Perubahan iklim dan gender: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 54:
Sejumlah studi kasus di beberapa negara mengangkat pola transportasi masyarakat berbasis gender dan hasilnya cukup variatif. Studi terhadap data perilaku lingkungan di 10 negara anggota [[Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi|OECD]] menemukan bahwa tidak ada hubungan kuat antara jenis kelamin dan perilaku hemat energi. Namun, pria, baik yang sudah menikah maupun lajang, mengemudi lebih sering daripada perempuan. Di Swedia, laki-laki mengeluarkan anggaran lebih banyak untuk kendaraan dan belanja bahan bakar dibandingkan perempuan. Studi di [[Uni Eropa]] dan Amerika Serikat juga menemukan bahwa laki-laki secara keseluruhan menghasilkan jejak karbon yang lebih tinggi dari aktivitas mereka berkendara.{{sfn|Rastogi|2010}}
 
Dari hasil riset di beberapa negara, perempuan pada umumnya memiliki tingkat kepedulian yang lebih tinggi terhadap isu perubahan iklim, termasuk dalam bidang transportasi.{{sfn|Rastogi|2010}} Studi kasus di [[Swedia]]{{sfn|Kronsell|Rosqvist|Hiselius|2016|p=703|ps=:"Based on the Swedish case, women still on average have transportation behavior with lower environmental impact than men have; women also tend to have stronger preferences for improving sustainability in the sector."}} dan [[Selandia Baru]]{{sfb|Shaw|Russel|Keall|MacBride-Stewart|Wild|Reeves|Bentley|Woodward|2020|p=1|ps=:"Men are more likely to cycle than women in NZ and cyclists get more physical activity. Nonetheless, analysis across all travel (irrespective of regularity of cycling status) suggests that women use more diverse travel modes and generate lower greenhouse gas emissions than men."}} menemukan bahwa wanita melakukan perjalanan dengan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan pria dan mereka lebih mempertimbangkan isu keberlanjutan dalam pola transportasi mereka.{{sfn|Kronsell||Rosqvist|Hiselius|2016|p=abstrak703}} Namun, kepedulian ini belum tentu berkorelasi dengan pengetahuan mereka tentang perubahan iklim, baik laki-laki dan perempuan. Penelitian di Semarang juga menunjukkan bahwa preferensi perjalanan perempuan menyiratkan konsumsi energi yang lebih efisien dan lebih sedikit menghasilkan gas rumah kaca. Perempuan di Semarang juga memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kendaraan umum. Namun, hal ini lebih disebabkan oleh akses perempuan yang terbatas terhadap kepemilikan dan penggunaan kendaraan. Laki-laki dan perempuan di Semarang sama-sama mau menggunakan transportasi publik dengan syarat ada jaminan keamanan dan kenyamanan.{{sfn|Budiarti|Nurhadi|2017|p=39-40}} Berdasarkan hasil penelitian di lima negara, yaitu [[Brazil]], [[Tiongkok]], [[Britania Raya]], [[Italia]], dan [[Spanyol]], perempuan lebih berminat mengubah pilihan transportasi jika tersedia informasi mengenai jejak karbon yang mereka hasilkan.{{sfn|Waygood|Avineri|2016|p=200|ps=:"Women’s usual mode of travel was found to significantly influence the degree to which transportation CO2 emissions information motivated a change in driving behavior, but not so for men. An individual’s environmental stage of change (with respect to climate change concern and behavior) significantly related to intentions to change behavior in response to transportation CO2 emissions information, though more frequently for women."}}
 
=== Energi ===