatlah penting, seperti alam mitsal (''barzakh al -mitsali '' (alam ''mitsal'') yang merupakan mediator antara jiwa rasional (''nafs an-natiqah '' (jiwa rasional) dan ''roh binatangal-haywani'' (roh al-haywanibinatang), atau seperti sebagian dari bagian-bagian tubuh yang terhubung padakepada roh yang menguap melalui bagian tubuh yang dominan. <ref name=":1" />▼
Roh pulalah yang menembus bagian-bagian tubuh dan syaraf-syaraf otak. Dia lebih lembut (latif) keberadaannya, lebih dekat aktualisasinya (fi’liyyat), lebih jauh dari kepasifan (infi’al) dan dari dipengaruhi (oleh elemen-elemen eksternal), dan sebaliknya. Dia lebih kuat (katsif), lebih dekat pada potensi (quwwah) dan lebih pasif.
Dengan demikian, jika dipisahkan dari fisiknya, manusia memiliki susunan ganda :, yaitu akal yang dapat mengetahui dan perasaan yang dapat mencintai danmaupun membenci. Hanya saja, jika kita ingin mengungkapkannya dengan detail, dapat dikatakan bahwa sifat kemanusiaan yang tersembunyi di balik fisiknya taktidak lain adalah roh yang mengalir dalam selurohselurh tubuhnya. <ref name=":1" />▼
▲Karena itu pula, roh instingtif (bukhari) lebih rendah tingkatannya dari jiwa dan lebih tinggi dari tubuh. Dia menjadi penghubung tubuh dan jiwa. Secara jelas, antara keduanya mediator-mediator lain sangatlah penting, seperti alam mitsal (barzakh al mitsali) yang merupakan mediator antara jiwa rasional (nafs an-natiqah) dan roh binatang (roh al-haywani, atau seperti sebagian dari bagian-bagian tubuh yang terhubung pada roh yang menguap melalui bagian tubuh yang dominan.
▲Dengan demikian, jika dipisahkan dari fisiknya, manusia memiliki susunan ganda: akal yang dapat mengetahui dan perasaan yang dapat mencintai dan membenci. Hanya saja, jika kita ingin mengungkapkannya dengan detail, dapat dikatakan bahwa sifat kemanusiaan yang tersembunyi di balik fisiknya tak lain adalah roh yang mengalir dalam seluroh tubuhnya.
== Lihat pula ==
|